Pagi hari kali ini dijalankan oleh Raya dengan penuh ketidaksemangatan. Perempuan itu berjalan lesu menuju pekarangan sekolah MAN Jaya tanpa menyapa banyak orang seperti biasanya. Untuk berangkat sekolah hari ini tanpa menyiapkan mental kuat, bagi Raya saja sudah cukup.
Ia tak mau membebankan orang lain untuk membicarakan dirinya, syukur Raya belum mendengar berita tentangnya tersimpang siur di mading sekolah.
Hingga beberapa menit upacara hari Senin telah usai, Raya menundukan kepalanya saat namanya di panggil ke depan oleh ketua OSIS.
"Raya Oktaviana, silakan maju!" ucap Irgi datar membuat Raya menghela napas.
Jujur dalam hidup Raya tak pernah terpikirkan untuk meninggalkan jabatan OSIS dengan cara seperti ini, mengundurkan diri.
"Assalamualaikum, teman-teman semua. Selamat pagi! Saya ijin menyita waktu kalian sepuluh menit saja karena ada beberapa hal yang harus saya sampaikan," Opening Raya sudah ia keluarkan, kali ini Raya akan memasuki bagian inti.
"Terimakasih kepada jajaran anggota OSIS yang selama ini berjuang bersama-sama dengan saya hingga sampai saat ini saya bisa berdiri di depan kalian dengan baiknya, terimakasih kepada ketua OSIS Irgyansyah Saputra yang telah memilih saya sebagai sekretaris OSIS," Raya menahan air mata yang hampir tumpah di kelopak matanya.
"Terimakasih kepada murid MAN Jaya yang sudah membuat saya bisa berbakti dan menjalankan tugas OSIS saya dengan baik dan benar. Setidaknya saya punya beberapa hal tambahan dalam hidup saya, yaitu mempersulit hidup orang lain," Raya terkekeh kecil diakhir ucapannya.
"Terimakasih kepada jajaran guru yang maaf saya tidak bisa sebutkan satu-satu, telah mempercayai saya sebagai anggota OSIS dengan sepenuh hati, maaf saya sudah mengecewakan kalian," Seluruh pasang mata yang semulanya mulai mengantuk dengan mulut yang ikut berdecak mendengar ucapan tak penting Raya sontak mengalihkan pandangan mereka dan memfokuskan diri mereka ke Raya.
Raya tersenyum. "Maafkan kesalahan yang bahkan bukan kesalahan saya, maafkan jika saya belum bisa memberikan yang terbaik untuk MAN Jaya, maafkan saya yang selalu bersikap dan berkata buruk. Kalau kalian berpikir saya berhenti untuk menegakan aturan di sekolah itu salah, mulai besok saya akan berurusan dengan kalian secara pribadi. Jadi jika saya melihat salah satu dari kalian ada yang melanggar aturan sekolah, maka saya akan tetap menghukum kalian seperti biasa. Bedanya kali ini saya menghukum kalian tanpa membawa embel-embel OSIS di jas saya atau kartu nama saya."
"Saya Raya Oktaviana, hari ini menyatakan mengundurkan diri dari OSIS sebagai tanda penyesalan atas kesalahan yang tidak saya lakukan, terimakasih. Wassalamualaikum!" Tanpa mau menunggu, Raya segera menaruh microfon di atas sound system dan berlari meninggalkan lapangan dengan kepala yang tertunduk.
Sedangkan semua orang masih memasang wajah syok, bahkan Chandra yang sedaritadi bercanda bersama Putra ikut terdiam mendengarnya.
"Ngga, mau siaga buat Raya?" tanya Juan berbisik.
Angga menyipitkan matanya. "Jangan dulu." Juan mengangguk paham mendengarnya.
Beralih ke Herlin yang melihat Raya pergi meninggalkan lapangan, membuat ia merasa cemas. Apalagi ia ditatap oleh seseorang yang mengkode dirinya agar menyusul Raya.
Tanpa babibu Herlin segera mengejar Raya dan mengikuti langkah gadis itu.
Di sisi lain Raya berjalan masuk ke dalam salah satu bilik kamar mandi dan menguncinya.
"Hiks ...." Isakan lolos keluar dari mulut Raya, di dalam kamar mandi sekolah menjadi saksi bisu bahwa OSIS bukan hanya sekedar nama organisasi bagi Raya. Melainkan juga sebuah tanggung jawab yang Raya banggakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AnggaRaya [ON GOING - SLOW UPDATE - REVISI]
Teen FictionRaya membulatkan matanya. Horror, "Apasi! Cepetan turun." Angga yang tak kuasa melihat wajah Raya yang memerahpun melepaskan tawanya. "Kenapa sih, lo?" Raya menatap aneh Angga yang tiba-tiba tertawa lebar. "Muka lo, lucu!" Raya yang kesal, berlalu m...