20. Terima Cinta

23 7 0
                                    

"Wae?" Tanya Jungkook melihat Yuju yang berdiri disampingnya menyender ke tembok dengan tangan terlipat, setelah dia keluar dari toilet. Tadi ia sempat mengikuti Jungkook dan menunggunya, dirinya sungguh kesal dengan Jungkook. Ingin rasanya mencakar dan menonjok wajah itu sampai tidak terbentuk.

Yuju menegakkan tubuhnya dan menatap Jungkook didepan sepenuhnya tanpa merubah posisi tangannya. "Kamu udah tahu kan Nara suka sama kamu?" Tanya Yuju.

Jungkook menghela napasnya, ia kira apa yang ingin dibahas Yuju. Jungkook menatap Yuju tajam. "Ne, wae?"

"Seharusnya kamu ngehargain Nara yang udah suka sama kamu sejak lama tanpa ngusik sedikitpun."

"Hina juga suka sama aku sejak lama, tapi aku tolak dan tolak selama beberapa kali bahkan puluhan kali. Apa bedanya?"

"Beda, jelas beda." Yuju menurunkan tangannya dan mengepalkannya, benar kata Nara Jungkook bahkan membela si Hina daripada dirinya. "Lalu kalau Nara sama Hina sama-sama berjuang demi kamu, kenapa kamu nerima Hina? Gak mungkin kamu suka karena kamu cinta. Bahkan yang lebih sering sama kamu itu Nara."

"Yak, hati itu bisa berpindah tempat. Jadi jangan salahin aku kalau hati dia berhenti di aku. Lagian aku gak suka masih mau aja."

"Bukannya yang bikin Nara deket sama kamu itu kamu sendiri? Kalau saja kamu gak nyuruh Nara buat jadi babu kamu dia gak terlalu berharap kayak gini." Disini yang memang jadi biangnya itu Jungkook dan dia gak mau mengakui itu semua. Ingin saja Yuju mengungkap semuanya, tapi dirinya masih baru, belum tahu apapun tentang mereka berdua. Yang lebih jelasnya Nara suka Jungkook dan Jungkook lebih nemilih Hina daripada Nara yang selalu melakukan apapun untuknya.

"Itu karena dia aja yang mau-"

"Dan kamu ancam dia!" Yuju menaikkan suara dan menunjuk Jungkook.

"Dia bisa nolakkan?"

"Mana ada orang yang nolak ketika orang yang ia cintai bisa dekat dengannya, walaupun dengan ancaman."

"Kamu terlalu sibuk sama urusan Nara lebih baik kamu urus diri sendiri. Lagian, kenapa kamu tahu kalau Nara suka sama aku dan tentang ancaman itu?"

"Nara yang bilang, sebelum Nara bilang aku juga udah tahu. Kelihatan jelas saat Nara natap kamu dengan berharap. Kalau soal ancaman Nara yang bilang walau bukan dirinya yang dia sebut."

Kring kring

Yuju dan Jungkook terdiam, suara bel masuk menghentikan pembicaraan mereka. Yuju menggeram kesal disaat seperti ini bel masuk berbunyi, bahkan dirinya belum membuat si Jungkook itu merasa kalah.

"Udah masuk, aku duluan. Kalau sudah tahu kau dan Nara harus terima keputusanku." Setelah itu Jungkook pergi membuat Yuju menggeram kesal.

"Kalau aku tahu kau menyesal tidak menerima cinta Nara, Jungkook. Jangan harap Nara akan aku kasih secara cuma-cuma." Setelah itu Yuju pergi menyisakan keheningan didepan toilet.

"Yuju kamu abis kemana?" Tanya Nara menghampiri Yuju ketika memasuki kelas. Yuju melihat tatapan khawatir dari Nara, ia memalingkan wajahnya tidak ingin melihat itu. Nara sudah menunggunya setelah Jungkook menyatakan cinta ke Hina. Ia takut Yuju berbuat sesuatu yang menyebabkan temannya itu mendapat masalah hanya karenanya.

Yuju menurunkan pelan tangan Nara yang memegang tangan kanannya dengan lembut. "Gwaenchana." Balasnya dengan senyuman yang lebar.

"Tapi, kamu gak bikin masalah yang aneh kan?"

Yuju merangkul leher Nara dengan senyuman yang tak pernah luntur. "Aku itu Yuju, anak baru yang masuk ke sekolah ini. Bikin masalah masih terlalu baru rasanya." Nara menghela napas, kekhawatirannya menghilang begitu saja. "Yok, belajar. Kita lihat siapa yang bakal jadi juara."

Melihat Yuju begitu semangat Nara menjadi terharu. Walaupun ia tidak menganggap Yuju teman sepenuhnya seenggaknya, dengan adanya Yuju dirinya merasa ada yang menyemangati tanpa pamrih. "Hem, aku tunggu Yuju."

《■》

Nara mematung melihat dirinya dipanggil oleh Jungkook yang merangkul Hina, terlihat mesra. Nara menunduk tidak kuat melihat kedua orang itu, hatinya sakit dan tubuhnya seperti tidak ada tenaga. Lemas. Bagaimana bisa Jungkook masih menyuruh dirinya? Ah ya, dirinya masih babu seorang Jungkook. "Ada apa?" Tanya Nara meremas roknya.

"Tolong beliin Hina minum, ini duitnya." Pinta Jungkook memberikan uangnya yang ditaruh diatas meja.

Nara mengambil uangnya dan langsung pergi, tanpa banyak kata. Ia tidak kuat, sungguh tidak kuat. Tapi, mau tidak mau ia harus menerima ini semua. Nara membelikan sebuah minuman lalu kembali ke tempat semula, memberikan minuman itu kepada Hina. Hina tak menerimanya langsung, ia terdiam beberapa saat menatap botol itu lalu menatap dirinya.

"Aku gak suka minum minuman isotonik kayak gini. Kenapa gak nanya dulu sih?! Kalau gitu, beliin minuman jeruk."

"Trus minumnya-"

"Gantilah! Masa gitu aja gak ngerti."

Oh, ia lebih pesuruh ketimbang Jungkook. Jungkook akan menerima semua yang ia belikan entah sesuai dengannya atau tidak. Tapi, Hina malah menyuruhnya kembali dan tidak tahu terima kasih. Nara mengambil minuman itu tetapi seseorang menariknya membuatnya menghadap ke arah kiri. Nara dibuat terkejut, darimana dia datang? Sejak kapan dia disini? Dari wajahnya sepertinya dia terlihat kesal.

"Yuju."

Yuju merampas minuman yang Nara pegang lalu meletakkannya kembali diatas meja membuat si empu terkejut dan menatap Yuju tajam.

"Inget ya! Mulai sekarang jangan ada yang nyuruh Nara. Apapun itu! Dan mulai sekarang, Nara berhenti jadi babu kamu!" Yuju menunjuk Jungkook dengan wajah kesal. Ia menarik Nara untuk pergi darisana, dirinya sudah tidak kuat melihat itu semua. Bagaimana dengan Nara? Sudah pasti dia tersiksa, bantin dan juga fisik.

"Yuju ... tapi ... "

"Apapun ancaman atau resikonya, kamu gak boleh jadi babu dia lagi." Ucap Yuju membawa Nara keluar dari kantin.

"Tapi ... "

Yuju menghentikan tarikannya setelah keluar dari kantin. Ia menatap Nara tajam. "Jangan pernah kamu ikutin kata dia lagi. Udah cukup kamu kayak gini, jangan bikin hati kamu sakit. Aku tahu kamu masih berharap sama Jungkook. Tapi ... tapi dia juga harus sadar diri, gak semua yang dia mau harus diturutin. Kamu itu manusia ada batasannya, begitupun hati dan kesabaran. Aku tahu kamu bakalan nolak, tapi pikirin diri kamu sendiri. Makin kamu masuk ke dalam sana, hati kamu makin sakit dan itu membuat dia makin senang dengan kamu seperti itu."

"Kata orang-orang 'kita harus menjauh biar dia sadar kalau dia butuh kita. Bukan kita butuh dia' Gitu kan?" Lirih Nara menatap Yuju.

"Hm, dia butuh kesadaran diri dan kamu butuh kekuatan hati, biar bisa ngadepin ini semua."

"Aku gak tahu harus gimana. Ini pertamanya aku dapet masalah kayak gini, apalagi masalah hati."

"Yang kamu harus lakuin, jangan sekalipun berharap padanya."

#=#

Vote dan komen ^^

___
Wae : kenapa
Ne : iya
Yak : hei
Gwaenchana  : aku baik-baik saja

5 Oktober 2021

The Dance Jinju (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang