'¤| Bab 47☆

22 5 1
                                    

Herlin melengos melihat Raya yang masih menatap ke depan dengan pandangan kosong. Seharian ini perempuan berwatak galak itu menjadi pendiam dan lebih banyak melamun. Bahkan Herlin yang sudah tampil cantik sedari berangkat sekolah, tidak dilihat oleh gadis itu.

"Ra!" Herlin memegang bahu Raya. "Lo kenapa?"

Raya kembali ke alam sadar, perempuan itu memberikan senyum 'enggak apa-apa' kepada Herlin.

"Hari ini hari Jumat, kan? Besok libur. Terus Senin, habis itu minggu depan kita ulangan. Terus masuk seminggu, habis itu libur. Yeay!" Terdengar suara riang dari mulut Naila yang lumayan toak menyita perhatian murid sekelas.

"Ck! Libur aja seneng!" dengus Raya saat mendengarnya.

"Lah, emang lo enggak senang?" tanya Herlin menatap bingung Raya.

Raya menggeleng. "Seneng. Cuma ya gitu."

"Yaelah! Ayo lah semangat, Ra. Lo daritadi ngacangin gua mulu," ketus Herlin.

"Gue lagi males ngapa-ngapain," ucap Raya singkat.

"Mati aja sono lu!" cibir Herlin yang membuat Raya memukul bahu Herlin kasar.

"Sakit!" jerit Herlin sembari mengelus bahunya yang berdenyut nyeri.

"Makanya kalau ngomong dijaga!" Raya menelungkupkan wajahnya.

Herlin menghela napas lalu ikut menelungkupkan wajahnya, perempuan itu juga lelah dengan keadaan yang sedang menimpanya.

"Lo ada masalah?" tanya Raya tanpa menoleh ke arah Herlin.

"Enggak," jawab Herlin dengan suaranya yang teredam.

"Boong!" dengus Raya saat melihat bahu Herlin yang bergetar. "Lin ... lo nangis?" tanya Raya hati-hati.

Herlin menggeleng. "Gue capek aja, Ra. Biasalah."

Raya mengangguk, enggan bertanya lebih. Lalu kedua gadis itu kembali terdiam hingga beberapa saat terdengar suara pecahan kaca.

"Apaan tuh?" Semua murid di kelas XI MAIPS 2 menengokan kepalanya keluar kelas untuk mengecek situasi di luar.

"Woi! Ada sekolah lain yang bantai sekolah kita!" teriak Irgi menginterupsi pandangan murid-murid kelas itu.

Raya mengernyit. "Serius? MAN Jaya gede kali gedungnya, enggak mungkin sampai sini kalau misalkan tawuran."

Irgi menggeleng tak tahu. "Buat yang cewek, buruan pergi ke ruang bawah tanah, cepetan! Buat cowok bantuin kita!"

Herlin memegang bahu Raya sedangkan Ahsan yang duduk di belakang Raya menatap tubuh gadis itu cemas.

"Lo enggak apa-apa, kan Ra?" tanya Ahsan cemas.

Raya menggeleng. "Enggak apa." Gadis itu menatap Herlin dengan serius. "Gue mau ke ruang UKS, cari kotak P3K."

Herlin yang mendengarnya sontak menatap tajam gadis itu. "Apaan lo, Ra?"

Raya bangkit dari duduknya membuat Herlin memegang bahu Raya yang hendak berdiri. "Lo beneran mau ke ruang UKS sendiri? Enggak mau sama gue?" tanya Herlin sedikit khawatir.

"Sans aja, Lin. Gue enggak akan kenapa-napa, oke?" Raya berusaha menenangkan sahabat barunya itu.

"Ini buat lo!" Tiba-tiba Sepian datang menghampiri Raya dan memberikan sebuah hoodie berwarna abu-abu kepada gadis itu. "Biar enggak kelihatan kalau lo cewek," lanjutnya.

Raya mengangguk lalu memakainya setelah berjongkok terlebih dahulu ke bawah meja.

"Ahsan, ayo ke bawah bareng!" ajak Raya setelah selesai memakai hoodie tersebut lalu mereka semua keluar kelas bersamaan dengan Raya yang berada di tengah-tengah gerombolan laki-laki kelas XI MAIPS 2 karena tidak mungkin Raya diperbolehkan untuk ke lantai bawah. Bisa-bisa Raya dipanggang sama Angga.

AnggaRaya [ON GOING - SLOW UPDATE - REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang