'¤| Bab 66☆

4 2 0
                                    

"Aku tahu namun
aku lebih memilih untuk diam."

HappyReading♡.

Naila memandang wajah Endang bersamaan dengan Endang yang menatap wajahnya, kedua perempuan itu menggelengkan kepala tak percaya atas apa yang baru mereka dengar.

Dengan cepat keduanya pergi perlahan meninggalkan ruang kamar mandi yang terdapat di pojok kantin lalu duduk kembali di meja kantin yang tadinya menjadi tempat mereka makan.

"Lo denger enggak tadi?" tanya Naila yang minta ditampol sedangkan Endang mengangguk.

Alya, Atun, dan Diva hanya menatap aneh kedua sahabatnya.

"Lu berdua kenapa, bego?" tanya Alya enggak santai.

Naila menatap sinis Alya, bisa-bisanya perempuan itu berkata kasar.

"Kepo lo daki badak!"

Alya melotot mendengarnya.

"Setan lu!" balas Alya tak kalah sengit.

"Udah-udah. Lo abis ngapain Nai sama Endang? Kok mukanya panik amat kayak abis liat setan," tanya Diva menengahi.

"Iya, woi! Lu berdua kenapa?" ujar Atun membenarkan pertanyaan Diva.

Endang menatap manik mata Naila, dengan bahasa kalbu seperti bertanya 'dikasih tahu, jangan?'

Naila menggeleng, agar ini cukup mereka berdua saja yang tahu. Apalagi ada Atun di sini, yang ada ribut ntar kalau dikasih tahu tentang apa yang mereka dengar.

"Tadi lihat orang aneh banget di toilet deket kantin," jawab Naila berbohong, walaupun tak sepenuhnya bohong karena memang ada rumor kalau toilet di dekat kantin itu selalu ada orang aneh berbaju hitam bolak-balik dari sana.

Endang mengangguk membenarkan.

"Rumor itu jadi bener?" tanya Naila lanjut.

"Enggak tahu gue. Keren lo berdua bisa lihat hantu!" balas Diva mengacungi jempol.

"Keren matamu!" gumam Endang membuat mereka semua tertawa.

"Lagi aneh banget, ya? Kenapa bisa ada setan yang niat banget nampakin diri di depan murid-murid MAN," ucap Alya membuat semuanya mengangguk.

"Setannya gabut kali," loroh Atun sembarangan.

Naila menggeleng mendengarnya.

"Bahaya juga lo kalau ngomong, Tun," balas Naila.

"Lo pikir aja Nai, udah hampir dua tahun sekolah di MAN, tetep aja ngerasa enggak aman," lanjut Atun membuat Naila terdiam lalu mengangguk.

"Kayaknya MAN bukan tempat bagus buat jadi pelarian pelajar, tapi kenapa banyak yang mau masuk ke sini," gumam Naila.

"Namanya juga sekolah negeri, fasilitas MAN juga memadai banget," jawab Endang.

Mereka semua mengangguk.

"Percuma juga fasilitas bagus tapi keamanan muridnya kurang," argumen Alya.

AnggaRaya [ON GOING - SLOW UPDATE - REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang