💙 Pengakuan Lifia 💙

2.3K 158 0
                                    

"Gue suka sama lo, Yan," ucap Lifia tiba-tiba.

"Apa?" kaget Fian.

"GUE SUKA SAMA LO, FIAN!!!" teriak Lifia dengan lantang. "Apa selama ini lo nggak bisa ngerasain seberapa besar perasaan gue buat lo?" tanyanya kemudian.

"Lo jangan ngaco kalau ngomong! Lo kan udah punya Hendra," ucap Fian sambil berdiri dan menunjuk Lifia.

"Masa bodoh gue sama Hendra. Yang jelas gue mau lo jadi pacar gue, Yan," balas Lifia.

"Udah gila lo ya! Hendra itu sahabat gue Fi, nggak mungkin gue nikung sahabat sendiri. Lagipula gue nggak suka sama lo, GUE.SUKANYA.CUMA.SAMA.DHEA!!!" ucap Fian penuh penekanan di bagian akhir.

"Sampe kapan lo mau nungguin Dhea? Sampe kapan, Yan? Liat gue! Ada gue di sini yang selalu berharap sama lo. Apa lo nggak bisa sedikit aja ngelirik ke arah gue?" tanya Lifia dengan memelas.

"Gue nggak bisa, Fi. Lo jangan maksa! Tolong hargai perasaan Hendra sebagai pacar lo dan Dhea sebagai sahabat lo!" pinta Fian.

"Asal lo tau Yan, selama ini gue nggak pernah suka apalagi cinta sama Hendra. Gue cuma manfaatin dia biar gue bisa selalu deket sama lo. Dan Dhea, gue juga nggak beneran tulus temenan sama dia. Dia itu pinter makanya gue mau temenan biar gue nggak ribet kalau mikirin tugas," jelas Lifia dengan jujur mengungkapkan perasaannya.

"Oh, jadi selama ini lo cuma manfaatin gue?"

Tiba-tiba Hendra datang bersama Riza dan Vadli.

"Iya. Kenapa? Nggak terima kalau gue cuma manfaatin lo?" Bukannya malu karena ketahuan oleh Hendra, Lifia justru bersikap sebaliknya.

"Ndra, gue sama sekali nggak ada maksud-"

"Nggak papa, Yan. Gue udah denger semuanya kok. Ini bukan salah lo," sahut Hendra memotong ucapan Fian.

Fian, Hendra, Riza, dan Vadli baru saja keluar kelas. Lalu mereka mau ke kantin karena sudah merasakan lapar.

Tiba-tiba handphone Fian berbunyi dan di layar sudah terdapat 1 notifikasi chat dari Lifia.

Gue tunggu lo di gazebo

Hendra sempat melihat notifikasi itu. Ia ingin menanyakan langsung ke Fian daripada ia menduga-duga dan akhirnya menimbulkan salah paham.

"Yan, gue mau-"

"Eh, Ndra, Dli! Kita harus nemuin pak Ucup sekarang juga," ucap Riza memotong pembicaraan Hendra.

"Ngapain?" tanya Vadli.

"Bahas kelanjutan masalah KHS. Mumpung orangnya lagi ada waktu. Nih, kita disuruh ke sana sekarang juga," jawab Riza sambil menunjukkan chatnya dengan sang dosen.

"

Yaudah kita ke sana sekarang yuk biar masalah kita cepet kelar!" ajak Vadli.

"Lo mau ikut kita nggak, Yan?" tanya Riza.

"Enggak deh. Gue mau ada urusan bentar. Lagipula gue nggak ada urusan apa-apa sama pak Ucup,"  jawab Fian.

"Kalau gitu kita duluan ya, Yan," pamit Riza.

Setelah Hendra, Riza, dan Vadli pergi, Fian menuju ke gazebo untuk menemui Lifia. Dan selanjutnya seperti yang terjadi. Keduanya ke kantin bersama sampai akhirnya bertemu  dengan Dhea.

Setelah urusan dengan dosen wali selesai, Hendra, Riza, dan Vadli langsung menuju ke kantin.

Namun, saat mereka baru memasuki kantin, mereka melihat Lifia dan Fian yang sepertinya sedang bertengkar. Sedangkan Dhea yang juga berada di situ nampak tenang menikmati makanannya.

"Itu Fian lagi ngapain sama cewek lo, Ndra? Kok mereka kayak berantem?" tanya Riza.

"Kita samperin aja yuk!" ajak Vadli.

"Kita mendekat aja tapi jangan nyamperin dulu," ucap Hendra.

"Kenapa?" tanya Vadli.

"Gue mau tau sebenernya apa yang udah terjadi. Soalnya gue ngerasa akhir-akhir ini sikapnya Lifia berubah," jawab Hendra.

"Yaudah kalau itu mau lo. Kita duduk di sana," ucap Riza.

Ketiganya mengambil tempat duduk yang cukup dekat dengan meja Dhea, hanya berjarak 3 meja aja.

Hendra berusaha menahan amarahnya ketika ia mendengar kalau Lifia yang notabene pacarnya ternyata menyukai sahabatnya-Fian. Riza dan Vadli berusaha menenangkan Hendra akan tidak tersulut emosi.

Sampai akhirnya Hendra mendengar kalau Lifia hanya memanfaatkannya agar bisa dekat dengan Fian. Hal itu membuat Hendra tidak bisa lagi menahan amarahnya dan iapun segera menghampiri mereka.

💙💙💙

"Dasar cewek nggak tau diri!" maki Hendra. "Mau lo tuh sebenernya apa sih?" tanyanya kemudian.

"Mau gue? Fian jadi pacar gue," jawab Lifia dengan enteng.

"Cih, ngarep banget lo Fian bakal suka sama modelan kayak lo," cibir Vadli.

"Maksud lo apa hah?" tanya Lifia tidak terima.

"Temen-temen semua! Sebutan apa yang cocok buat cewek yang udah punya pacar tapi malah suka sama sahabat pacarnya sampe rela ngekhianatin pacarnya plus nikung sahabat baiknya sendiri?" tanya Vadli dengan suara cukup keras.

"Bitch!"

"Anjing!"

"Murahan!"

"Jalang!"

"Cabe!"

Berbagai kata-kata kasar terlontarkan untuk Lifia.

"Gue udah selesai makan," ucap Dhea sambil berdiri. Semua orang langsung menoleh padanya.

"Dhe!" panggil Fian.

"Gue kasih lo kesempatan buat jelasin semua ini, tapi nggak sekarang. Soalnya gue mau ada kelas."

Fian terkejut saat mendengar Dhea memakai kosakata lo-gue, bukan aku-kamu seperti biasanya.

"Tapi Dhe-"

"Nggak cuma Fian, Lifia sama Hendra juga ntar selesai kelas gue tunggu kalian di taman belakang. Gue mau kita nyelesaiin ini dengan cara baik-baik," sela Dhea sambil menatap kedua orang tersebut.

"Nggak usah sok baik lo," sinis Lifia.

"Lo bisa diem nggak sih?" kesal Fian menatap Lifia dengan tajam.

"Buat temen-temen yang ada di kantin, mohon maaf udah bikin kalian nggak nyaman di sini. Silakan dilanjutkan makannya! Terima kasih," ucap Dhea pada semua orang.

"Kak Gi, Kak Le, aku ke kelas dulu ya. Makasih buat makanannya," pamit Dhea pada kedua lelaki yang sudah dianggapnya sebagai kakak itu.

"Iya, Dhe. Kita juga mau balik ke fakultas kita," balas Gio.

"Kamu hati-hati ya, Dhe! Soalnya sekarang banyak musuh dalam selimut," ucap Leo sambil melirik Lifia.

"Hehe, iya, Kak. Kalian juga hati-hati ya!" balas Dhea.

"Dhea!" Fian menahan lengan Dhea, namun segera ditepis olehnya.

"Gue duluan," pamit Dhea lalu pergi.

Akhirnya, drama di kantinpun telah selesai.

💙💙💙

Saat Dhea menuju pintu keluar, ia tidak sengaja melihat keberadaan Iqbaal dan tak sengaja pula tatapan mata mereka bertemu untuk beberapa detik.

Iqbaal yang melihat kondisi Dhea menjadi tidak tega. Tapi ia juga merasa kagum karena Dhea tidak tersulut emosinya. Karena kalau Dhea juga ikutan emosi, bisa dipastikan drama tersebut masih berlanjut.

"Baal! Woy!" seru Kenan membuat Iqbaal menatapnya.

"Apa?" tanya Iqbaal.

"Balik yuk! Bentar lagi gue mau ngajar," ajak Kenan.

Tanpa mengatakan sepatah katapun, Iqbaal langsung berjalan terlebih dulu meninggalkan Kenan.

Lah, gue ditinggal nih? Batin Kenan.

Pak Iqbaal : Dosen Ganteng || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang