Tiga minggu berlalu begitu cepat. Selama itu, Dhea menjalankan tugas sebagai asisten Iqbaal dengan baik. Ia membantu menjelaskan materi dan sering pula membelikan Iqbaal makan pagi maupun siang.
Dhea dan Iqbaal akan makan bersama di ruangan dan kalau ada waktu lebih, Dhea numpang tidur di sana.
Keduanya semakin dekat dan akrab. Dhea senang, amat senang. Tapi ia ingat, kalau kebersamaan mereka hanya kurang seminggu lagi dan Iqbaalpun sudah mempunyai pacar.
Dhea tidak mau berharap lebih karena nanti akan berujung pada sakit hati.
Selama tiga minggu itu, Lifia semakin menjauhi Dhea. Mereka hanya bertemu di kelas dan duduk berjauhan. Lifia selalu berangkat paling akhir dan ketika kelas bubar, ia keluar dari ruangan terlebih dahulu. Lifia menjauhi Dhea agar mereka tidak bertemu.
Dhea berusaha menghubungi Lifia, namun berbagai chat dan teleponnya tidak pernah mendapat respons.
💙💙💙
Di hari Jum'at pagi, Dhea yang tadinya berencana pulang kampung tapi ia tunda karena Iqbaal meminta Dhea untuk ke kampus dan menemuinya di ruangan.
Untungnya, sejak seminggu lalu lift khusus mahasiswa sudah diperbaiki. Jadi, Dhea tidak perlu susah-susah naik tangga.
"Permisi, Pak. Ada apa ya?" tanya Dhea yang baru memasuki ruangan Iqbaal.
"Duduk dulu!" titah Iqbaal.
"Iya, Pak."
"Kamu inget kan kalau hukuman kamu menjadi asisten saya kurang seminggu lagi?"
"Iya, Pak. Saya inget kok."
"Selama seminggu ke depan, saya nggak masuk dan kamu nggak perlu menjadi asisten saya lagi. Saya nitip ini. Tolong kasih ke temen sekelas kamu dan titipin ke komting kelas lain juga!" Iqbaal memberikan beberapa lembar kertas pada Dhea.
"Tugas, Pak?" tanya Dhea memastikan.
"Iya. Itu tugas untuk minggu depan. Nggak perlu dikumpulin karena nanti akan dibahas pas saya udah masuk," jawab Iqbaal.
"Baik, Pak. Kalau boleh tau, Bapak mau ke mana ya?" tanya Dhea penasaran.
"Saya mau ke Bali," jawab Iqbaal.
"Oh."
"Saya mau melangsungkan pertunangan di sana," lanjut Iqbaal membuat Dhea terkejut.
Deg!
"Tu-tunangan?"
"Iya. Jadi, minggu depan saya dan pacar saya akan berlibur ke Bali dan pas weekend kita akan bertunangan."
Dhea berusaha menahan agar air matanya tidak jatuh di depan Iqbaal.
"Selamat Pak kalau begitu," ucap Dhea dengan suara yang mulai serak.
"Terima kasih," kata Iqbaal.
"Saya pulang dulu ya, Pak," pamit Dhea.
"Kita keluar bareng. Saya juga mau pulang," ujar Iqbaal.
Dhea hanya mengangguk pasrah.
💙💙💙
"Bapak duluan aja. Saya masih ada urusan," ucap Dhea saat di depan ruangan.
"Katanya mau pulang?" tanya Iqbaal.
"Iya, nanti dulu," jawab Dhea.
"Yaudah, saya duluan ya."
"Iya, Pak. Hati-hati!"
Dhea memperhatikan punggung Iqbaal yang semakin menjauh.
Saat Iqbaal sudah memasuki lift, pertahanan Dhea akhirnya runtuh. Ia duduk di bangku depan ruangan Iqbaal dan menumpahkan air mata yang sejak tadi ditahannya. Ia menangis tanpa suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Iqbaal : Dosen Ganteng || END
Teen FictionKetika takdir mempertemukan kita 💙 *** Dheana, mahasiswi semester 4 mendapatkan dosen yang tak lain adalah idolanya sendiri. Dosen tersebut bernama Iqbaal Dhanandaya Armansyah. Iqbaal memiliki wajah yang ganteng. Hal itu yang membuatnya seketika di...