"Bukti memang penting untuk menggali fakta dalam kebenaran, namun jika bukti tersebut ternyata dibuat-buat, untuk apa adanya bukti?"
HappyReading♡
Raya, Angga dan teman-temannya kini sedang berada di dalam salah satu ruangan di rumah sakit tempat Chandra berada.
Chiko dengan baik hatinya menyumbangkan uangnya untuk memberikan kamar VIP bagi Chandra.
Untungnya, Chandra baik-baik saja. Dia hanya syok dan memar dibeberapa bagian, dan kepalanya yang lecet akibat benturan keras dari kayu panjang itu.
Raya menatap prihatin Chandra yang masih terbaring sedangkan keenam inti Unifoce sedang duduk di sofa. Irgi langsung datang saat diberi tahu kalau Chandra dibawa ke rumah sakit.
"Jadi, ada yang bisa jelasin kenapa?" tanya Irgi yang masih belum mengerti keadaan.
Angga menghela napas. "Lah, gua juga enggak tahu. Ra, cerita kenapa bisa gini?"
Raya menghampiri mereka lalu duduk di lantai rumah sakit.
"Tadi gue di suruh bu Dewi buat ambil buku punya beliau di kelas sebelas MAIPA dua. Kelas lu ada jam mapelnya tadi kan, Wan?" tanya Raya kepada Juan yang dibalas anggukan oleh lelaki berlesung pipi itu.
"Nah, gue nongkrong bentar di situ soalnya rada capek dari lantai satu ke lantai dua naik tangga."
Raya menatap langit-langit. "Waktu beberapa menit pas gue duduk, ada suara teriakan dari kelas lu, Ngga. Makanya gue dateng, taunya ada Chandra yang kenapa-napa."
"Tapi ...." Raya menggantung kalimatnya membuat keenam laki-laki di sana menggeram kesal.
"Tapi apa, Ra? Tuman ya lu suka gantungin kalau lagi ngomong?" decak Putra.
"Gue lihat Ergo, Doni, Rey, sama Anji di dalam ruangan itu. Dan si Rey yang megang kayu terus langsung jatuhin kayu pas gue dateng, dan mereka semua pergi."
Raya menghentikan ucapannya melihat reaksi mereka yang ingin menyumpah serapah dirinya.
"Heh! Gue syok ya, mana sempet buat balas mukul mereka berempat!" ujar Raya membela diri.
Keenam laki-laki itu menghela napas menahan kesal kepada keempat pria bajingan yang ternyata teman satu angkatan mereka.
Nit! Nit! Nit! Suara alarm yang mengganggu pikiran mereka, langsung mengubahnya ke arah Chandra. Karena mereka pikir itu dari monitor Chandra, namun mengingat bahwa Chandra tidak memakai monitor, Raya langsung mengecek ponselnya dan mengetahui bahwa jadwal kerjanya sudah mulai.
"Gue pergi dulu, ada kegiatan," pamit Raya sambil bangkit dari duduknya dan memakai tasnya.
"Mau gua anter?" tanya Alfin yang langsung dijawab cepat oleh Raya.
"Jangan!"
Ucapan spontan Raya mendapatkan tatapan curiga dari keenam laki-laki di hadapannya.
"Lo mau ke mana? Perasaan enggak ada kegiatan ekskul hari ini?" tanya Irgi penuh curiga.
"Gue kerja. Jangan banyak tanya, gue enggak ada waktu. Bye!" Raya pergi meninggalkan mereka mereka semua dengan tanda tanya besar di kepala Angga sebagai ketua dan penanggung jawab Raya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AnggaRaya [ON GOING - SLOW UPDATE - REVISI]
Teen FictionRaya membulatkan matanya. Horror, "Apasi! Cepetan turun." Angga yang tak kuasa melihat wajah Raya yang memerahpun melepaskan tawanya. "Kenapa sih, lo?" Raya menatap aneh Angga yang tiba-tiba tertawa lebar. "Muka lo, lucu!" Raya yang kesal, berlalu m...