1. Pertemuan kecil

158 15 0
                                    

Disebuah pasar yang terkenal disoul banyak didatangi pembeli sedang membeli bahan makanan. Terlihat seorang gadis kecil berumur 3 tahun yang membawa tas ransel berwarna pink sedang bergandeng dengan Ibunya di pedagang penjual ikan. Matanya melihat seekor kucing kecil yang sangat lucu, matanya yang besar tidak lepas menatap kucing kecil tersebut ketika pandangannya dihalangi pembeli lain yang ingin membeli ikan.

Ia menatap tangannya yang tidak lepas dari genggaman Ibunya. Pandangannya beralih ke Ibu yang fokus membeli ikan. Tangannya terulur kearah kucing kecil yang masih asik diam ditempatnya.

"Kucing." Lirihnya menatap sendu kucing tersebut.

Semakin lama ia menatap kucing itu ia ingin menghampirinya. Dengan sekali hentakan ia menarik tangannya dari tangan Ibunya dan berlari mengejar kucing kecil yang hendak berjalan. wanita yang masih fokus membeli ikan tidak tahu bahwa anaknya sudah lepas dari genggamannya.

"Kucing!" Teriaknya girang saat ia sudah didepan kucing tersebut. Ia berjongkok dan tangannya terulur menyentuh bulu yang halus itu, tak sengaja ada tangan yang sedikit lebih besar juga memegang lembut bulu itu. Gadis kecil itu mendongak, terlihat anak laki yang seumuran dengannya juga asik mengelus bulu kucing yang ia temui.

Ia menepis tangan yang lebih besar darinya itu. "Ini kucing aku, aku yang nemuin." Tegasnya.

"Aku juga nemuin dia sebelum kamu." Anak laki itu tidak mau kalah.

Dengan cepat ia melepaskan tas yang selalu dibawanya dan mengeluarkan sebuah kalung kain  berwarna merah dengan liontin perak dikalung tersebut. Ia memakaikannya pada si kucing, terlihat kebesaran tapi ia tidak peduli.

"Liat! Dia udah jadi milik aku!" Tunjuknya pada kalung yang baru saja ia pakaikan pada kucing yang sejak tadi hanya diam menjadi perdebatan dua anak kecil.

Anak laki didepannya hanya diam menatapnya lalu memegang liontin yang sepertinya terdapat tulisan disana. Didepan liontin itu terdapat tulisan CAT yang besar lalu membaliknya dan terdapat tulisan CHOI YUNA sepertinya itu sebuah nama.

Gadis kecil itu menepis tangannya untuk yang kedua kalinya. "Kamu gak boleh pegang! Dia udah jadi milik aku."

"Tapi aku yang temuin dia duluan."

"Aku!"

"Aku."

"Aku!"

"Aku."

"AKU!" Teriak gadis kecil itu hingga ia berdiri dari jongkoknya.

"Kamu gak boleh pelit. Kasian kucingnya." Anak laki itu juga ikut berdiri.

"Aku gak mau tahu itu kucing aku."

Tanpa mereka sadari banyak pasang mata yang melihat mereka berdebat. Tidak jauh dari mereka ada seorang Ibu-Ibu yang kebingungan mencari anaknya.

"Ibu lihat anak kecil perempuan tingginya sekitar segini, pake tas warna pink, rambutnya dikuncir kuda?" Tanyanya pada tiap orang yang lewat.

"Ibu saya lihat disana ada dua anak kecil lagi berdebat." Ucap salah satu pembeli saat mendengar ada yang kehilangan anak.

"Ibu bisa tunjukin dimana?"

"Ayo ikut saya."

"Aku duluan yang pegang baru kamu jadi ini punya aku!"

"Kucing ini bukan punya siapa-siapa."

"Ini kucing aku!" Kekeh gadis kecil itu, wajahnya sampai memerah menahan marah.

"Yuna! Yuna!" Panggil seseorang membuat gadis kecil yang sedang marah menengok kesana kesini, ia mengenali suara itu. Seorang wanita datang dari arah belakang, melihat itu gadis kecil yang dipanggil Yuna langsung memeluk Ibunya dan menangis disana.

"Kamu kemana aja sih? Eomma sampai nyariin kamu." Tanyanya berjongkok sambil melihat anaknya yang menangis. "Kamu kenapa hah?" Ia mengelap dahi anaknya yang terlihat berkeringat.

"Hiks ... itu kucing aku ... huuu ... Eomma itu kucing aku." Adunya.

"Hust jangan nangis kita liat kucingnya ya." Gadis kecil itu hanya mengangguk menurut.

Wanita yang dipanggil Eomma oleh gadis kecil itu melihat seorang kucing kecil gembul yang berwarna putih. Terlihat lucu dengan bulunya yang jabrik pantas anak-anak suka pada kucing ini. Tak lupa juga kalung yang kebesaran terpasang dileher kucing kecil itu. Ia menghela napas, anaknya sangat menyukai kucing. Semua kucing yang anaknya temui pasti dibilang miliknya.

"Aduh maaf ya Bu anak saya bikin anak Ibu nangis." Seorang wanita paruh baya berdiri didepannya dengan perasaan bersalah.

Ibu dari gadis kecil itu berdiri. "Gak papa Bu, anak saya yang salah dia terlalu suka sama kucing jadi gak mau ngalah."

"Nggak Bu, anak saya tadi yang bikin anak Ibu marah."

"Yuna minta maaf sama dia. Kamu udah salah." Pinta Eomma dari Yuna.

Yuna si gadis kecil hanya menggelengkan kepalanya. "Itu kucing aku." Cicitnya ingin kembali menangis setelah berhenti tadi.

"Iya itu kucing Yuna, sekarang Yuna minta maaf."

Dengan ragu Yuna maju selangkah lalu mengulurkan tangan kanan kecilnya kedepan. Anak laki yang dari tadi terdiam juga melakukan hal sama dengan Yuna.

"Maafin aku, tapi kucingnya tetep punya aku."

"Aku juga minta maaf, tapi itu kucing liar."

Setelah berucap seperti itu mereka melepaskan jabatan mereka.

"Ayo Yuna. Kami permisi Bu." Pamit Eomma Yuna.

"Iya Bu."

"Ayo Jin kita pulang." Ajak Eomma yang memanggilnya Jin.

"Tunggu Eomma." Dengan cepat Jin-anak laki itu berjongkok didepan kucing kecil tadi dan mengambil kalung yang kebesaran itu. Ia pun memasukkan kalung itu ke dalam saku celananya.

"Ayo Eomma." Ajaknya lalu pergi meninggalkan kucing kecil itu yang pergi dari tempatnya.

















#=#

Gimana kesan pertamanya? Lucu? Imut? Atau yang lain?

Jangan lupa
Vote & Komen

___

Eomma : Ibu


Jumat, 25 Juni 2021

The Dance Jinju (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang