💙 Iya, aku bersedia 💙

1.9K 128 0
                                    

"Biasa aja kali mukanya," kata Iqbaal terkekeh.

"Kamu tadi bilang apa?" tanya Dhea memastikan siapa tau tadi ia salah dengar.

"Jadian yuk! Kamu mau kan? Biar nanti kita triple date kayak yang temen kamu bilang tadi," jawab Iqbaal.

"Baal!" panggil Dhea lalu menghampiri Iqbaal di ranjang dan duduk di depannya.

"Iya? Kenapa? Lennia? Aku sama dia udah nggak ada hubungan apa-apa. Lennia minta pertunangan dibatalin. Dia juga udah balikin cincinnya dan Lennia mau kita bisa bersatu, bersama selamanya," terang Iqbaal.

"Aku-"

"Dhea, tatap mata aku!"

Dengan ragu, Dhea menurut.

"Aku cinta sama kamu. Aku janji bakal berusaha buat kamu bahagia dan aku nggak bakal ninggalin kamu. Kamu mau kan jadi pacar aku?" Iqbaal menggenggam tangan Dhea dengan lembut.

"Maaf Baal, aku nggak bisa." Dhea melepas genggaman tangan Iqbaal.

"Kenapa? Kamu nggak punya alesan lagi buat nolak aku karena Lennia aja udah ikhlasin aku buat jadian sama kamu," tanya Iqbaal.

"Ini bukan soal kak Lennia. Ini soal aku yang nggak mau pacaran," jawab Dhea.

"Maksud kamu?"

Dhea menghela napas. "Aku nggak mau ada kata putus dan aku nggak mau punya mantan. Aku mohon ngertiin aku! Lagipula kita masih bisa bersama tanpa status pacaran kan?"

"Yaudah kalau itu yang jadi alesan kamu, aku bakal ubah kata-kataku tadi."

"Maksudnya?"

"Dhea!" Iqbaal kembali menggenggam tangan Dhea dan sorot matanya begitu dalam.

"I-iya." Dhea mendadak gugup dengan tatapan Iqbaal yang seperti itu.

"Will you marry me?" tanya Iqbaal dengan suaranya yang begitu lembut.

"A-apa? Ka-kamu ngelamar aku?" kaget Dhea.

"Iya. Aku berharap kamu mau nerima aku."

"A-aku ... aku bingung, Baal. Aku masih kuliah dan baru aja semester 4."

"Nggak papa. Aku nggak maksa kamu buat buru-buru nikah. Aku juga belum ngomong ke ayah bunda sama orang tua kamu. Tapi sekarang aku pengen dapet jawaban dulu dari kamu. Apa kamu bersedia jadi istriku, jadi masa depanku, dan jadi ibu dari anak-anakku kelak?"

Dhea mencoba memantapkan hatinya kemudian berkata, "Iya, aku bersedia."

Iqbaal langsung memeluk Dhea, mencium keningnya begitu lama lalu memeluknya lagi. Mereka berdua terlihat amat bahagia.

💙💙💙

Malam harinya, Iqbaal sudah diperbolehkan pulang. Kini, di ruangannya sudah ada bunda, ayah, dan tentu saja Dhea.

Dhea pun sudah berganti pakaian dengan yang dibawakan oleh bunda.

"Kamu mau pulang ke rumah atau apartemen?" tanya bunda setelah semua barang Iqbaal selesai dibereskan.

"Aku pulang ke apart aja, Bun. Soalnya kan besok harus ngajar," jawab Iqbaal.

Semenjak Iqbaal menjadi dosen, ia lebih sering tinggal di apartemennya dan sesekali pulang ke rumah. Hal itu dikarenakan jarak apartemen ke kampus lebih dekat daripada rumahnya.

"Dhea ikut sama Iqbaal ke apart?" tanya ayah menatap Dhea.

"Iya, Yah. Iqbaal nyuruh aku ikut," jawab Dhea. Sesuai permintaan ayah Iqbaal, Dhea juga harus memanggil dengan sebutan ayah dikarenakan ia iri dengan istrinya yang dipanggil bunda oleh Dhea.

Pak Iqbaal : Dosen Ganteng || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang