💙 Menjadi asisten Iqbaal 💙

2.2K 156 1
                                    

Keesokan harinya.

Selesai melaksanakan salat Subuh, Dhea memutuskan tidur kembali karena hari ini kelasnya agak siang.

Baru saja akan memejamkan mata, tiba-tiba handphone Dhea berdering.
Dhea menatap layar hpnya yang tertera nomor tanpa nama.

"Palingan orang iseng," gumam Dhea memilih mengabaikan panggilan tersebut.

Sekali, dua kali, Dhea tetap mengabaikannya. Tapi lama-kelamaan karena merasa terganggu, akhirnya panggilan berikutnya ia angkat.

"Halo. Ini siapa?" tanya Dhea to the point.

"Dheana?"

"Iya. Ini siapa? Jangan bilang salah sambung? Sumpah nggak lucu."

"Ini saya."

"Saya siapa?"

"Iqbaal."

Dhea yang tadinya berbaring seketika berubah menjadi duduk. "Apa? Pak Iqbaal?" tanyanya memastikan kalau tidak salah mendengar.

"Iya."

"Kok Bapak bisa punya nomor saya?"

"Kamu kan pernah nulis nomor kamu pas pemilihan komting di kelas."

"Oh iya lupa. Ada apa Pak nelfon saya pagi-pagi gini?"

"Saya cuma mau ngingetin, ini hari pertama kamu jadi asisten saya. Jadi, jangan sampe terlambat!"

"Yahh Pak, mulai minggu depan aja deh. Saya ngantuk mau tidur lagi."

"Nggak! Pokoknya tepat jam 7 saya tunggu di ruangan saya. Telat semenit, kamu bakal dapet hukuman."

"Tapi Pak-"

Tuuuttt!!! Iqbaal mengakhiri panggilan.

"Ngeselin banget sih tuh orang main dimatiin aja. Untung gue sayang sama dia. Kalau kagak, udah gue buang ke laut. Eh, jangan deh, ntar gue sedih lagi kalau nggak ada dia hehe," ucap Dhea.

Karena telepon dari Iqbaal membuat Dhea tidak jadi melanjutkan tidurnya. Ia tidak mau telat dan mendapatkan hukuman.

💙💙💙

Dhea berangkat ke kampus pukul 06.30. Sebenarnya jarak kos ke kampusnya tidak sampai 10 menit. Tapi daripada telat, lebih baik berangkat awal.

Dhea memarkirkan motor. Ia mematikan mesin lalu melepas helm.

Saat baru turun dari motor, ada seseorang yang parkir di sebelah motor Dhea.

"Hai, Dhe," sapa orang itu setelah melepas helmnya.

"Eh, Ran. Hai," sapa Dhea balik.

Ran? Jadi, orang yang baru tiba adalah Rani Agustina. Ia teman sekelas Dhea saat OSPEK sekaligus teman organisasinya di HIMA MENTOR.

"Apa kabar, Dhe?" tanya Rani karena semenjak liburan sampai sekarang mereka baru sempat bertemu.

"Alhamdulillah gue baik. Lo?"

"Baik juga."

"Btw, kok tumben lo berangkat pagi?" tanya Dhea karena ia tau Rani merupakan tipikal mahasiswi yang kalau berangkat ke kampus mepet sama jam masuk kelas. Padahal rumahnya dekat dengan kampus.

"Iya nih, Dhe. Sebenernya gue juga males berangkat jam segini, tapi karena nyokap tau kalau kemarin gue diusir dari kelas gara-gara telat masuk, jadinya tadi nyokap buru-buruin gue biar nggak telat lagi," jelas Rani.

Pak Iqbaal : Dosen Ganteng || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang