💙 Dhea & Iqbaal berdebat 💙

2.6K 164 0
                                    

Dhea melangkahkan kakinya dengan lemas menuju ke lantai 6.
Jadi, lantai 6 hanya diperuntukkan bagi para dosen dan dekan beserta para wakilnya.

Sebenarnya ada lift. Tapi sayangnya sejak kemarin lift khusus mahasiswa tengah diperbaiki. Lalu tidak mungkin bagi Dhea untuk memakai lift khusus dosen dan dekan. Alhasil, Dhea menaiki tangga biasa.

Setelah menemukan ruang dekan, Dhea melihat sekelilingnya untuk mencari ruangan yang Iqbaal maksud. Dan ternyata benar, ruangan Iqbaal berada tepat di samping ruang dekan.

"Jadi ruangan misterius yang waktu itu sekarang ditempatin sama Iqbaal," gumam Dhea.

Dhea merasa bingung. Haruskah ia langsung masuk ke dalam ruangan Iqbaal?

Dhea berpikir, itu adalah ruangan khusus Iqbaal yang berarti itu ruangan privasinya.

Oleh karena takut dianggap tidak sopan, akhirnya Dhea memilih untuk duduk saja di bangku yang berada di depan ruangan Iqbaal.

Sembari menunggu Iqbaal, Dhea berselancar di dunia maya untuk menghilangkan kejenuhannya.

💙💙💙

Setengah jam kemudian, Iqbaal tiba di depan ruangannya dan melihat Dhea sedang menunduk sambil bermain handphone.

Iqbaalpun menghampiri dan duduk di bangku sebelah Dhea.

"Kenapa tidak masuk ke dalam?" tanya Iqbaal dengan tiba-tiba yang membuat Dhea langsung terkejut.

"Eh!" pekik Dhea.

"Maaf, saya tidak bermaksud mengagetkan kamu," ucap Iqbaal.

"Iya, Pak. Nggak papa. Tadi saya mau masuk tapi takut dikira nggak sopan, jadi saya nunggu di sini aja. Bapak udah selesai kelasnya?"

"Sudah. Kalau begitu, ayo kita masuk ke dalam!" ajak Iqbaal.

"Iya, Pak," balas Dhea.

💙💙💙

Iqbaal membuka pintu ruangannya. Ceklek ....

"Silakan duduk!" ujar Iqbaal ketika ia sudah duduk di kursinya dan Dhea masih berdiri.

Dhea langsung menurut. "Terima kasih, Pak," ucapnya setelah duduk di hadapan Iqbaal.

"Oh ya," kata Iqbaal.

"Kenapa, Pak?" tanya Dhea tidak mengerti.

"Tolong kunci pintunya!" pinta Iqbaal membuat Dhea melongo.

"H-hah? Ku-kunci pintu? Bu-buat apa, Pak?" gugup Dhea.

"Jangan berpikir yang aneh-aneh! Saya cuma nggak mau ada yang ganggu pembicaraan kita," terang Iqbaal.

"Oalah. Eh, sebentar! Tadi Pak Iqbaal ngomong 'nggak'?" tanya Dhea ingin memastikan pendengarannya tidak salah.

"Iya. Emang kenapa? Ada yang salah?" Iqbaal bertanya balik.

"Emang?" beo Dhea.

"Ini di luar kelas dan di luar pelajaran. Lagipula kita sedang berduaan. Jadi, saya pikir lebih baik kita menggunakan bahasa yang nggak terlalu formal," jelas Iqbaal.

Kita sedang berduaan. Batin Dhea merasa senang mendengar ucapan itu.

"Nggak masalah kan?" tanya Iqbaal lagi.

"Enggak, Pak. Justru saya seneng karena jadi nggak terlalu kaku kalau ngomong sama Bapak," jawab Dhea.

"Iya. Secara kan kamu juga nggak formal kalau ngomong sama dosen," sindir Iqbaal.

Pak Iqbaal : Dosen Ganteng || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang