"Jadi, pas aku keluar dari lift dan jalan ke kelas kamu, aku ngeliat banyak antrian di depan pintu kan. Terus ada beberapa mahasiswi yang noleh dan ngeliat kedatangan aku. Tiba-tiba mereka kayak heboh gitu. Nah, aku nggak sengaja ngeliat ada salah satu mahasiswi yang kedorong. Nggak tau kenapa, rasanya aku pengen nolongin dia. Aku percepat langkah kakiku. Akhirnya aku berhasil berdiri di belakang kerumunan mahasiswi dan bisa tepat nolongin kamu. Jadi kamu nggak sampe jatuh ke bawah. Asal kamu tau, pas aku ngeliat wajah mahasiswi yang aku tolongin yaitu kamu, detik itu juga aku langsung ngerasa tertarik sama kamu. Aku ngerasain sesuatu yang sebelumnya nggak pernah aku rasain. Tapi aku nyoba buat bersikap biasa. Aku nggak mau nunjukin ketertarikanku sama kamu. Tapi aku mau bikin kamu deket sama aku biar aku bisa kenal kamu lebih jauh dan ngerti kamu sebenernya kayak gimana."
"Pas pemilihan komting kelas, aku berencana gunain kesempatan itu buat kita bisa deket. Tapi aku tau, kalau aku langsung nunjuk kamu jadi komting pasto bakal bikin kamu sama yang lain curiga. Makanya aku nanyain dulu ke yang lain barangkali mau jadi komting. Padahal dalam hati aku berharap nggak ada yang mau biar aku bisa nunjuk kamu. Eh, nggak taunya kamu malah mengajukan diri jadi komting."
"Sebenernya aku nggak mau jadi komting, tapi Lifia tuh tiba-tiba ngangkat tanganku," ujar Dhea.
"Berarti aku harus bilang makasih ya ke Lifia karena udah ngelakuin itu," ujar Iqbaal.
Dhea menganggukkan kepalanya lalu Iqbaal melanjutkan ceritanya.
"Kamu tau kan aku cuma ngajar di 4 kelas?" tanya Iqbaal.
"Iya, tau kok," jawab Dhea.
"Berarti kan aku punya 4 komting untuk masing-masing kelas. Tapi cuma ada 1 komting yang aku mintain nomor hp dan aku kasih nomor hpku juga," tutur Iqbaal.
"Aku?" tanya Dhea memastikan.
"Iya. Cuma kamu yang aku suruh nulis nomor hp dengan alasan untuk tugas dan cuma kamu yang tau nomor hpku," jawab Iqbaal.
"Wah, ternyata kamu modus ya," celetuk Dhea.
"Iya dong. Tapi modusnya cuma sama kamu doang," balas Iqbaal.
"Bisa aja kamu," kata Dhea.
"Kamu masih inget kejadian di depan kantin?" tanya Iqbaal melanjutkan topik lain.
"Yang mana?" Dhea bertanya balik karena tidak mengerti secara spesifik yang dimaksud oleh Iqbaal.
"Pas kamu lagi nerima telfon terus tiba-tiba aku nyamperin kamu," perjelas Iqbaal.
"Oh iya-iya, aku inget," ujar Dhea.
"Waktu itu sebenernya aku mau ke parkiran, mau ngambi barang di mobil. Terus nggak sengaja ngeliat kamu jadi yaudah deh aku samperin aja. Eh, nggak taunya kamu lagi telfonan buat ghibahin aku."
"Aku nggak ghibahin kamu. Waktu itu aku lagi telfonan sama sahabat aku terus dia nanya-nanya tentang kamu."
"Sahabat siapa?"
"Kapan-kapan aku kenalin."
"Oke. Aku lanjut cerita pas kamu ketahuan di kelas Rafael ya."
"Eh iya, itu gimana ceritanya kamu bisa mergokin aku ikut kelas lain? Padahal aku udah hati-hati lho biar nggak ketahuan."
"Sebenernya aku tau sejak awal. Pas di depan kelas sebelum aku buka pintu, aku nggak sengaja ngeliat kamu di belakangnya Rafael."
"Berarti selama 2 minggu itu kamu selalu tau kalau aku ikut kelas lain?"
"Iya."
"Tapi kenapa kamu nggak langsung negur aku? Kenapa harus nunggu 2 minggu dulu?"
"Karena aku punya rencana yang bagus."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Iqbaal : Dosen Ganteng || END
Teen FictionKetika takdir mempertemukan kita 💙 *** Dheana, mahasiswi semester 4 mendapatkan dosen yang tak lain adalah idolanya sendiri. Dosen tersebut bernama Iqbaal Dhanandaya Armansyah. Iqbaal memiliki wajah yang ganteng. Hal itu yang membuatnya seketika di...