'¤| Bab 02☆

210 71 24
                                    

Raya berjalan meninggalkan kelasnya yang sudah sangat sepi karena memang waktu pulang sekolah sudah terlewat setengah jam yang lalu.

Dengan seperti biasanya. Raya memakai earphone di telinga sebelah kanannya dan tangannya yang berada disaku rok batiknya.

"Pak Ikhsan! Ray pulang dulu ya?" pamit Raya kepada Satpam sekolahnya yang sedang duduk di pos dekat pagar utama sekolah MAN Jaya.

"Ah, iya nak Raya. Hati-hati dijalan ya!" pesan Pak Ikhsan kepada Raya.

Raya tersenyum kecil dan mengangguk setelah itu melangkahkan kaki mungil-nya ke jalan Raya.

"La la la la..." Raya bersenandung pelan mengikuti irama musik ditelinganya.

Jarak antara sekolah dan rumah Raya cukup jauh. Sekitar tiga kilometer. Iyah, jauh jika berjalan kaki!

Biasanya Raya akan pulang menggunakan angkot, tetapi karena sekarang sudah pukul 16.45 WIB. Angkot sudah tidak ada lagi yang hilir.

Jadi jalan satu-satunya Raya harus berjalan dari sekolah menuju rumahnya.
Ada 2 jalur yang bisa dilalui. Jalur pertama adalah jalan Raya yang memang jalannya lurus terus dan padat akan kendaraan dan polusi, dan jalur kedua melewati desa-desa yang memang sangat sepi jalannya.

Raya yang memang tak suka bising-pun berjalan melewati jalan desa yang memang berkelok kelok dan sepi, hanya ada pepohonan.

MAN Jaya adalah sekolah yang menerapkan full day kepada anak didiknya. Dan hari sabtu, itu libur. Minggu, adalah jadwal untuk Ekstrakulikuler dan pengajian mingguan untuk Putra. Ya, Madrasah Aliyyah Negri Jaya.
Walaupun 38% ada murid yang tidak memakai Jilbab disekolah itu, tetapi pelajaran Agama dan ketetatan peraturan di sana bukan kaleng-kaleng.

Sekolah yang memiliki ruang kelas sebanyak 30 ruangan. Memiliki 3 tingkat membentuk leter-U dan di tengah-tengahnya adalah aula dan lapangan utama yang digunakan untuk salat berjamaah dan untuk kumpulan murid-murid serta upacara bendera.

Raya adalah anak kelas XI MAIPS 2. Mengapa Raya masuk IPS? Bukan karena bodoh. Raya adalah murid terpintar di MAN Jaya, tetapi memang Raya-nya yang tidak ingin masuk MAIPA. Raya masuk MAIPS untuk menjadi dokter dan juga ingin membangun sebuah perusahaan kecil.

Jangan salah. Anak MAIPS juga bisa menjadi dokter. Raya ingin menjadi dokter Psikolog.

Mengapa tadi dia membaca buku Biologi? Namanya juga orang. Biarlah.

MAN Jaya tidak membiarkan anak MAIPA dan MAIPS dipisah. Mereka dalam ruang lingkup yang sama. Yang membedakan hanya gedung sekolah mereka. MAN Jaya terdapat 2 gedung yang saling berdempetan. Yap! Satu untuk murid kelas MAIPA dan satu lagi untuk murid kelas MAIPS. Setiap gedung ber-leter-U dan saling berhadapan.

Sudah. Author lelah menjelaskan sekolah si Raya:v.

Raya sudah berjalan selama setengah jam dan dia baru mendapat 2 kilometer. Semangat! Raya.

Kreek!

Kreek!

Kreek!

Raya memasang wajah waspadanya saat mendengar suara yang aneh.

Raya melirik kekanan dan kekiri tidak ada siapa-siapa.

Raya mempercepat jalannya karena waktu sudah ingin masuk maghrib.

Setelah sampai di dekat komplek perumahannya, Raya buru-buru ingin cepat sampai kerumah karena tak sabar ingin mandi.

Di gang kedua dari pintu masuk Komplek, terdapat rumah kecil, minimalis di baris kanan kolom 2 yang didempeti oleh 2 rumah mewah.

AnggaRaya [ON GOING - SLOW UPDATE - REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang