'¤| Bab 37☆

50 15 8
                                    

Nyatanya, aku akan rindu
perihal masa putih
abu-abu.

-Raya Oktaviana-

Waktu berjalan begitu sangat lambat. Seakan-akan tidak membiarkan seseorang yang sedang mengalami kesedihan cepat berlarut dari kesedihannya.

Raya menghela napas, hari ini ia sedang duduk sendirian karena Herlin teman sebangkunya izin untuk tidak masuk sebab ada acara keluarga.

Jam pelajaran pertama sangatlah membuatnya bosan karena guru yang mengajarkan pelajarannya tidak masuk.

Sekali lagi, Raya harus menghela napas lelah.

"Ra!" panggil Rusmi.

Raya menoleh, "Ada apa?"

"Enggak jadi, hehe," Rusmi memberikan cengiran lima jarinya membuat Raya mengepalkan tangannya di depan mukanya, seakan-akan ia akan memukul Rusmi.

"Ampun, Mbak jago," ucap Rusmi membuat Raya tertawa.

"Kebiasaan, receh banget lu pada," kata Naila sambil meminum air mineral yang ada di botol minumnya.

Raya menggelengkan kepalanya sedangkan Alya menepuk bahu Naila pelan. "Iri bilang, Nai."

Naila tersedak, "Enak aja. Gabut banget gua iri sama, Raya."

Raya mendelik, "Siapa juga yang mau diiriin sama lu."

Rusmi yang sudah mendapat alarm tanda bahaya adu argumen pun segera menyerobot.

"Udahan, Woi! Marah-marah mulu ini," pungkas Rusmi.

Raya mendengus sedangkan Naila meliriknya saja.

"Ke kantin, yuk?" ajak Raya membuat teman-temannya menoleh.

"Benaran ini, Okem ngajakin kita bolos? Enggak takut, Kem?"

Raya menggeleng polos. Lagi pula, ia ingin merasakan masa-masa kenakalan juga. Tak mungkin Raya menghabiskan masa-masa SMA-nya untuk mematuhi aturan saja, terdengar monoton membuat Raya bergidik.

"Oke, mari ke kantin," ajak Alya yang sudah siap dengan kotak bekal di tangannya.

Naila mengangguk, ia dan Alya memang berjanji untuk membawa bekal hari ini.

"Naila sama Alya bawa bekal? Besok gua juga mau bawa bekal deh," ujar Rusmi diikuti Atun yang menganggukkan kepalanya.

"Yaudah, ayo ke kantin," sambung Naila.

Mereka pun berjalan menuju kantin khusus kelas XI. Alasan mereka tak makan di kantin utama adalah mereka tak ingin langsung masuk BK jika mereka makan di kantin utama.

"Ra, Herlin kenapa enggak masuk?" tanya Endang membuat Raya menoleh.

Mereka kini sudah sampai di kantin kelas XI. Atun, Alya, dan Rusmi pergi memesan makanan sedangkan Raya, Naila, Endang memilih menunggu di meja kantin.

"Ijin. Ada acara keluarga," jawab Raya singkat membuat Endang mengangguk.

"Terus Diva ke mana?"

Endang menggeleng, "Kayaknya ada urusan keluarga juga."

Raya mengangguk paham. "Main hape terus aja, Nai."

Naila menyengir tanpa berniat membalas sindiran Raya, karena ia memang sibuk mengecek berkas dan dokumen penting di ponselnya.

Naila itu pekerja keras, walaupun kedua orang tuanya bekerja dan membuatnya tercukupi dalam kebutuhan hidup. Tak membuat Naila ingin leha-leha saja, ia tetap keras kepala ingin bekerja secara diam-diam. Jika dia sukses, dia akan memberi tahu kepada kedua orang tuanya.

AnggaRaya [ON GOING - SLOW UPDATE - REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang