'¤| Bab 55☆

14 3 0
                                    

HappyReading💙

Angga membuka matanya disaat rasa pusing yang mendera kepalanya mulai memudar.

Melihat langit-langit kamar pribadinya, perasaan laki-laki itu sedikit tenang. Angga tidak akan memaafkan dirinya jika ia berada di tempat asing, atau diculik.

Ia akan menyalahkan diri sendiri, namun lebih berharap lagi jika bisa lebih cepat berpikir untuk melarikan diri. Tugasnya dalam menjaga geng Unifoce dan Raya, belum selesai.

"Bos, udah baikan?" Suara Chandra terdengar di telinga kanannya, 45 derajat.

Angga mengangguk.

"Minum dulu, Ngga," Alfin membantu Angga untuk duduk lalu memberikan segelas air hangat sedangkan anggota lainnya berada di ruang tamu markas agar tidak membuat sesak di kamar pribadi Angga.

Angga mengucapkan terima kasih kepada Alfin, lalu meminta bantuan Chandra untuk memapahnya ke ruang tamu, ada hal yang harus ia bicarakan dengan yang lainnya secepatnya.

"BTW jam berapa sekarang?" tanya Angga sambil duduk di atas sofa.

Alfin mengangkat pergelangan tangannya, terpampang jam tangan bermerek 'Tajima' miliknya menunjuk ke angka satu siang.

"Jam satu," jawab Alfin lalu ikut duduk di samping Angga.

"Cepet bos, apa yang mau lo omongin," ucap Chandra tidak sabaran membuat Angga mengernyit, tumben sekali laki-laki itu diam dan tidak memegang susu strawberi kesukaannya.

"Tumben amat Chan," kaget Angga. "Tadi gue di keroyok," lanjut Angga masuk ke dalam inti pembicaraan.

"Gue tahu Ga, enggak mungkin lu bisa babak belur parah gitu kalau bukan di keroyok," lemes Chiko.

Angga menggeleng, "Keroyok bukan sembarang keroyok, bos. Itu semacam anak suruhan gitu. Anak buah di film-film."

Alfin mengangguk paham. "Gue tahu selepas lo kepung kantor rahasia om Buana pasti bakalan di teror gini, Ngga," ucap Alfin khawatir.

"Terus sekarang apa yang mau lo lakuin, Ngga?" tanya Juan.

"Perketat penjagaan markas. Kalau kalian ada yang keluar atau mau ngelakuin sesuatu, usahain bawa temen. Bukan apa-apa, jaga diri."

"Kalau emang kelihatan enggak sanggup lawan bahaya, langsung hubungi yang lain," lanjut Angga membuat yang lain mengangguk.

Di sela-sela keseriusan, terdengar suara tangisan ringan yang dramatir dari seseorang membuat suasana yang tadinya senyap menjadi ramai.

"Lu ngapa nangis, Njir?!" plongo Putra melihat Chandra yang mengelap ingus dengan ujung bajunya.

"Gue kalau beli susu strawberi apa kudu nunggu yang bersedia dulu," sedih Chandra. Ia berucap seperti itu karena selama ini tidak ada temannya yang ingin menemaninya membeli susu strawberi kecuali Raya.

"Ah, gue bisa ajak Raya," lanjut Chandra membuat Angga dan Alfin melotot mendengarnya.

"Stres," gumam Alfin julid, tak terima jika Raya yang harus menemani Chandra hanya untuk membeli susu.

Angga menggeleng. "Gue enggak mau Raya berhubungan dengan beginian. Kalian juga harus jaga keberadaan Raya, dia benar-benar harus dijaga kali ini. Enggak kayak kemarin-kemarin lagi yang hampir kecolongan."

Alfin menatap Angga. "Maksud lo?"

"Kemarin Raya sempat diancam sama orang di rumahnya. Gue tahu kalian rada bosen kerjaannya cuma jaga-jaga cewek perawan yang jarang keluar kayak Raya, tapi serius lah. Om Cashel udah bayar kita, bang Aland juga. Kita harus kasih timbal balik yang sama," ucap Angga membuat yang lain langsung mengangguk.

AnggaRaya [ON GOING - SLOW UPDATE - REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang