💙 Fian emosi 💙

2.3K 132 0
                                    

Dhea berlari menuruni tangga. Entah sudah berapa orang yang ia tabrak. Saat ini, Dhea hanya ingin menenangkan dirinya.

Setibanya di lantai 1, Dhea tidak sengaja bertemu dengan Gio.

Setibanya di lantai 1, Dhea tidak sengaja bertemu dengan Gio

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dhea!" panggil Gio yang melihat Dhea terlebih dulu.

Dhea menoleh. "Kak Gio!" pekik Dhea langsung memeluk Gio.

Di dalam pelukan Gio, Dhea kembali terisak.

"Kamu kenapa? Kok nangis?" tanya Gio kebingungan.

Semua orang yang melihat Dhea menangis juga ikut merasa bingung. Pasalnya, Dhea tidak pernah seperti itu. Entah apa yang sudah terjadi, mereka tidak tau.

"Cerita sama aku, Dhe. Kamu ada masalah apa? Kok tiba-tiba nangis gini?" ujar Gio.

Bukannya menjawab, Dhea malah semakin terisak. "Hikshikshiks ...."

"Yaudah, kita ke taman aja yuk! Ntar kamu ceritain semuanya di sana," ajak Gio lembut.

Dhea hanya mengangguk lemah.
Kemudian, Gio merangkul pundak Dhea dan membawanya menuju ke taman yang berada di samping parkiran FEB.

💙💙💙

Dhea dan Gio duduk bersebelahan. Saat ini di taman hanya ada mereka berdua.
Sebenarnya semua orang ingin tau apa yang terjadi. Tapi melihat kondisi Dhea yang memprihatinkan, mereka tidak ada yang berani ke taman untuk sekedar menguping.

"Kamu tunggu di sini ya! Aku mau beli minum dulu," ucap Gio.

Lagi-lagi Dhea hanya mengangguk. Lalu Giopun pergi ke kantin.

Tak lama kemudian, Gio kembali dengan sebotol air mineral di tangannya.

"Kamu minum dulu biar lebih tenang," kata Gio sambil memberikan minuman ke Dhea.

Dhea menerimanya. "Makasih, Kak," kata Dhea.

"Udah mau cerita? Tapi kalau kamu belum siap, nggak papa kok. Aku nggak maksa," ujar Gio setelah Dhea selesai minum dan terlihat lebih tenang.

"Kak Gio ngapain ke FEB? Tumben sendiri? Kak Leo mana?" tanya Dhea.

"Aku tadi ada urusan sama temen. Iya, aku sendiri karena Leo lagi di tribun," jawab Gio.

"Oh," respons Dhea. "Hhhmmm ... menurut Kak Gi, aku berhak bahagia nggak?" tanya Dhea.

"Kok tiba-tiba nanya gitu?" Gio bertanya balik.

"Nggak papa. Pengen nanya aja ke Kak Gio," jawab Dhea.

"Ya, tentu aja kamu berhak. Bukannya kamu sendiri yang bilang kalau semua orang berhak bahagia, ya kan?" ujar Gio. Ia ingat betul kalau dulu Dhea yang mengatakan padanya kalau semua orang berhak untuk bahagia.

"Iya, bener. Dulu aku pernah bilang kayak gitu," kata Dhea. Lalu ia menghela napas. "Ternyata rasanya sakit ya Kak ngeliat orang yang kita sayang malah jadi milik orang lain," ujar Dhea tersenyum miris.

Pak Iqbaal : Dosen Ganteng || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang