"Cinta ya, Pak?"
"Iya."
"Hhmmm ...."
Iqbaal menatap Dhea seolah memberitahukan kalau ia butuh jawaban dengan segera.
"Eeee, sebenernya saya nggak tau Pak cinta itu apa. Tapi kayaknya ya Pak, cinta adalah sebuah rasa yang bisa membuat seseorang bahagia dan menderita dalam waktu sekejap. Bisa membuat orang berubah dari yang dingin menjadi hangat. Bisa membuat kita rindu ketika berjauhan dengan dia, membuat kita tersenyum walaupun hanya dengan membayangkan wajahnya saja, dan membuat kita deg-degan tiap kali dekat dengannya. Ya, pokoknya gitu lah Pak hehe," jelas Dhea sepengetahuannya.
"Kamu pernah jatuh cinta?" tanya Iqbaal.
"Hhmmm ... nggak tau," jawab Dhea sambil mengangkat kedua bahunya.
"Kok nggak tau?"
"Selama ini, yang saya rasain ke lawan jenis paling mentok cuma sebatas suka aja dan kalau saya suka sama seseorang itu paling lama cuma sebulan. Habis itu udah, biasa lagi kayak sebelumnya. Tapi ...."
"Tapi apa?"
"Ada seseorang yang begitu saya sayangi. Perasaan saya sejak bertahun-tahun yang lalu nggak pernah berubah sedikitpun. Saya juga nggak ngerti, kenapa orang seperti dia bisa membuat saya seolah tergila-gila. Entahlah, Pak. Saya sendiri nggak bisa mengartikan perasaan itu apa namanya. Yang jelas, dia alasan kenapa saya nggak bisa punya perasaan lebih dari suka kepada orang lain."
"Mungkin kamu mencintainya?"
"Saya terlalu takut mengatakan itu cinta karena rasanya mustahil untuk membuatnya mencintai saya. Dia terlalu jauh dari jangkauan saya, Pak. Dia terlalu sempurna untuk saya yang biasa saja."
"Cinta nggak harus memiliki kan?"
"Saya tau. Maka dari itu, saya nggak mau menyebut ini cinta karena saya takut nantinya saya malah berharap lebih sama dia yang jelas-jelas bukan ditakdirkan untuk saya."
"Apa dia udah punya pacar atau bahkan istri?"
"Dia punya pacar."
"Kenapa kamu nggak nyoba buat perjuangin dia? Inget, sebelum janur kuning melengkung semuanya masih bisa berubah."
"Saya nggak mau nyakitin perasaan pacarnya, Pak."
"Terus gimana sama perasaan kamu? Kamu pasti tersakiti kan?"
"Biarin itu jadi urusan saya. Saya cuma pengen ngeliat dia bahagia walaupun itu bukan dengan saya."
"Apa dia tau soal perasaan kamu?"
"Saya rasa enggak."
"Kamu nggak nyoba buat ngungkapin itu? Ya, cuma sekedar ngungkapin rasa, tanpa kamu memintanya menjadi milikmu. Setidaknya dengan begitu kamu ngerasa agak legaan."
"Nggak mudah untuk mengungkapkan apa yang saya rasakan. Saya terkadang bingung harus mengekspresikan perasaan saya seperti apa. Pokoknya saya pengen dia bahagia Pak, udah cukup itu aja."
"Iya, saya paham. Kalau kamu emang maunya gitu, kenapa kamu nggak nyoba buat ngelupain dia dan cari cowok lain aja?"
"Saya udah sering nyoba ngelupain dia tapi nggak pernah berhasil, Pak. Asal Bapak tau ya, beberapa kali kan saya pernah suka sama cowok. Nah, salah satu alesan kenapa saya suka cowok lain itu karena saya mau nyoba buat mengalihkan fokus saya ke yang lain. Tapi semua itu percuma. Ujung-ujungan saya balik lagi mikirin dia."
"Segitu spesialnya dia sampe bikin kamu kayak gitu."
"Sangat. Dia sangat spesial dan berarti di hidup saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Iqbaal : Dosen Ganteng || END
Teen FictionKetika takdir mempertemukan kita 💙 *** Dheana, mahasiswi semester 4 mendapatkan dosen yang tak lain adalah idolanya sendiri. Dosen tersebut bernama Iqbaal Dhanandaya Armansyah. Iqbaal memiliki wajah yang ganteng. Hal itu yang membuatnya seketika di...