"Selamat pagi!" sapa Herlin riang di hadapan Raya.
Raya menoleh, "Pagi."
Herlin meletakan tasnya di atas meja dan ia duduk di atas kursi.
"Ra? Lo emang suka sendirian, ya?" tanya Herlin membuat Raya menghentikan kegiatannya.
"Maksud, lo?" tanya balik Raya tak paham dengan yang Herlin tanyakan.
"Jadi, di kelas emang lo nggak punya temen?"
Mendengar itu Raya terkekeh, "Punya lah."
Herlin menggaruk belakang telinganya, "Tapi gue jarang lihat lo sama yang lain gitu."
"Iya, gue sekarang lagi sibuk sama proposal pemilihan calon Osis tahun ini," ucap Raya sambil kembali fokus kepada lembaran kertas berisi proposal calon Osis tahun 2018-2019.
Herlin mengangguk paham.
Sejauh ini, sekolahnya itu not bad.
Raya juga baik, ia juga belum terlalu kenal Raya. Yang ia tahu, Raya adalah anggota Osis. Itu saja.
"Lo ikut osis berapa tahun, Ra?" tanya Herlin mulai bosan.
"Dua tahun," jawab Raya sambil merapikan kertas-kertas itu.
Herlin hanya membalas dengan ber-oh ria.
Beberapa menit terdiam, Raya masih bergulat dengan pikirannya.
Mengingat, sekarang Raya sudah sembuh dari sakitnya. Hanya pilek-batuk saja yang belum hilang dan memarnya yang masih menimbulkan warna merah di wajahnya.
Kemarin Raya sudah ikut pulang bersama Angga, seperti biasa mereka akan pergi ke war spring untuk berlatih.
Raya hanya mengikuti saja suruhan Angga, karena memang ia tak mengerti dengan hal semacam itu.
Setelah beberapa kali latihan, Raya sudah menguasai tekhnik menendang, mengelak, dan memukul.
Entah, kenapa Angga menyuruhnya melakukan hal ini, jika boleh jujur Raya lelah.
Belum ia harus fokus dengan proposal Osis, ekskul Paskibra, dan fokus dengan pelajaran serta pekerjaannya.
"Lo banyak pikiran amat," kata Herlin membuyarkan lamunan Raya.
"Sok tahu lo," ucap Raya sambil terkekeh.
"Ye, dibilangin. Lagian muka lo kayak orang nggak dikasih makan sebulan."
Raya melotot, "Enak aja!" ucap Raya sambil memukul bahu Herlin.
Herlin hanya tertawa melihat wajah Raya yang menurutnya lucu.
Hingga bel masuk tiba, mereka masih bergulat dengan masalah itu.
***
Bel pergantian pelajaran sudah berbunyi. Sekarang waktunya mata pelajaran Fisika, di mana gurunya sedang izin tidak masuk kelas.
Mengingat hal itu, Angga berdecak.
Ia kesal, karena memang mata pelajaran Fisika adalah mata pelajaran kesukaannya. Tetapi, gurunya tidak pernah masuk saat Angga ada di kelas.
Belum lagi sekarang jamkos. Ia yakin, teman-temannya akan datang menghampirinya.
Lihat saja.
"YO WHATSAPP KELAS XI MAIPA 2! KEMBALI LAGI DENGAN SAYA CHANDRA MAHARDIKA, ADIK DARI RIZKI FEBIAN DAN KAKAK DARI RIZKI-RIDHO!"
KAMU SEDANG MEMBACA
AnggaRaya [ON GOING - SLOW UPDATE - REVISI]
Teen FictionRaya membulatkan matanya. Horror, "Apasi! Cepetan turun." Angga yang tak kuasa melihat wajah Raya yang memerahpun melepaskan tawanya. "Kenapa sih, lo?" Raya menatap aneh Angga yang tiba-tiba tertawa lebar. "Muka lo, lucu!" Raya yang kesal, berlalu m...