Angga menggeram di atas kuda besinya di sore hari yang sangat padat ini.
Kali ini, Angga berniat ingin pulang ke rumahnya lebih awal dari biasanya karena ibunya berada di rumah. Ia berusaha menyempatkan waktu untuk wanita hebat yang telah melahirkannya itu dengan baik, walaupun ia tahu wanita itu jarang sekali memberikan banyak waktu untuknya.
Selepas tadi mereka membahas tentang surat yang isinya seperti surat cinta, mereka mulai kembali lagi seperti keadaan awal yaitu bercanda ria tanpa beban.
Setelah melepas helmnya dan menaruhnya di atas jok motor hitamnya dengan strategi, Angga menyugar rambutnya agar terlihat lebih fresh.
"Assalamualaikum!" salam Angga saat sudah sampai di rumah membuat ibunya yang berada di dapur menjawab salam Angga.
"Waalaikumussalam, nak! Beres-beres sama mandi dulu kamu-nya, abis itu turun bantu bunda masak."
Angga tak membalas tetapi ia berjalan ke lantai atas rumahnya untuk melakukan ritual yang sudah disebutkan ibunya tadi.
Brugh!
Melempar asal tas berwarna biru tua miliknya di lantai keramik berwarna emas, Angga membuka kancing bagian kerah kemeja putihnya di depan kaca, meja rias.
"Gua ganteng banget," gumam Angga saat melihat pantulan dirinya, terlalu narsis.
Setelah melepas kemejanya yang menyisakan tubuh bagian atas polosnya, Angga berjalan menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar berwarna biru lautnya tersebut.
Lima belas menit sudah berlalu, Angga keluar dari kamar mandi dengan tubuh dan gaya yang lebih cool, ia mengacak-acak puncak kepalanya dengan handuk berwarna putihnya agar rambutnya cepat kering.
"Ayo, Angga. Malam ini bakalan menjadi makan malam istimewa," ucap Angga di depan cermin lalu berjalan keluar kamarnya menuju dapur menemui ibunya.
"Bunda, ada yang dibutuhkan? Biar Angga ambilin," kata Angga saat sudah sampai di depan dapur.
Melinda Yuandira, Ibunda Angga itu tersenyum. "Bunda minta tolong belikan makanan di minimarket, bisa?"
Angga mengangguk.
"Sebutin aja apa yang dibutuhin," ujar Angga membuat Melinda tersenyum lebar.
Melinda dengan siapnya menyebutkan segala kebutuhan rumah yang akan dibeli di minimarket dengan lengkap diikuti lima lembar uang berwarna merah ia berikan kepada anak semata wayangnya tersebut.
"Hati-hati ya, Ngga," peringat Melinda membuat Angga mengangguk lalu pergi meninggalkan dapur kediaman keluarganya.
Angga menggulir matanya, ia bingung menggunakan mobil atau motor.
Setengah hatinya mengatakan ia harus membawa mobil dan setengah hatinya lagi memintanya untuk membawa motor.
Menghela napas, Angga akhirnya membawa mobil Audi berwarna putihnya untuk menemaninya keluar rumah menuju minimarket di ujung sana yang letaknya tepat sekali di depan Perum, rumah Raya.
Angga memarkirkan mobilnya di depan minimarket, lalu berjalan masuk ke dalam minimarket tersebut.
Sambil berjalan menuju setiap rak di mana barang-barang permintaan ibunya berada.
"Angga?" tanya seseorang membuat Angga menoleh lantas terkejut.
***
"Hoam ...."
Suasana malam ini membuat Raya menguap, tetapi ia tidak bisa menguap begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
AnggaRaya [ON GOING - SLOW UPDATE - REVISI]
Teen FictionRaya membulatkan matanya. Horror, "Apasi! Cepetan turun." Angga yang tak kuasa melihat wajah Raya yang memerahpun melepaskan tawanya. "Kenapa sih, lo?" Raya menatap aneh Angga yang tiba-tiba tertawa lebar. "Muka lo, lucu!" Raya yang kesal, berlalu m...