23. Kucing Sialan!!!

23 5 0
                                    

Sudah beberapa hari Jin melihat Yuju yang tak henti latihan. Setiap istirahat selalu latihan, pulang juga latihan. Setiap waktu yang menurut Yuju tidak ada kegiatan, dia pakai untuk latihan tak lupa juga mengajak Jin. Ia rasanya sudah hapal hanya melihat gerakan Yuju saja, padahal waktu lomba kemarin dia tidak latihan sekeras sekarang. Memang jadwal latihan ditambah sama seperti kemarin.

Yuju menghentikan gerakannya, dirinya sungguh lelah menari berulang-ulang sampai sempurna. Ia mengambil minuman rasa jeruk didepannya lalu meminumnya sambil memikirkan gerakan yang ia lihat di ponselnya berusaha menyesuaikan gerakan yang susah itu sebisanya.

"Cuman ngeliat kamu latihan sendiri aku sudah hapal gerakannya." Ucap Jin memacahkan keheningan sehabis lagu berhenti diputar.

Yuju menatap Jin dengan mengangkat satu alisnya. "Bukannya aku udah bilang? Aku mau nyempurnain gerakan."

"Kau belum hafal, tapi perlombaan tinggal seminggu lagi."

"Siapa bilang gak hafal?" Yuju menaruh botol minumnya didekat kaca. "Aku udah hafal, cuman cari gerakan yang menurut aku gampang."

Jin hanya menganggukkan kepalanya lalu berdiri dari duduknya. "Mau kemana?" Tanya Yuju.

Jin menunjuk jam di dinding. "Lima menit lagi bel aku mau ke kelas." Setelah berucap seperti itu Jin pergi keluar dari ruangan eskul.

"Ih! Kan aku belum bilang latihan selesai!" Kesal Yuju menghentakkan kakinya. "Tapi emang bener sih, kalau terlambat masuk kelas bisa ditanya mulu." Gumam Yuju.

Ia melangkah mengambil minumannya yang masih setengah tergeletak diatas lantai lalu keluar dengan menutup pintu. Yuju berjalan menuju kelas saat di depan kelas dirinya melihat Nara yang berdiri menyender di dinding memperhatikan ponselnya.

"Nara!" Panggil Yuju.

Nara menatap Yuju lalu tersenyum dan memasukkan ponselnya kedalam kantong. Nara melihat Yuju yang memakai celana training. "Kamu abis latihan?" Tanya Nara.

"Hem." Yuju mengangguk, mereka memasuki kelas bersama-sama.

"Baru seminggu udah ada lomba lagi, padahal masih berasa yang kemarin. Tegang, gugup, takut, dan lelahnya masih berasa." Jelas Nara.

"Ehm, gak berasa udah dua minggu semenjak aku menangin lomba pertama kemarin."

"Kayaknya kamu bakal jadi leader deh." Nara duduk dibangkunya diikuti Yuju yang berdiri disamping Nara.

"Gak terlalu berharap. Tapi, kalo emang beneran jadi leader gak papa."

"Nanti latihan?" Tanya Nara menatap Yuju.

"Iya, latihan."

Kriiingggg kriiiinggggg

Bugh!!!

Yuju menatap heran orang didepannya yang menabrak bahunya dengan keras. Orang itu hanya tersenyum lalu duduk dibangkunya. Ia mendengus kesal, masih saja orang itu memperebutkan orang yang belum tentu mau dengannya.

Ia adalah Jina yang terang-terangan bilang bahwa Jin akan menerima cintanya. Padahal Jin orang yang susah diajak mengobrol, apalagi dengan sifatnya yang dingin. Ingin sekali ia bilang 'jangan terlalu jauh mimpi ntar gak bangun' kayaknya Jina bakalan balas perkataannya.

"Ayo semuanya duduk!" Perintah seorang guru saat memasuki kelas. Guru itu menurunkan kacamatanya melihat Yuju yang terdiam sambil menatap kebelakang. "Yuju, apa yang kamu lihat? Buka celana training kamu. Ini bukan pelajaran olahraga." Peringat guru itu membuat Yuju terkejut.

"Mian Ssaem, aku ganti celana dulu." Setelah itu Yuju pergi meninggalkan kelas dan berjalan menuju toilet untuk membuka celananya.

Yuju kembali masuk saat matanya tak sengaja menatap setumpuk buku didepan meja guru dirinya bingung dan terdiam. Setelah beberapa detik terdiam ia baru ingat dirinya belum mengerjakan PR.

《■》

Kini dirinya tengah mengepel koridor, hukuman baginya yang tidak mengerjakan PR. Biasanya murid akan disuruh berdiri dibelakang kelas dan mengangkat tangannya, tapi kini ia disuruh mengepel koridor. Dirinya terlalu banyak berlatih hingga lupa dengan PR-nya.

Yuju menghela napas dan berhenti sejenak. Guru yang memberinya hukuman sangat baik tapi jika diberi hukuman dia memang No.1. Hukuman yang guru itu berikan tak segan-segan menyuruh anak muridnya membersihkan sekolah. Memang terlihat baik, tapi bisa menyiksa muridnya.

Ia menatap sekitar, tidak ada orang. Dengan lihainya dirinya menari dengan pel-lan ditangannya. Semakin ia menari dirinya semakin suka dan hanyut dalam tariannya.

"Meow!"

Yuju menatap kucing kecil berwarna oren yang memasuki koridor dan duduk menghadap padanya. "Bagaimana? bagus gak? Aku yang cari cara biar tariannya bisa aku kuasai." Jelas Yuju pada kucing tersebut sambil terus menari.

Brugh!

Lupa dengan lantai yang basah, kakinya tergelincir dan terjatuh membuat Yuju mengaduh kesakitan. Sedangkan kucing oren disebelahnya hanya menatap Yuju yang tengkurap dalam diam.

"Aku tahu kucing oren itu ngeselin, kayak sekarang bukannya bantuin malah diem. Dasar!" Kesal Yuju yang tanpa sadar kesal dengan seekor kucing kecil.

"Gwaenchana?"

Yuju mengangkat kepalanya. Dirinya melihat seorang yang dingin dengan wajah datar, siapa lagi kalau bukan Jin. Ia segera berdiri dengan meringis kecil saat sekujur tubuhnya terasa sakit.

"Gwaenchana, sana lewat awas jatoh!" Peringat Yuju.

Sedangkan Jin menatap Yuju dengan diam tak lama dirinya terkekeh membuat Yuju heran. "Kalau lantai basah jangan nari, jangan kesel juga sama kucing. Dia kan gak tahu apa-apa."

Yuju menatap Jin terdiam, dirinya baru saja melihat Jin tertawa dan itu terlihat ... tampan dimatanya. Jin melambaikan tangannya diwajah Yuju. "Kenapa diem?" Tanyanya lagi.

Yuju tersadar dan menatap Jin. "Eoh, mau lewat gak?! Mau dipel ini. Jangan nambahin tugas deh!" Kesal Yuju.

Jin menatap kebelakang. "Tapi si oren yang ngotorin lantai."

Yuju menatap ke depan dirinya terkejut bukan main, banyak ceplakan kaki kucing disana. Entah kucing itu main dilumpur mana membuat lantai terlihat kotor. Sedangkan tempat Jin tadi lewati tidak ada apapun yang membuat lantai kotor.

Yuju menarik napasnya lalu ... "KUCING OREEENNN!"

Kucing oren yang tadi duduk langsung melenggang pergi mendengar teriakan Yuju yang memekakkan telinga. Jin hanya menatapnya dan terkekeh kecil, lucu saja manusia kesal dengan seekor hewan kecil. Napas Yuju ngos-ngosan tidak teratur.

"Udah keselnya?" Tanya Jin dengan menaikkan satu alisnya.

"Awas aja kalau ketemu aku apain tuh kucing! Mana seneng banget liat aku jatuh." Yuju masih saja kesal mengabaikan Jin didepannya.

"Dia itu ngeliat kamu karena kamu aneh dan menarik buat dia lihat." Jelas Jin.

Yuju menatapnya tajam. "Menarik gimana? Bilang aja kalau dance aku jelek gak usah ngatain dengan cara diem." Yuju masih saja kesal dengan kucing itu.

"Yaudah aku mau ke kelas."

Yuju terdiam dirinya merasa aneh, Jin bilang dancenya menarik. Dia juga tertawa melihatnya kesal. Biasanya wajah dan suara itu terdengar dingin malah terdengar bersahabat. Jin juga tertawa saat dirinya berteriak dengan kesal, seperti ia memang sangat lucu untuk dilihat. "Bearti yang seneng liat aku jatuh itu bukan si oren? tapi Jin? ... AAAAAAAA!!!!"

#=#

Vote dan komen

___
Mian : maaf
Ssaem : guru
Gwaenchana : gak papa




Publikasi
25 Oktober 2021

The Dance Jinju (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang