'¤| Bab 60☆

10 3 0
                                    

"Aku akan mencoba menerima dan berdamai dengan masa lalu. Semua akan baik-baik saja, semuanya akan kembali baik-baik saja."
-Ucapku kepada diriku sendiri.

HappyReading♡.

Raya melenguh saat kesadaran mulai kembali dalam dirinya, indra penciumannya perlahan mulai menghirup udara yang baunya obat-obatan. Perempuan itu lantas langsung berspekulasi bahwa ia berada di rumah sakit.

"Ra, udah sadar?" Suara itu mengalihkan pikiran Raya.

"Lo kenapa bisa di sini?" tanya Raya tak suka namun ia mencoba menstabilkan suaranya agar tidak terlalu sinis.

Di hadapannya, Reyhan tengah menatapnya dengan pandangan yang menurut Raya sulit diartikan.

Reyhan mendengus, ia malas untuk menjelaskan. Tanpa berniat menjawab pertanyaan Raya, Reyhan merengkuh tubuh ringkih itu. Tubuh yang sedari dulu ingin ia peluk, sosok yang sangat ingin ia ajak berkeliling dunia, namun kenyataan memisahkan dirinya. Dan sekerang, ia dan Raya sudah kembali dipertemukan. Ia berjanji tidak akan membiarkan Raya terjatuh sendirian lagi.

"Kakak kangen," ujar Reyhan saat merasa tubuh Raya kaku.

Sadar, Raya berusaha memberontak dari rengkuhan Reyhan namun laki-laki itu menahannya dengan lembut. Tubuh Raya masih banyak memar, jika banyak bergerak maka tidak akan sembuh dan Raya akan merasa sakit.

"Sebentar, Kakak mau peluk kamu sebentar aja," lanjut Reyhan membuat Raya melemah dan membiarkan Reyhan memeluknya.

15 menit berlalu, Reyhan melepas pelukannya. Walaupun ia berdiri terus sedari tadi, tidak ada rasa lelah. Padahal jika upacara bendera yang tidak sampai satu jam, tidak bisa membuatnya bertahan berdiri.

"Jadi ... sebenarnya kenapa?" tanya Raya hati-hati. Ia takut. Takut Reyhan memarahinya lagi semenjak terakhir kali Raya bertemu dengan lelaki itu, dengan posisi Reyhan memarahinya dan ... melakukan hal yang tak senonoh.

"M-maafin gue. Gue ngaku salah atas kelakuan gue yang nyakitin lo," Reyhan menatap bola mata Raya dengan jujur.

Raya menelisik, ia dapat merasakan aura bersalah dari Reyhan.

"Maaf gue udah bikin mental lo terguncang, Dek," Pelupuk mata Reyhan mengembun. Sekali ia kedip, ia yakin air matanya akan jatuh.

"Maaf," Reyhan menunduk dan seketika itu pula air matanya tanpa permisi menetes.

Raya bergerak tidak nyaman, walaupun ia terguncang, ia juga tidak rela melihat orang lain menangis di hadapannya.

"Gue maafin, tapi kejadian itu enggak bisa dilupakan," balas Raya sambil menggigit bibir bawahnya, mencoba agar pikirannya tidak menerawang ke kejadian masa lalu yang buruk itu.

"Walaupun gue bisa ngobrol sama lo ... tapi apa yang udah lo perbuat itu bener-bener jahat," bibir Raya bergetar menahan tangis. Apa yang dilakukan oleh Reyhan benar-benar fatal dan tidak mudah dimaafkan, namun Raya kasihan melihat Reyhan yang menangis di matanya.

"Hiks ...." Bahu Raya bergetar, akhirnya pertahanan Raya runtuh diikuti pintu ruangannya yang terbuka.

"Ada apa ini?" tanya Aland sambil menghampiri kedua adiknya.

Aland menatap Raya khawatir lalu menangkup wajah adiknya yang terbalut kerudung putih.

"Adek diapain sama Reyhan?" tanya Aland.

AnggaRaya [ON GOING - SLOW UPDATE - REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang