💙 Membaik 💙

2.3K 144 0
                                    

Hari-hari berikutnya terasa berat bagi Dhea. Ia tidak seceria biasanya.

Untungnya, ia dikelilingi oleh orang-orang yang selalu menguatkannya seperti orang tua, Kiki, Zahra, bahkan Syila. Ketiga gadis itu memang sudah mengetahui perihal Iqbaal yang akan bertunangan.

Mereka paham betul apa yang dirasakan oleh Dhea karena mereka tau seberapa besar rasa yang Dhea punya untuk Iqbaal.

Mereka berusaha untuk menghibur Dhea dan tidak membahas Iqbaal lagi di depannya.

Meskipun begitu, Dhea tetap belum bisa menghilangkan rasa sedihnya.

Semua teman-temannya di kampus menyadari ada yang berbeda dari Dhea, terutama Lifia dan Fian dkk yang setiap harinya sering bertemu dengan Dhea.

Biasanya Dhea dipenuhi dengan keceriaan dan canda tawa, tapi sekarang tidak lagi. Yang ada, Dhea sering diam dan melamun.

Lifia dan Fian dkk merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Dhea tapi mereka tidak berani bertanya karena takut membuat Dhea tersinggung atau bertambah sedih.

💙💙💙

Malam ini, Dhea makan malam bersama Fian di Cafe Couple. Sebenarnya Dhea ingin menolak, tapi Fian terlihat begitu ingin dinner dengannya jadi Dhea mengiyakannya saja.

Tujuan utama Fian mengajak dinner adalah tidak lain untuk menghibur Dhea. Tapi sejak Fian jemput di kos sampai tiba di kafe, Dhea tetap diam saja. Ia tidak mengucapkan sepatah kata pun.
Selesai makan.

"Dhe!"

"Dhea!"

"Dheana!"

Panggil Fian untuk kesekian kalinya.

"Eh, kenapa, Yan?" tanya Dhea akhirnya tersadar dari lamunannya.

"Kamu ngelamunin apa? Dari tadi aku ngajak ngomong kok malah dikacangin?" tanya Fian.

"Maaf," lirih Dhea.

"Sebenernya akhir-akhir ini kamu kenapa? Aku perhatiin kok kamu sering ngelamun?" tanya Fian. Ia memutuskan bertanya agar mengetahui jelas dan pasti mengenai apa yang terjadi pada Dhea. "Kalau kamu ada masalah, kamu bisa cerita sama aku. Siapa tau aku bisa bantu," ucap Fian kemudian.

Tiba-tiba Dhea nenangis.

"Loh kok malah nangis, Dhe? Kenapa? Ucapan aku ada yang salah ya?" bingung Fian.

"Enggak. Kamu nggak salah. Aku aja yang terlalu cengeng," jawab Dhea.

"Cerita sama aku, Dhe. Aku tau kamu lagi ada masalah. Kasih tau aku biar kamu nggak nanggung beban itu sendirian. Inget, ada aku di sini. Aku bakal selalu ada buat kamu, Dhe."

"Iqbaal, Fian. Hikshikshiks ...."

Fian mengernyitkan dahinya. "Iqbaal? Dia kenapa?"

"Iqbaal mau tunangan hikshikshiks."

"Kamu tau dari mana? Mungkin aja itu cuma hoax kan?" Sejujurnya mengetahui kalau Iqbaal penyebab Dhea menangis, membuat hati Fian merasa sakit. Ia tidak tega melihat gadisnya tersakiti.

"Aku tau dari Iqbaal langsung, Yan. Hikshiks ...."

"Udah, jangan nangis lagi! Aku nggak bisa ngeliat kamu kayak gini."

"Aku juga nggak mau nangis terus, tapi gimana? Setiap aku inget ucapan Iqbaal yang bilang kalau dia mau tunangan, hati aku langsung sakit, Yan. Aku ... aku cemburu. Aku nggak bisa ngeliat Iqbaal sama cewek lain. Aku harus gimana? Hikshikshiks ...."

"Cupcupcup, jangan nangis lagi ya! Mana Dhea yang selalu ceria, Dhea yang kuat ngadepin masalah apapun? Kamu harus bangkit, Dhe! Aku yakin kamu bisa ngelewatin ini semua. Kalau kamu takut ngadepin sendiri, inget Dhe, ada aku di sini." Lagi-lagi Fian mengingatkan Dhea akan hal itu.

Pak Iqbaal : Dosen Ganteng || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang