'¤| Bab 24☆

51 22 5
                                    

Aku terjatuh dan tak bisa
bangkit lagi. Aku
tenggelam, dalam perasaan
yang terdalam.
Aku terjebak, dalam hubungan
yang tak ada kepastian.
Aku tanpamu, memang
kenyataan.

-Author gendeng

HappyReading!

Angga melirik ponselnya yang menyala menandakan notice yang keluar yaitu 'no signal', dari atas puncak ini memang sangat susah sinyal. Untungnya, ia membawa walkie-talkie yang diberikan khusus dari kepala sekolah MAN Jaya untuk Unifoce. Hanya untuk acara ini saja. Selepas itu, dikembalikan.

Menghela napas, perutnya keroncongan. Kode dari cacing-cacing yang sudah kelaparan meminta diberi makan.

Bangkit dari tempat pantauannya, Angga berniat turun yang ditanyai oleh Chiko.

"Mau ke mana?" tanya Chiko heran.

Tak biasanya Angga meninggalkan tugasnya.

"Makan ke bawah," jawab Angga singkat semakin membuat Chiko penasaran.

Sejak kapan Angga tidak tahan untuk tidak makan?

"Gue titip," kata Chiko dengan cengiran.

Angga mengangguk tetapi baru saja ia ingin melangkah, teriakan dari seseorang membuatnya membatalkan niat.

"Ngga! Dari arah Utara ada yang nyerang, lempar batu ke arah tenda dan ada beberapa barang yang rusak di luar. Putra lagi tiduran, belum bangun," lapor Yusri sambil menetralkan napasnya sedangkan Angga langsung berbalik menuju tempat konflik meninggalkan wajah Chiko yang cengo.

"Lah? Nggak ada komando?" gumam Yusri membuat Chiko menoleh dan langsung berjalan mengikuti Angga.

"Udah ikutin bos aja."

Angga memegang walkie-talkie-nya lalu menghubungi Fizri, Daniel, dan Putra dengan cepat.

Bodohnya, Yusri malah meninggalkan Putra seorang diri. Bagaimana jika Putra disandra oleh mereka?

"Shit!" umpatan dari mulut Angga tak terelakan. Dia berlari sekencang mungkin dan saat sampai di sana, keadaan porak-poranda.

Tukk!

Tukk!

Tukk!

Bahkan, secara brutal batu-batu itu terlempar mengenai atas kepalanya.

Untung, hanya batu sebesar kepalan tangan.

"Keluar! Jangan beraninya main di belakang!" teriak Angga dengan kesal.

Bagaimanapun, keselamatan teman-temannya sangat ia prioritaskan.

Putra?

Angga menoleh ke kanan dan ke kiri, akhirnya terlihat siluet seorang laki-laki yang tengah duduk bersender di pohon.

Menghampiri Putra lalu menepuk bahunya kencang.

"Bangun!" ucap Angga sekali lalu membuat Putra bangun.

Bahkan, Yusri yang sudah membangunkan Putra dengan menendang tubuhnya pun tak membuat Putra terbangun. Mungkin, hanya Angga yang memang pawang untuk Unifoce.

"Kenapa, Bos?" tanya Putra dengan suara serak sambil mengucek matanya.

"Ada serangan dari luar, gue nggak tahu pasti siapa. Tapi, mereka sudah mengganggu acara kita," ucap Angga yang tersirat akan kemarahan membuat Putra segera mengangguk, padahal dia belum mengerti jelas apa yang Angga ucapkan.

AnggaRaya [ON GOING - SLOW UPDATE - REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang