💙 Dhea blushing 💙

2.5K 163 0
                                    

"Syaratnya mudah. Kamu cukup menjadi asisten saya selama sebulan. Dengan begitu, permasalahan saya anggap selesai," jawab Iqbaal membuat Dhea langsung membulatkan matanya.

"APA? JADI ASISTEN BAPAK SELAMA SEBULAN? BAPAK GILA YA!" teriak Dhea dengan refleks.

"Jaga nada bicara kamu! Nggak sopan sama dosen," ucap Iqbaal.

"Habisnya Bapak bikin saya kaget, ya saya refleks teriak lah," balas Dhea.

"Jadi gimana? Kamu terima kan penawaran saya?" tanya Iqbaal.

Dhea terlihat mulai berpikir serius. "Duh, Pak! Gimana ya? Saya nggak yakin bisa jadi asisten Bapak. Saya nggak bisa apa-apa lho, Pak. Ntar kalau saya malah ngerepotin Bapak, gimana hayo?" Dhea berusaha membuat Iqbaal ragu dan membatalkan tawarannya itu.

"Saya aja yakin kalau kamu bisa, kenapa kamu nggak yakin?" tanya Iqbaal.

"Kenapa Bapak bisa yakin?" tanya Dhea penasaran.

"Kenapa kamu bisa nggak yakin?" tanya Iqbaal membalikkan ucapan Dhea.

"Saya bertanya untuk mendapat jawaban, bukan malah pertanyaan balik," kesal Dhea.

"Saya juga," kata Iqbaal.

"Tau ah, ribet ngomong sama Bapak. Nggak jelas," kesal Dhea.

"Saya yakin karena tadi pas di kelas, saya ngeliat kamu bisa ngejelasin materi dengan baik," terang Iqbaal membuat Dhea senang seketika.

"Bapak ngeliatin saya?" tanya Dhea dengan mata berbinar.

"Saya punya mata, jadi wajar kalau saya ngeliat," jawab Iqbaal membuat Dhea tidak jadi senang.

"Oh. Saya nggak yakin karena saya udah punya banyak kesibukan, Pak," ucap Dhea.

"Apa?"

"Hah?"

"Apa kesibukan kamu yang bikin kamu jadi ragu?"

"Saya kan kuliah ya Pak, otomatis nggak lepas dari yang namanya tugas dan deadline. Di luar itu, saya juga jadi pengurus organisasi dan tugasnya juga berat. Jadi, saya nggak yakin bisa bagi waktu antara itu semua," jelas Dhea.

Organisasi yang Dhea maksud adalah HIMA MENTOR alias Himpunan Mahasiswa Manajemen Viitor.

"Kamu aja bisa nyempetin buat ikut kelas PALSU, masa cuma jadi asisten saya nggak sempet," sindir Iqbaal menekan kata palsu.

"Itu kan demi biar saya paham materi, Pak," balas Dhea.

"Bullshit!" umpat Iqbaal.

"Ih, Bapak! Nggak boleh ngomong kasar tau," ujar Dhea.

"Emang itu tadi kasar?" tanya Iqbaal.

"Nggak tau sih hehe," jawab Dhea.

Hening beberapa saat. Dhea kembali berpikir tentang tawaran Iqbaal.

"Jadi bagaimana, Nona Dheana? Memilih jadi asisten saya atau nilai kamu terancam jelek dan saya pastiin kamu akan mengulang di tahun depan?" tanya Iqbaal lagi.

Entah mengapa saat Iqbaal memanggilnya 'nona' membuat darah Dhea berdesir dan seketika hatinya menghangat. Tapi karena ia sedang bingung sekaligus kesal, maka ia memilih untuk mengesampingkan respons hatinya.

Sebenarnya dari lubuk hati yang terdalam, Dhea mau-mau saja menjadi asisten Iqbaal. Toh, itu akan menguntungkan dirinya. Tapi, ia merasa belum siap kalau harus berdekatan terus-menerus dengan Iqbaal. Nanti kalau jantungnya tidak kuat bagaimana?

"Jawab pertanyaan saya! Kamu pilih yang mana?" tanya Iqbaal lagi.

"Boleh nego nggak, Pak?" tanya Dhea.

"Apa?" tanya Iqbaal.

"Jangan 1 bulan Pak, kelamaan," ucap Dhea.

"Terus kamu maunya berapa bulan? 5 bulan sampe akhir semester?" tebak Iqbaal.

"Malah kelamaan dong, Pak. Gimana kalau 1 hari aja, Pak? Ya ya ya," pinta Dhea.

"Enak aja kamu! Masa dari 1 bulan jadi 1 hari," ujar Iqbaal tidak terima.

"Ya daripada 1 jam mendingan 1 hari kan, Pak," balas Dhea.

"Nggak. Saya nggak mau," tolak Iqbaal.

"Yah, Pak. 1 minggu deh kalau gitu," tawar Dhea lagi.

"Nggak."

"2 minggu deh, Pak."

"Saya bilang nggak ya nggak! Keputusan saya udah bulat. Selama 1 bulan, kamu harus jadi asisten saya dan kamu nggak punya pilihan lain selain menerimanya," putus Iqbaal.

"Ih, Bapak mah nggak asik!" ucap Dhea kesal sambil memanyunkan kedua bibirnya.

Tiba-tiba Iqbaal berdiri dan melangkah mendekati Dhea membuat jantung Dhea lagi-lagi berdegup lebih kencang.

"Ba-bapak mau ngapain?" tanyanya.

Dhea mulai waswas karena jaraknya dan Iqbaal semakin dekat.

Wajah Iqbaal berada tepat di depan wajah Dhea.

Dari jarak sedekat itu, Dhea mampu melihat wajah ganteng Iqbaal secara jelas. Hal itupun sontak membuat perutnya geli seolah ada kupu-kupu yang bertebaran di sana.

Tiba-tiba Iqbaal menyelipkan rambut Dhea ke telinga lalu mendekatkan mulutnya ke telinga mahasiswinya itu.

"Seharusnya kamu seneng karena selama sebulan kamu bisa deket-deket sama saya," ucap Iqbaal terdengar begitu lembut.

Blush! Seketika pipi Dhea memanas.

"PAK IQBAAALLLLL!!!" teriak Dhea membuat Iqbaal menjauhkan wajahnya dari Dhea.

"Kenapa?" tanya Iqbaal dengan polosnya.

"Pokoknya saya nggak mau kalau sebulan!" seru Dhea.

"Kamu harus mau!"

"Nggak."

"Mau."

"Nggak."

"Mau."

"Ng-"

Ucapan Dhea terpotong karena tiba-tiba ....

Pak Iqbaal : Dosen Ganteng || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang