💙 Bisa diskip (2) 💙

2.2K 131 0
                                    

"Hhhh. Dulu Zidan nyelingkuhin gue, Dhe," jawab Acha dengan ekspresi yang sedih. Ia kembali mengingat masa-masa pahit dalam perjalanan cintanya bersama Zidan.

"Ya ampun! Pantes aja Cha lo benci sama dia, ternyata dia pernah ngasih luka yang dalem di hati lo," ujar Dhea.

"Iya, Dhe. Gue kan tipikal cewek yang susah buat jatuh cinta, tapi sekalinya jatuh cinta gue bakal bener-bener cinta sama dia. Mungkin karena itu kali ya gue jadi gampang dibohongin sama Zidan sampe-sampe diselingkuhin deh," jelas Acha sambil menahan sesak di dadanya dan berusaha untuk tidak menitihkan air mata.

"Zidan tega banget nyelingkuhin cewek sebaik lo," ucap Dhea merasa iba.

"Ya namanya juga cowok, pasti dia lebih milih cewek yang selalu ada di deketnya daripada cewek yang jauh meskipun cinta banget sama dia," balas Ersya menimpali.

"Loh emang Acha nggak selalu ada di deketnya Zidan?" tanya Dhea.

Acha menggelengkan kepalanya. "Gue sama Zidan sekelas pas semester 2 di beberapa mata kuliah. Dari situ kita kenalan terus Ersya, Nina, sama Dila nyomblangin kita. Setelah pdkt sekitar sebulanan, akhirnya kita jadian. Ya, pas semester 2 itu emang gue bisa selalu deket sama Zidan. Tapi, pas semester 3, gue sama Zidan bener-bener pisah kelas. Nggak ada satupun mata kuliah yang kita sekelas. Tadinya gue berniat ngajak dia KRS-an bareng, tapi dia udah janjian sama temen-temennya dan katanya nggak enak kalau nolak soalnya tiap semester mereka selalu bareng-bareng. Makanya mulai semester 3 gue sama Zidan udah jarang bareng-bareng pas di kampus. Kalau di luas kampus juga udah jarang sih, paling dua minggu atau tiga minggu sekali baru ketemuan."

"Kenapa nggak lo ajak sekalian temen-temennya Zidan buat KRS-an bareng?" tanya Dhea.

"Kata Zidan, mereka nggak mau milih kelas yang sama kayak gue karena pastinya gue milih kelas pagi, sedangkan mereka maunya kelas yang agak siangan," jawab Acha.

"Kalau gue rasa nih ya Cha, itu cuma akal-akalannya Zidan aja biar beda kelas sama lo," sahut Nina.

"Mungkin. Gue juga nggak tau," kata Acha.

"Terus gimana ceritanya Zidan ketahuan selingkuh?" tanya Dhea yang masih penasaran.

"Ceritain, Dil!" suruh Acha.

"Kok gue?" tanya Dila.

"Kan lo yang mergokin Zidan selingkuh," jawab Acha.

"Oh iya. Yaudah gue ceritain sama lo, Dhe. Jadi, sore itu gue lagi ke lantai atas gedung FAPERTA buat nemuin dosen wali gue karena mau ada urusan. Tiba-tiba gue ngeliat Zidan sama cewek baru keluar dari lift terus mereka jalan ke arah rooftop. Jadi, di FAPERTA kan ada rooftopnya tuh. Emang di situ sering dipakek buat ngeliat senja lah atau cuma nongkrong biasa. Karena jiwa penasaran gue meronta-ronta, gue ikutan lah mereka ke rooftop. Ternyata oh ternyata, Zidan sama cewek itu duduk di lantai terus tangannya Zidan meluk cewek itu dari samping. Terus dia bilang kalau katanya beruntung bisa punya pacar secantik tuh cewek. Nah, besoknya gue langsung bilang sama Acha soal apa yang gue liat dan gue denger. Lanjutin, Cha!"
"Gue langsung nyamperin Zidan buat minta penjelasan. Katanya, selama ini gue bukan satu-satunya cewek dia karena nyatanya dia punya cewek lain yaitu cewek yang diliat Dila. Yaudah, karena gue kecewa sekaligus sakit hati makanya gue langsung putusin Zidan. Sejak saat itu gue benci banget sama dia."

"Berarti cewek itu selalu ada di deket Zidan makanya bisa bikin Zidan berpaling dari lo, gitu, Cha?" tanya Dhea.

"Iya, Dhe. Setelah gue cari tau, ternyata cewek itu sekelas sama Zidan di semua mata kuliah. Tapi itu bukan karena nggak sengaja, tapi disengaja sama Zidan dan temen-temennya. Berdasarkan info yang gue dapet, katanya sejak OSPEK Zidan udah ngincer tuh cewek, tapi dia baru berani deketin pas semester 3 dan karena temen-temennya kenal sama tuh cewek, makanya mereka mau bantuin Zidan biar bisa jadian sama dia," terang Acha.

"Berarti bener dong kata Nina tadi kalau Zidan sengaja nggak mau sekelas sama lo karena biar lo nggak tau hubungan dia sama tuh cewek," ujar Dhea.

"Oh iya ya. Bisa jadi, Dhe," kata Acha baru menyadari.

"Yaudah Cha, lo yang sabar ya. Semoga lo dapet pengganti Zidan yang jauh lebih baik," harap Dhea sembari tersenyum tulus.

"Iya. Semoga aja," balas Acha.

"Kalau lo Dhe, punya pacar nggak?" tanya Dila tiba-tiba.

"Hhhmmm," gumam Dhea.

"Dhea mah jomblo Dil, tapi ada satu nama di hatinya," jawab Ersya.

"Kok lo tau, Sya?" tanya Nina.

"Tau lah. Dhea kan temen SMA gue. Dulu dia juga sempet cerita soal cowok itu. Sampe sekarang lo masih ada rasa kan sama dia?" tanya Ersya memastikan pada Dhea.

"Iya, masih."

"Jadi Dhea suka diem-diem gitu sama tuh cowok?" tanya Dila.

Lagi-lagi Dhea menjawab iya.

"Wah, hebat! Nggak semua orang bisa bertahan dengan perasaan yang dipendam," kagum Dila.

"Kalau gitu lo semangat berjuang ya, Dhe. Semoga lo dapet cowok yang terrrbaik dan lo nggak ngalamin hal yang sama kayak gue, diselingkuhin," ucap Acha.

"Aamiin Ya Allah," kata Dhea.

"Semoga juga Dhea nggak jadi selingkuhan," celetuk Dila.

"Maksud lo?" tanya Dhea.

"Ya, pokoknya jangan sampe Dhea kayak cewek yang di rooftop. Soalnya kan tuh cewek pasti mikir kalau dia pacarnya Zidan, ternyata selingkuhannya," jawab Dila.

Seketika Dhea terdiam. Ia jadi mengingat status Iqbaal yang belum jelas. Apakah ia masih sendiri atau sudah memiliki kekasih?

"Omongan gue salah ya, Dhe?" tanya Dila merasa bersalah.

"Eh, enggak kok, Dil. Makasih ya do'anya," ujar Dhea.

"Iya, sama-sama," balas Dila.

"Ngomong-ngomong Dhe, tadi lo beneran ngasih nomor lo ke Zidan?" tanya Acha kembali membahas sang mantan.

"Enggak, Cha. Tadi gue cuma asal ngetik nomor, nggak tau deh nomor itu aktif atau nggak," jawab Dhea.

"Bagus deh kalau gitu," senang Acha.

"Eh, guys! Udah jam segini nih. Gue mau balik ke FEB dulu ya soalnya bentar lagi ada kelas," pamit Dhea setelah melihat jam di lockscreen handphone applenya.

"Balik sendiri?" tanya Ersya.

"Iyalah, Sya," jawab Dhea. Lalu ia segera berdiri dengan tas ransel yang sudah berada di punggungnya. "Gue duluan ya. Makasih udah nemenin makan di sini. Nasgornya beneran enak," ucap Dhea kemudian.

"Kapan-kapan lo ke sini lagi ya. Ntar kita ngantin bareng lagi," ucap Nina.

"Oke, Nin. Tapi kalau gue sibuk, boleh lah gantian kalian yang ke kantin fakultas gue," balas Dhea.

"Siap, Dhe."

"Oke. Bye guys!"

Setelah itu, Dhea berjalan keluar dari kantin FAPERTA.

Mengingat kelas akan dimulai 15 menit lagi dan jarak antara FEB dengan FAPERTA yang lumayan jauh, jadi Dhea berjalan dengan tergesa-gesa bahkan terkesan berlari kecil. Hal itu dilakukan karena ia tidak mungkin terlambat masuk ke kelas, yang ada nanti Iqbaal akan mengetahui keberadaannya.

Pak Iqbaal : Dosen Ganteng || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang