'¤| Bab 58☆

10 3 1
                                    

"Kupasrahkan semua kepada Tuhan, yang telah mengatur semua jalanku."

HappyReading♡.

Seperti biasa saat pulang sekolah bersama, Naila dan endang akan mampir di cafe dekat sekolah untuk sekedar hangout dan berbincang ringan mengenang masa remaja untuk masa tua nanti.

Keduanya membahas hal random dari pukul dua siang sampai jam lima sore, terkadang mereka juga akan tetap menghabiskan waktu bersama setelah pulang dari latihan paskibra di hari Rabu dan Sabtu.

Terkadang pula, keduanya hanya menghabiskan waktu bersama namun tidak mengisi perbincangan apapun hingga waktu pulang tiba.

Seperti yang dilakukan sekarang, Naila menatap satu gelas smoothie rasa cokelat di hadapannya dengan pandangan datar sedangkan Endang fokus memakan daging bakar kesukaannya.

Keduanya tidak ada yang mau memulai pembicaraan dan tak berniat berbicara. Mereka hanya menghabiskan waktu seakan berpisah sebentar akan menimbulkan rasa rindu yang mendalam.

Tanpa disadari, sebenarnya cafe yang menjadi tempat nongkrong Naila dan Endang tidak menerima pelanggan selain mereka berdua.

Naila yang sadar menatap sekelilingnya, merasa creepy.

"Lo ngerasa enggak? Kalau ini cafe belum ada pelanggan selain kita berdua?" tanya Naila kepada Endang yang membuat Endang menatap sekeliling, benar juga.

"Mau pulang aja?" tanya Endang membuat Naila menggeleng.

"Males. Di sini aja, lagian kalau ada apa-apa tinggal teriak," jawab Naila seakan melawan musuh semudah membalik telapak tangan.

Endang hanya mengangguk menanggapi teman satu linenya¹. (Kelahiran Endang dan Naila di tahun yang sama, maka di sebut satu line).

"Lo kenyang Ndang?" tanya Naila lagi, merasa bosan. Dan perutnya pun merasa lapar kembali karena sangking bosannya mau ngapain.

"Gue mau pesen lagi lah," ujar Naila saat mendapati Endang menggeleng, lagi puasa buat buka mulut sepertinya.

Naila bangkit dari duduknya saat ia memanggil pelayan namun tidak ada yang menyahut, mulutnya memberengut.

"Ini cafe apaan, kerja pelayannya enggak becus!" dengus Naila membuat Endang terkekeh.

"Mungkin karena sepi jadinya pada di lantai bawah," balas Endang menimpali dengusan Naila.

"Iya kali ya?"

Mereka berdua sedang di lantai atas, anehnya hanya mereka berdua yang tepat mengisi lantai atas itu sedangkan tadi di lantai bawah masih banyak pelanggan.

"Yaudah, gue ke bawah dulu. Lo gue tinggal enggak apa-apa, kan?" tanya Naila sembari mengambil ponselnya, jaga-jaga langsung telepon darurat.

Endang mengangguk. "Pergi aja."

Naila pun mengangguk lalu berjalan turun ke bawah, menuju meja kasir sekaligus meja pesanan.

"Lah, tadi perasaan rame?" gumam Naila pelan saat melihat lantai bawah yang sudah sepi.

"Gue udah diem di sini berapa lama, ya?" lanjut Naila monolog tanpa disadari sebenarnya Naila dan Endang sudah nongkrong hampir 30 menit.

"Mba!" sapa Naila sok akrab kepada perempuan yang menjabat posisi sebagai kasir di cafe itu.

"Eh, iya. Ada yang bisa dibantu?" tanya perempuan itu sembari tersenyum ramah.

Naila yang melihatnya tertular senyuman itu sehingga ikut tersenyum.

AnggaRaya [ON GOING - SLOW UPDATE - REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang