'¤| Bab 04☆

166 58 21
                                    

Jangan mengulangi
kesalahan yang sama.
Masih banyak kesalahan-
kesalahan lain yang
belum dicoba.

Raya Oktaviana.

¤ |A N G G A R A Y A | ¤

Ergo berjalan tenang di koridor sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat.

Braak!

Gebrakan meja yang dibuat Ergo membuat Angga yang semula tenang saja sambil membaca buku, mengangkat pandangannya saat ada orang yang asal menggebrak mejanya.

Huh. Ga sopan!

Angga mengangkat sebelah alis kanannya saat melihat Ergo a.k.a adekel-nya berdiri dengan raut wajah memerah pertanda marah.

Yakali, pertanda bahagia.

Tak ada rasa kaget saat Ergo menggebrak mejanya, yang ada terselip rasa ingin tahu.
Dasar Angga!

"Lu beraninya main keroyokan!" tuduh Ergo membuat para remaja yang makan di kantin terkaget lagi, karena tadi sudah kaget saat Ergo menggebrak meja Angga.

"Maksud lo apaan nih, Bro?" tanya Angga tenang.

"Lu ngerusak Basecamp geng gue, kan?" Tanya Ergo berusaha kalem.

"Nggak. Gue juga nggak tau geng lu yang mana," jawab Angga singkat dan menunduk melanjutkan membaca novelnya.

Ergo yang memang sudah termakan emosi-pun melancarkan pukulannya sambil berkata, "Pengecut lo!"

BUGH!

Angga tersungkur dari duduknya saat mendapatkan kepalan tangan Ergo yang sudah membuat rahang tegasnya berdarah.

"Apaan nih maksud lo? Ngajak berantem? Hayu!" Angga bangkit dan membalas pukulan Ergo dibagian perut.

BUGH!

"Gembel amat! segitu udah tepar," cibir Angga kepada Ergo yang balik tersungkur karena pukulannya.

"Gue tahu, geng gue sama geng lo masih besaran geng lo. Tapi Nggak hancurin Basecamp geng gue juga kali." Ergo memegang perutnya saat merasakan nyeri yang cukup dalam.

"Go! Gue juga mana tahu Basecamp lu yang mana. Lo juga dateng-dateng nggak jelas langsung marah-marah ke gue terus nonjok gue." Angga berusaha memutar otak siapa yang meng-adu domba-nya dengan adekelnya ini.

"Gak usah ngelak deh lu."

BUGH!

"STOP!" teriak seseorang dari pintu kantin memberhentikan kepalan tangan Ergo diudara.

Tapi tak elak, kepalan tangan itu jatuh juga.

Bugh!

Angga memegang pipinya yang panas dan terasa berdenyut nyeri.

"Bangsat!" umpat Angga dan membalas Ergo.

Bugh!

"Aduh!"

Semua menatap Raya, yang terkena pukulan Angga. Tak terkecuali Angga sendiri.

Tanpa ada yang tahu, ada seseorang yang tersenyum miring melihat kejadian itu.

"Lu semua, bocah tahu, nggak?!" Raya memegang bogeman mentah itu dipipinya yang membuat ujung bibirnya sedikit sobek.

"Nggak semua masalah harus diselesaikan dengan kekerasan?!" Raya menghela napasnya,

AnggaRaya [ON GOING - SLOW UPDATE - REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang