Dhea segera menuju ke taman belakang dan di sana sudah ada Fian, Hendra, Riza, dan Vadli.
"Sorry udah bikin kalian nunggu. Tadi gue salat dulu soalnya," ucap Dhea.
"Iya, Dhe. Nggak papa. Kita juga baru bentar kok," balas Fian.
"Lifia mana?" tanya Dhea karena tidak menemukan keberadaannya.
"Dia pulang duluan. Tadi gue udah maksa dia buat ikut ke sini, tapi dia tetep nggak mau," jawab Hendra.
"Oh. Terus kok ada Riza sama Vadli?"
"Hehe, sorry, Dhe. Kita di sini bermaksud sebagai penengah," jawab Vadli.
"Iya. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan," tambah Riza.
"Oh iya nggak papa," kata Dhea.
"Duduk dulu, Dhe!" kata Fian.
"Iya." Kemudian, Dhea duduk di sebelah Fian karena memang itu yang tersisa.Posisi mereka berlima berhadapan. Sebenarnya kursi taman letaknya bersebelahan, bukan berhadap-hadapan. Tapi tadi Fian dkk sudah memindahkannya agar lebih enak saat mengobrol.
"Jadi siapa yang mau ngejelasin duluan?" tanya Dhea.
"Aku aja, Dhe," jawab Fian.
"Silakan!" kata Dhea.
"Sebelumnya aku mau bilang makasih karena kamu udah ngasih aku kesempatan buat ngejelasin. Jadi, semua ini bermula dari dua minggu yang lalu pas Lifia ngajak aku ketemuan di Cafe Couple. Dia bilang kalau dia mau bantuin aku biar kamu bisa suka lagi sama aku. Dia nyuruh aku buat sementara ngejauhin kamu biar kamu ngerasa kehilangan karena dengan begitu kamu akan sadar kalau aku ini penting buat kamu. Makanya selama dua minggu ini aku berusaha ngehindarin kamu Dhe, aku berusaha buat nggak ngechat kamu. Itu semua aku lakuin biar kamu sadar kalau aku ini berarti buat kamu. Dan selama dua minggu ini, Lifia selalu ngajak aku ketemuan, entah itu di gazebo, kantin, ataupun di luar kampus. Alesannya dia mau ngasih tau keadaan kamu ke aku. Sampe akhirnya tadi, Lifia ngasih tau aku kalau kamu mau memperjuangkan orang lain. Aku nggak tau siapa karena Lifia nggak ngasih tau nama orang itu. Jujur aku sedih dengernya, aku sakit karena di saat aku ngejauhin kamu, bukannya bikin kamu nyariin aku malah kamu mau berjuang buat orang lain. Tapi sekarang aku tau, itu semua cuma akal-akalan Lifia biar dia bisa ketemu dan deket terus sama aku. Gue juga minta maaf sama lo Ndra, gue sama sekali nggak ada maksud buat nikung lo. Lo sahabat gue jadi gue nggak mau persahabatan kita hancur cuma karena masalah cewek," jelas Fian panjang lebar.
"Gue percaya kok kalau lo nggak ada apa-apa sama Lifia. Selama dua minggu ini gue juga ngerasa perubahan sikap dia ke gue. Dia jarang banget bales chat gue, tiap gue telfon, vc, selalu aja ditolak dengan alasan lagi sibuk, dan setiap gue ngajak ngedate dia pasti nggak mau. Gue mikir, salah gue tuh apa. Perasaan selama ini gue udah berusaha bahagiain dia dan gue juga nggak pernah ngelirik cewek lain. Tapi ternyata letak kesalahan itu bukan di gue, tapi di Lifia itu sendiri. Dia dengan teganya manfaatin gue biar bisa deket sama lo. Hhhh. Gue nggak nyangka ada orang setega dia," terang Hendra.
"Sabar, Ndra," kata Riza.
"Sumpah, si Lifia itu bego banget! Jelas-jelas udah punya cowok sebaik Hendra malah disia-siain," kesal Vadli.
"Udah Dli, jangan ikutan emosi!" ujar Riza mengingatkan."Gimana gue nggak emosi Za, si cewek gatel itu udah mainin perasaannya Hendra dan berani-beraninya ngedeketin Fian. Padahal dia tau kalau Fian cuma suka sama Dhea," balas Vadli.
"Tenang Dli, kita selesaiin ini baik-baik!" ucap Dhea.
"Aku udah jelasin semuanya, nggak ada yang aku tutup-tutupin lagi. Kamu percaya kan sama aku?" tanya Fian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Iqbaal : Dosen Ganteng || END
Teen FictionKetika takdir mempertemukan kita 💙 *** Dheana, mahasiswi semester 4 mendapatkan dosen yang tak lain adalah idolanya sendiri. Dosen tersebut bernama Iqbaal Dhanandaya Armansyah. Iqbaal memiliki wajah yang ganteng. Hal itu yang membuatnya seketika di...