'¤| Bab 22☆

65 23 1
                                    

Bus-bus yang memiliki warna sama dan mengangkut anak murid yang berasal dari satu sekolah yang sama, yaitu anak murid Man Jaya sudah sampai di tempat pemberhentian parkir.

Seluruh peserta LDKS sudah turun dan tengah berbaris sesuai kelompok untuk memasuki area lokasi dan mendirikan tenda.

Alya, Atun, dan Diva misalnya. Alya menggantikan posisi Raya yang menjadi sekretaris 2, Atun juga menggantikan posisi Naila yang menjadi sekretaris 1, dan Diva adalah bendahara 1.

Mereka sahabat yang baik.

Perwakilan kelas XI MAIPS 2 sudah rapi dengan kelompoknya. Naila yang kebetulan memimpin kelompok XI MAIPS 1 dan XI MAIPS 2 merapikan barisan, karena mereka adalah tanggung jawabnya.

Naila menatap Aldi sinis yang menggantikan posisi Irgi sebagai ketua kelas. "Kenapa Aldi yang harus gantiin posisi Irgi?"

Alya mendorong bahu Naila kencang, "Biarin aja sih. Lo kenapa? Bukannya lo dulu suka sama dia?"

"Nggak mungkinlah gue suka sama dia, najis!" Naila bergidik ngeri membuat teman-temannya tertawa sedangkan Aldi dengan sombongnya berkata, "Gue juga najis kali sama lo, Nai."

Naila mengedikan bahu acuh, malas berdebat.

Sambil menunggu komando selanjutnya, Naila menyuruh mereka memeriksa barang yang takutnya tertinggal.

"Periksa lagi ya barang-barangnya. Takut ada yang tertinggal."

Naila itu, bisa dibilang 11-12 dengan Raya. Sulit membedakan sifat mereka, mungkin yang membedakan hanya nasib.

Raya berjalan menghampiri Naila yang berada dipaling depan baris kelompok.

"Nai, lima menit lagi berangkat. Suruh mereka periksa lebih cepat tapi tetap detail," ucap Raya serius.

Raya sedang dalam mode serius sekarang, karena dia memang sedang bertugas dan mewajibkannya bersikap wibawa.

"Siap, Ra," jawab Naila lalu Raya pamit pergi ke penanggung jawab kelompok lain untuk menyampaikan hal ini.

Bukan tentang jabatan, mungkin jabatan Raya di Osis tinggi tetapi jika sudah dihadapkan dengan sebuah tugas maka semuanya sama rata, hanya bagian-bagiannya yang berbeda.

Tak ada yang berleha-leha, jika ada maka Raya akan menamparnya di depan umum.

Pernah dulu saat Raya kelas X, saat di mana ia pertama kali menjabat sebagai Osis di MAN Jaya.

Ada seorang laki-laki menjabat Osis seangkatan dengannya yang tidak mengerjakan tugasnya padahal itu adalah event sekolah. Laki-laki itu berleha-leha, Raya yang melihatnya langsung menyeret laki-laki itu dan mempermalukannya ditempat.

Walaupun, sebenarnya hal itu tidak boleh. Tetapi, Raya sudah kesal kepalang. Sudah lelah, ada yang mencari masalah dengannya pula ralat lebih tepatnya mencari masalah dengan jabatan Osis yang hanya orang tertentu saja yang bisa mendapatkan hak dan jabatan itu.

Raya mendudukan dirinya di kursi yang tersedia.

Dia menghela napas lalu meminum air mineral dari botol yang ia taruh disaku jas almamater Osis birunya.

"Ra!" panggil seseorang dari arah belakangnya.

Raya menoleh, ternyata Lila.

Masih ingat? Di adalah bendahara Osis.

"Apa, La?" jawab Raya sembari memasukan botol air mineralnya ke dalam saku.

"Kita harus segera sampai ke tempat lokasi, biar langsung komando di sana. Lo juga harus lihat persediaan dapur, Ra," kata Lila dengan wajah tenang namun kentara sekali panik.

AnggaRaya [ON GOING - SLOW UPDATE - REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang