Dhea dan Lifia sedang berada dalam perjalanan menuju kelasnya di lantai 3 gedung FEB. Keduanya memilih lewat tangga karena di depan lift banyak yang mengantre.
"Fi!" panggil Dhea.
"Kenapa, Dhe?" tanya Lifia menoleh sekilas.
"Menurut lo, gue jahat nggak sama Fian?" tanya Dhea.
Lifia gagal paham. "Maksud lo?" tanyanya balik.
"Ya, gue kayak ngasih harapan gitu ke Fian, padahal kan gue nggak ada perasaan apapun ke dia. Tapi, gue tuh sebenernya pengen ngasih jarak antara gue sama Fian, karena kalau kita terlalu deket yang ada Fian makin cinta sama gue, makin nyaman, dan pasti bakal susah buat move on. Tapi kalau gue tiba-tiba ngejauhin dia, gue takutnya bikin dia marah dan kecewa sama gue. Gue bingung harus gimana, Fi?" terang Dhea yang merasa bersalah dan bingung harus berbuat apa.
"Emang kenapa sih Dhe kok lo nggak bisa suka lagi sama orang sebaik Fian?" tanya Lifia penasaran.
"Lo tau alesannya, Fi," jawab Dhea yang kemudian dimengerti oleh Lifia.
"Fian nggak kalah ganteng dari dia, Dhe. Fian itu baik, peduli sama lo," ujar Lifia.
"Iya, Fi. Gue tau. Tapi ya gimana, gue cuma nganggep dia sebagai temen biasa," balas Dhea.
"Hm, gue jadi ikutan bingung nih sama permasalahan lo. Ribet. Nggak kelar-kelar," ucap Lifia.
"Iya," ucap Dhea lalu menghela nafasnya.
"Kayaknya gue punya ide bagus deh, Dhe," ucap Lifia tiba-tiba.
"Ide apaan?" tanya Dhea.
"Ntar selesai kelas gue kasih tau."
"Kenapa nggak sekarang aja?"
"Ntar aja selesai kelas. Sekarang kita ke kelas dulu biar nggak telat."
"Yaudah deh."
💙💙💙
Sesampainya di lantai 3, Dhea dan Lifia menuju ke depan kelas lalu ikut duduk di lantai bersama mahasiswa/i lainnya.
Satu setengah jam kemudian, kelas Dhea akhirnya dibubarkan.
"Ke musholla yuk, Dhe!" ajak Lifia setelah mereka keluar dari ruang kelas.
"Ayo!" setuju Dhea. Lalu ia teringat akan sesuatu. "Eh, tadi katanya lo mau ngomong, Fi," ujar Dhea.
"Ntar aja habis salat," kata Lifia.
"Oke. Tapi ntar ngomongnya di taman belakang aja ya," pinta Dhea.
Taman belakang adalah sebuah taman yang cukup luas yang berlokasi di belakang gedung FEB. Taman itu jarang sekali dikunjungi oleh mahasiswa/i maupun dosen.
"Kenapa emangnya?" tanya Dhea.
"Soalnya gue udah lamaaa banget nggak ke sana hehe," jawab Dhea.
"Yaudah, ntar kita ke sana. Gue juga pengen sesekali ke taman belakang," putus Lifia menyetujui.
💙💙💙
📍Taman belakang
"Jadi apa yang mau lo omongin, Fi?" tanya Dhea setelah keduanya duduk di salah satu bangku taman yang ada di bawah pohon rindang.
"Jadi gini, Dheana. Sebagai temen lo yang cantik dan baik hati, sebelumnya gue mau tanya dulu sama lo. Lo emang udah nggak ada perasaan sedikitpun ke Fian?" tanya Lifia membuat Dhea tertawa karena kepedeannya.
"Dih, sombong haha. Nggak ada, Fi. Kenapa?"
"Kalau perasaan lo ke Iqbaal gimana?" tanya Lifia membuat Dhea mengubah ekspresinya menjadi serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Iqbaal : Dosen Ganteng || END
Teen FictionKetika takdir mempertemukan kita 💙 *** Dheana, mahasiswi semester 4 mendapatkan dosen yang tak lain adalah idolanya sendiri. Dosen tersebut bernama Iqbaal Dhanandaya Armansyah. Iqbaal memiliki wajah yang ganteng. Hal itu yang membuatnya seketika di...