34. Semua Sama Aja

20 6 0
                                    

"Jina?"

"Hai Yuju! Gimana kabarnya setelah bikin Jin marah? Kamu tahu? Fans Jin banyak loh gak cuman aku doang." Peringat Jina.

Yuju berkacak pinggang mendengar ucapan Jina dirinya tahu kemana arah pembicaraan orang itu. "Perasaan baru kemarin deh Jin marah sama aku. Tapi kok kamu tahu ya kalau di ruang eskul lagi ada masalah? Padahal gak ada yang ngebahas masalah diruang eskul ke orang lain ... oh iya, aku yakin temen kamu yang ngirim video itukan? Video saat Jin marah sama aku." Ucap Yuju tepat sasaran. Ia tak sengaja melihat Hina yang tengah merekam dirinya.

Jina mendengus kecil, sungguh pemikiran Yuju sangat cepat sekali. "Kalau masalah video, emang bener. Tapi, kalau masalah itu kesebar kayaknya baru sampai ke aku deh." Jelas Jina, melipat kedua tangannya dengan dagu yang terangkat.

Yuju menganggukkan kepalanya mengerti. "Kamu ngapain nyapa aku? Abis itu tiba-tiba ngebahas permasalahan diruang eskul?"

"Emang kenapa? Cuman mau lihat aja orang yang bikin Jin marah. Aku heran deh, orang kayak kamu berani banget sama ketua geng. Denger ya, dari satu tahun yang lalu. Dia gak pernah marah sebesar itu, paling cuman dicuekin doang dan kemarin dia sampai frustasi ngadepin kamu yang selalu ngebales ucapannya. Kamu maunya apa sih? Tinggal nurut aja apa susahnya?"

Yuju memutar kedua bola matanya malas, begini nih kalau gak liat dari awal permasalahannya abis itu yang dilihat dan didenger cuman satu pihak doang. Ya, gak bakal nyambung. "Kamu penasaran? Kan kemarin udah dikasih tahu videonya sama Hina kan? Gini, kamu buka ponsel kamu. Liat lagi video kemarin, perhatiin dan dengerin sampai habis oke. Abis itu kamu dateng lagi ke aku bilang siapa disini yang salah." Ucap Yuju dengan selembut mungkin.

"Ya, aku udah denger semuanya kalau kamu itu yang salah." Jina menunjuk Yuju dengan kesal.

"Oke, aku yang salah. Aku kayak gitu karena sebuah alasan dan pasti kamu tahu alasannya. Jujur aja aku males berurusan sama ketua geng itu, tapi karena dia ekspetasinya ketinggian makanya aku kesel dan aku bales semua omongannya."

"Ketinggian gimana? Dia itu ketua, harus pilih yang terbaik buat anggotanya. Kalau dia gak bisa kasih yang terbaik udah dari dulu sekolah ini bakalan demo buat turunin dia. Kamu lihatkan? Dia itu bisa jadi yang terbaik sampai sekarang, mending kamu ngalah deh. Ekspetasi dia luar biasa kalau kamu paling cuman buat nurunin harga sekolah ini." Jina mengangkat dagunya tinggi-tinggi.

Yuju menggelengkan kepalanya kecil, ternyata ketua geng bangtan itu dan geng cewek ini pikirannya sama saja, hanya memikirkan jabatan dan ketenaran. Bukannya semua itu bisa didapat karena mereka pernah mengalami hal sulit? Sepertinya mereka tidak pernah mengalami masa-masa sulit, sehingga terlalu meremehkan semuanya.

Yuju maju selangkah menatap orang didepannya dengan tajam. Dia sudah membuat dirinya kesal, baru dua bulan ia ada disini sudah ada dua orang yang membuatnya geram. "Yak, aku gak butuh jabatan. Kalau kamu mau, ambil aja! ... aku tanya, apa fungsinya jabatan? Jabatan itu bukan buat dipamerin tapi nunjukin kalau kamu atau dia bisa bertanggung jawab atas jabatan itu. Kalau kamu gak bisa tanggung jawab, apa yang terjadi? Sama aja harga diri kamu turun, bahkan lebih parah daripada kamu gak bisa menangin suatu perlombaan." Jelas Yuju.

"Ja-"

"Udah aku gak mau lagi denger masalah ketua sama jabatan. Kalau kamu cuman mau omongin itu aja, aku pergi." Pamit Yuju memotong ucapan Jina lalu pergi menjauh.

Diparkiran sekolah, Yuju menunggu Saram yang akan menjemputnya. Beberapa meter darinya ada empat orang pria yang asik bercanda ria, ia tidak peduli matanya fokus menatap mobil yang melaju dengan lincah dijalanan. Tak sengaja matanya menatap seekor kucing putih sedang yang tengah berjalan hendak ke gerbang.

Dengan cepat Yuju berlari kearah kucing itu, baru pertengahan jalan si kucing berhenti melihat ada seseorang yang jongkok didepannya dengan wajah sumringah. Dengan lembut, dirinya mengusap bulu kucing putih yang bersih itu. Tiba-tiba tanpa sengaja ada tangan yang hendak memegang kucing putih itu, langsung saja Yuju menepis tangan itu dan menatap nyalang orang yang ingin menyentuh kucing yang ia temui.

"Wae? Aku cuman mau megang." Heran orang yang berada didepan Yuju, yang tengah jongkok juga.

"Cari kucing lain aja sana! Kenapa sih kalau aku temuin kucing cantik selalu aja ada yang mau pegang? Kamu kalau mau megang kucing yang lain aja, kucing ini udah aku pegang jadi gak boleh ada orang lain yang pegang."

Jin yang beberapa meter dari Yuju, melihat gadis itu berada digerbang seorang diri tidak peduli sama sekali. Tak lama Yuju tengah bermain dengan seekor kucing berwarna putih, dirinya hendak mengalihkan pandangan tetapi tak jadi saat melihat seorang pria yang ingin memegang kucing yang Yuju temui. Langsung saja gadis itu menepis tangan itu, tatapannya yang awalnya cerah langsung tajam saat menatap pria yang hendak memegang kucing. Terlihat pria itu bertanya dan Yuju menjawabnya seperti marah-marah seakan tak suka.

"Hyung, liat apa sih? Yuk pulang." Ajak Taehyung menepuk bahu Jin hingga siempu terkejut dan mengangguk kecil.

Mereka melewati Yuju yang masih berdebat dengan seorang pria. Sedangkan Jin berusaha mengalihkan pandangannya tetapi nihil. Matanya masih memperlihatkan kegiatan Yuju dengan orang didepannya, mereka bahkan tidak mau mengalah dan sebuah mobil datang didepan gerbang membuat empat orang tadi yang ingin keluar terhenti. Jin menatap mobil yang pernah ia lihat sebelumnya saat dirinya menatap Yuju dihalte bersama seekor kucing.

Entah siapa yang berada didalamnya, Yuju seakan menunggu mobil itu untuk mengantarnya pulang. Tak lama jedela mobil terbuka secara perlahan memperlihatkan seorang pria tampan yang tengah berteriak memanggil seseorang. Mendengar jemputannya sudah datang Yuju langsung menghampiri pria dimobil itu, mereka terlihat berdebat dengan wajah Yuju yang tengah menahan kesal saat pria itu tertawa. Melihat mobil geng bangtan yang masih terparkir rapi didepan gerbang pria itu menyuruh Yuju agar segera naik, dengan wajah dongkol Yuju naik setelah itu mereka pergi.

Apa dia Oppanya? Terlihat akrab saat Yuju menghampiri pria itu, ketika Yuju selalu menahan kesal saat melihat pria itu dan pria itu menahan tawa saat Yuju kesal. Itu bukan sopir, terlalu dekat dengan seorang majikan. Kalau tidak salah dan tidak bukan sudah pasti Oppanya. Benarkah Yuju punya Oppa? Kalau benar siapa Oppanya itu? Dirinya pernah melihat wajah orang itu, tapi tak tahu dimana.


#=#

Wah kayaknya ada hubungan antara Jin dengan Saram nih tanpa sadar ^^

jan lupa bintang dan komennya agar cerita ini selesai sampai tamat.

___
Yak : hei
Wae : kenapa
Hyung : panggilan anak laki-laki kepada kakak laki-laki
Oppa : panggilan anak perempuan kepada kakak laki-laki




Publikasi
Kamis, 20 Januari 2022

The Dance Jinju (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang