Tiba-tiba Iqbaal memencet tombol darurat untuk memanggil dokter.
Tak lama kemudian, ada seorang dokter dan suster yang buru-buru memasuki ruangan."Pak Iqbaal kenapa?" tanya dokter.
"Saya nggak papa, Dok," jawab Iqbaal.
"Terus kenapa tombol daruratnya dipencet?" heran dokter.
Iqbaal menyengir. "Hehe, saya cuma mau minta tolong, Dok."
"Minta tolong apa?"
"Tolong beliin makanan buat pacar saya! Kasian Dok, dia belum makan."
"Nggak usah, Baal. Aku beli sendiri aja," sahut Dhea.
"Aku mau kamu tetep di sini, nemenin aku," kata Iqbaal.
"Biar saya aja Mbak yang membelikan makanan," ucap suster.
"Nah, boleh tuh, Sus. Dhe, pakek uang kamu dulu ya soalnya aku lagi nggak megang uang. Tapi ntar pasti aku ganti kok," ujar Iqbaal.
"Haduh! Jangan deh sus, ntar ngerepotin lagi." Dhea terlihat sungkan.
"Nggak papa, Mbak," kata suster.
Dhea berpikir sejenak. "Yaudah deh. Ini Sus uangnya!" Dhea memberikan selembar uang berwarna merah pada suster.
"Mau dibelikan apa, Mbak?" tanya suster.
"Nasi goreng sama air mineral aja, Sus. Tapi kalau nggak ada, terserah Suster aja," jawab Dhea.
"Baik, Mbak. Mohon ditunggu! Saya permisi dulu," ucap suster lalu pergi.
"Saya kira tadi Pak Iqbaal kenapa-napa," ucap dokter.
"Hehe, enggak, Dok," jawab Iqbaal.
"Ini pasti Mbak Dhea ya?" tanya dokter menatap Dhea.
"Iya, Dok. Kok dokter tau?" tanya Dhea balik.
"Sudah saya duga kalau Mbak Dhea yang bisa membuat Pak Iqbaal cepat pulih," ucap dokter.
"Iya dong, Dok. Dhea kan dokter cinta saya," sahut Iqbaal.
"Oh ya, saya mau memeriksa keadaan Pak Iqbaal dulu ya untuk memastikan saja kalau panasnya sudah turun."
"Bukannya dari tadi siang panas saya udah turun ya, Dok?"
"Iya. Tapi tadi 2 kali Pak Iqbaal mengalami kritis karena demamnya begitu tinggi. Lalu Pak Iqbaal juga terus memanggil nama Mbak Dhea. Makanya saya meminta keluarga Pak Iqbaal untuk membawa Mbak Dhea kemari."
"Oalah. Yaudah Dok, periksa aja. Saya yakin kalau saya udah sembuh."
"Baik, Pak."
"Ini sungguh keajaiban. Suhu tubuh Pak Iqbaal sudah normal, tidak seperti sebelumnya. Ini jauh lebih baik," ucap dokter setelah selesai memeriksa Iqbaal.
"Kan udah saya bilang Dok, saya udah sembuh soalnya ada Dhea yang nemenin."
"Iya, Pak. Kalau begitu saya tinggal dulu. Kalau ada apa-apa segera panggil saya."
"Sebentar, Dok!"
"Kenapa, Pak?"
"Tolong cabut infus saya dong! Saya nggak betah pakek beginian. Saya jadi nggak bebas gerak."
"Jangan dicabut, Baal! Ntar kalau kamu malah drop lagi gimana?" larang Dhea.
"Selama ada kamu, aku akan baik-baik selalu," ucap Iqbaal tersenyum.
"Emang nggak papa Dok kalau infusnya dicabut sekarang?" tanya Dhea.
"Sebenarnya belum boleh, Mbak. Tapi melihat keadaan Pak Iqbaal yang sudah baik-baik saja jadi saya izinkan. Dengan catatan, kalau Pak Iqbaal kembali lemah, maka infus akan saya pasang kembali," jelas dokter.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Iqbaal : Dosen Ganteng || END
Teen FictionKetika takdir mempertemukan kita 💙 *** Dheana, mahasiswi semester 4 mendapatkan dosen yang tak lain adalah idolanya sendiri. Dosen tersebut bernama Iqbaal Dhanandaya Armansyah. Iqbaal memiliki wajah yang ganteng. Hal itu yang membuatnya seketika di...