💙 Turut berduka cita 💙

2.4K 155 0
                                    

Dhea tidak langsung ke kelasnya. Ia memilih ke musholla karena ia ingat kalau belum menunaikan kewajibannya yaitu salat Zuhur.

Musholla tersebut berada di gedung FEB, tepatnya di lantai 1.

Selesai salat, barulah Dhea ke kelas.

Di mata kuliah siang ini yaitu Cyber Law, Dhea sekelas dengan Lifia dan Fian dkk.
Jika biasanya Dhea ke kelas bersama mereka berlima, kali ini ia sendirian.

Dengan langkah santai, Dhea menaiki satu per satu anak tangga yang akan membawanya ke lantai 3.

Entah mengapa, berita mengenai drama di kantin sudah menyebar ke seluruh penjuru Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Sepanjang perjalanan, banyak yang bertanya, "Dhe, lo nggak papa?" dan banyak pula yang berkata, "Semangat, Dhe! Lo pasti bisa tanpa temen palsu lo itu."

Dhea tak mau mengambil pusing akan hal tersebut. Tapi bukan berarti ia cuek. Ia tetap menjawab semua pertanyaan dengan ramah dan memberikan senyuman tulusnya pada orang-orang yang telah menyemangatinya.

💙💙💙

Sesampainya di depan kelas, Dhea langsung masuk dan mencari tempat duduk karena memang pintu ruangan sudah dibuka.

Dhea celingak-celinguk mencari posisi yang aman agar bisa terhindar dari Lifia dan Fian dkk.

"Dhea, sini!" panggil seseorang dengan cukup keras.

Dhea menoleh ke sumber suara. Ia menemukan sosok salah satu teman baiknya yaitu Reyvan.

Reyvan menyuruh Dhea untuk duduk di sampingnya. Bangku yang ditunjuk Reyvan berada di sebelah tembok. Merasa itu adalah tempat yang pas, Dheapun segera menghampirinya.

"Duduk sini, Dhe!" ucap Reyvan.

"Makasih, Van," ucap Dhea. Lalu ia segera duduk.

Posisi duduk dari sebelah tembok ke samping kiri.

Dhea - Reyvan - Astrid - Tika - Joy.

Ketiga orang di sebelah Reyvan adalah sahabatnya sejak duduk di bangku Menengah Atas.

Mereka juga teman baik Dhea sejak semester 1.

Jadi, Reyvan dkk adalah teman sekelas Dhea dan khusus untuk Reyvan, ia juga teman sekelas Dhea pada masa OSPEK.

"Dhea!" panggil Astrid membuat Dhea menoleh. "Lo nggak papa kan?" tanyanya kemudian.

"Gue nggak papa kok, Trid," jawab Dhea sambil tersenyum.

"Lo yang sabar ya, Dhe. Gue yakin lo pasti bisa ngelewatin masalah ini," ucap Tika.

"Iya, Tik. Makasih ya," balas Dhea.

"Gue nggak habis pikir, Dhe. Kok bisa-bisanya ya Lifia giniin lo? Padahal kan lo selalu baik sama dia," heran Reyvan.

"Hati orang mana ada yang tau. Bisa aja di luar keliatan baik tapi dalemnya malah busuk," sahut Joy.

"Bener kata Joy. Terkadang niat kita baik tapi malah disalahartikan sama orang lain," tambah Astrid.

"Heem," gumam Dhea.

"Udah, lo yang sabar ya. Kalau lo mau nangis, pundak gue selalu tersedia 24 jam buat lo," ujar Reyvan sambil menepuk pundaknya.

"Ogah! Ntar gue malah dikira pelakor lagi," balas Dhea.

"Hahahaha," tawa Joy, Astrid, dan Tika secara bersamaan.

"Lo nggak tau, Dhe?" tanya Astrid.

"Tau apaan, Trid?" tanya Dhea tidak mengerti.

Pak Iqbaal : Dosen Ganteng || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang