'¤| Bab 43☆

47 8 3
                                    

Seminggu setelah kejadian di kantin, keadaan reputasi Raya di sekolah semakin buruk.

Entah, di mana pun dan kapan pun Raya bertemu dengan salah satu murid di sekolahnya. Raya selalu ditatap sinis, bahkan ada yang sampai memberi tahu orang luar sekolah tentang hal buruk dirinya.

Diantaranya ia di cap sebagai teman makan teman, padahal Raya bukan kanibal.

Makan daging ayam saja Raya jarang, apalagi makan daging manusia. Mana ada yang jual?

Raya menghela napas, pagi hari ini sepertinya akan berlalu sangat lama.

Gadis itu memegang tali tas hitamnya dengan erat sambil menundukan kepala.

Di pertigaan menuju koridor kelas XI MAIPS, Raya melihat di depan koridor tertempelnya sebuah papan mading. Terdapat berbondong-bondong murid MAN Jaya yang ingin melihat informasi yang ada di mading tersebut.

Raya mengernyit, Tumben papan mading rame. Biasanya enggak seramai ini kalau OSIS bikin pengumuman.

Gadis itu ingin tak peduli, namun apalah daya. Ia malah melangkahkan kakinya untuk menghampiri mading itu dan melihat apa yang tengah terjadi.

Raya Oktaviana kelas XI MAIPS 2
Pulang sekolah gadis itu tidak langsung pulang ke rumah, melainkan pergi hingga tengah malam.

Saat itu, saya (RP) melihat Raya tengah di bonceng laki-laki yang nampak tua.

(Sebuah foto)

Apakah pantas seorang murid yang dibanggakan selama ini oleh MAN Jaya malah mempermalukan martabat sekolah.

Raya menggeleng, apa maksudnya ini? Dan ... dan dari mana foto itu berasal?

Siapa laki-laki yang bersamanya? Raya tahu, yang ada di foto tersebut adalah dirinya. Namun, Raya tak ingat siapa nama laki-laki yang memboncengnya saat itu.

Ah! Bang Aland. Raya ingat, laki-laki itu yang mengantarnya pulang. Hei! Laki-laki itu bahkan yang Raya pikir adalah berumur 19 tahun, kenapa di poster itu Aland malah terlihat lebih tua.

Cih, dasar efek editan! -batin Raya berdecih.

Rasa dalam dirinya merasa tak terima, ini dinamakan pencemaran nama baik. Dengan terburu-buru, Raya membuka kaca yang melapisi mading itu dan mengambil kertas-kertas yang berisi informasi tentang dirinya yang rusak. Bahkan menghinanya.

Raya berkedip, berusaha menahan tangis.

Sesak, dengan segera gadis itu merobek kertas-kertas yang sangat mengganggu dirinya dan terlalu nikmat bagi mereka yang suka mencibir kehidupan orang lain.

Sreak!

Sreak!

Sreak!

Suara kertas yang dirobek secara brutal oleh Raya mengantarkannya kepada tatapan murid MAN Jaya seakan-akan ia benar-benar sang tersangka.

Raya menggeleng, dasar people penganut hoak!

Ranita menghampiri Raya diikuti kedua temannya. "Wah! Apa kata gue, bener kan? Lo itu cuma sekedar kupu-kupu malam."

Aurel memasang tatapan jijik yang dilayangkan kepada Raya, "Orangnya pinter sih ... tapi enggak punya harga diri," ejeknya.

Raya menggeleng sambil mengepalkan tangannya, harap-harap agar mereka semua bisa ia matikan dalam sekejap. Namun, memang dasarnya hidup mereka kebanyakan drama.

AnggaRaya [ON GOING - SLOW UPDATE - REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang