"Semua hal yang ada di dunia ini harus dibayar dengan jerih payah yang sama. Harta dibalas harta, darah dibalas darah, dan nyawa dibalas nyawa."
HappyReading♡.
Angga menerima informasi dari Ahsan bahwa Buana pergi keluar kota. Markas yang selama ini Buana (Markas Blood Diamond) gunakan juga sudah ditinggal oleh pemiliknya dari seminggu yang lalu.
Pantas saja, saat misi pencarian Naila dan Endang, Aland menyuruhnya langsung pergi ke rumah Rami. Ternyata di markas Buana tidak ada seorang pun.
"Terus kita harus gimana, Ngga?" tanya Chiko sedangkan Juan menatap mata Angga yang terlihat letih.
Laki-laki itu tidak beristirahat dari dua hari yang lalu, entah apa yang mengganggu pikiran Angga sampai tidak sempat beristirahat.
"Lo kenapa?" tanya Juan khawatir.
Angga menggeleng.
"Kurang istirahat, abis ini gue tidur," jawab Angga lalu menoleh ke arah Chiko. "Kita tetep enggak bisa biarin kepergian Buana kayak gini, kita harus tetep jaga-jaga."
"Chan!" panggil Angga kepada Chandra yang langsung menoleh, sedangkan Putra yang ada di sebelah Chandra juga ikut menoleh.
"Lo sama Putra juga harus tetep jaga komunikasi sama markas kita yang ada di Bandung sama Malang, kalau bisa kontekan terus tiap hari," ujar Angga yang dibalas anggukan oleh kedua laki-laki itu.
"Iuran yang dikumpulin selama ini, gimana?" tanyanya kepada Chiko.
Chiko menatap mata Angga.
"60 juta udah ke kumpul si, masih ada yang nunggak itu juga," jawab Chiko.
Angga mengangguk.
"Pintain, kita ada jadwal ke panti asuhan sama Unicef tiga bulan lagi," balas Angga membuat Chiko mengangguk.
"Aman."
Angga menatap Alfin dan Juan.
"Lu berdua, coba bikin strategi tempur. Gue rasa Buana enggak bakalan asal kabur aja ninggalin Bogor tanpa ribut sama kita, lebih tepatnya sama keluarga om Cashel."
Kedua lelaki dingin itu mengangguk lalu mulai membahas strategi yang baru untuk menghadapi perang dadakan ke depannya.
Angga menghela napas, lelaki itu menyenderkan tubuhnya ke sofa sembari mengingat-ingat sesuatu yang mungkin saja terlupa.
"Kita bahas surat cinta itu lagi," Suara Angga kembali menginterupsi.
Teruntuk bunga yang mekar, semerbak baunya. Mawar merah.
Ucapkan hai, untuk dia yang datang dan ucapkan bye untuk dia yang pergi.
Membuka lembaran usang, menemukan sebuah kejanggalan.
Sebuah penentuan, apakah akan berakhir masa atau ditelan pasrah.
Mr. BD
"Kita udah dapet klu dari semua bait puisinya," Irgi berucap.
Alfin mengangguk membenarkan.
"Udah fix pasti buat bunga itu Raya. Buat 'dia yang datang' itu pasti Buana, 'dia yang pergi' ini belum pasti sih," ucap Alfin.
"Buat 'Membuka lembaran usang, menemukan sebuah kejanggalan' pasti tentang permasalahan Pegasus sama Ketua angkatan kelima," lanjut Angga.
KAMU SEDANG MEMBACA
AnggaRaya [ON GOING - SLOW UPDATE - REVISI]
Teen FictionRaya membulatkan matanya. Horror, "Apasi! Cepetan turun." Angga yang tak kuasa melihat wajah Raya yang memerahpun melepaskan tawanya. "Kenapa sih, lo?" Raya menatap aneh Angga yang tiba-tiba tertawa lebar. "Muka lo, lucu!" Raya yang kesal, berlalu m...