P R O L O G

18.1K 1.5K 283
                                    

"Izana, mendekatlah" seorang wanita paruh baya menggendong seorang bayi dalam pelukanya.

"siapa?" sembari mendekat, sesosok yang dipanggil izana pun bersuara "wah kecilnya"

Sang ibupun tersenyum lembut

"Kurokawa (name), dia adikmu"

______________________________________

🎴

"Kak, kakak lihat bunga-bunga ini, cantik bukan?" tampak sang adik berantusias sambil memeluk erat sekuntum bunga.

"..."

Tak ada jawaban.

Sang kakak terdiam. Pandanganya terfokus pada sang adik. Sepoi-sepoi angin meniup helaian rambut sang adik seakan membuat keindahan tersendiri bagi sang penikmat.

"Cantik"

"Sesuai yang kukatakan bukan?! Bunga-bunga ini memang indah. Butuh waktu lama untuku memilah yang terbaik." sang adik tersenyum manis tidak sadar akan maksud lain dari perkataan sang kakak.

Sang kakak pun kembali tersadar menyadari akan perkataanya barusan dan malah membuatnya tertawa kikuk.

Mereka duduk berdua di padang cukup lama. Seperti biasanya Izana menemani (name) memetik bunga.
Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk pulang.

Dapat dibilang jikalau padang tersebut adalah tempat rahasia mereka berdua. Mereka sering bermain dan bersepeda di sana.

Sekarang mereka berdua tengah bersepeda menuju tengah toko roti.

"Kak, aku udah siapin hadiah spesial buat ulang tahun kakak besok" Seru (name) sambil memeluk erat kakaknya.

"Kenapa dikasih tau coba? Entar gak spesial dong"

"Kan biar dipuji gitu"

"pfft iyain deh"

"Gak peka ih" sembari mengerutu kesal (name) menggoyangkan sepeda membuat sepeda kehilangan keseimbangan.

"H-hei (name) jangan bercanda " Izana berupaya mempertahankan keseimbangan dengan (name) yang semakin menjadi-jadi.

BRUK

Sepeda ambruk dengan kondisi kepala (name) yang berbentur di batu besar hingga mengeluarkan darah.

"(name)?" Izana terbalak.


"(NAME)?!"


🎴




Perlahan tapi pasti, (name) menggerakan jemarinya. Kesadaranya mulai terkumpul membuatnya memandang persekitaran.

"Di mana ini?" sembari menatap sekitar, matanya menangkap sesosok pria bersurai pirang pemutih yang tampak pucat tengah terlelap di ujung tempat tidur.

"Ka-kakak?" yang dipanggil pun mulai tersadar dari tidurnya dan terbalak melihat adiknya yang terbangun.

Belum lagi (name) berkata lebih lanjut, Izana langsung memeluknya erat. Sangat erat. Hingga membuatnya tersentak kaget dan kesesakan.

"K-kak? Lepas kak.. sesak" (name) malah bersweat drop dengan perlakuan tiba-tiba kakaknya.

"Akhirnya.. Setelah tiga hari koma, ck sialan" terdengar samar-samar kakanya yang berupaya menahan tangis.

"K-kak?" (name) tenggelam dalam pikiranya. Tentang bagaimana bisa Izana yang meminta maaf atas kesalahanya dan bagaimana bisa ia bisa koma selama itu hanya karena benturan kecil.

Tiba-tiba ia tersentak dan kaget pada kenyataan bahwa ia telah melupakan ulangtahun kakaknya.

"K-kak...Ulang tahunnya?" dengan ragu (name) bertanya.

Izana hanya tersenyum kecil. Terukir senyum dengan emosi yang sulit digambarkan.

"M-maaf hik, aku mengacaukanya hik... Padahal kakak pasti sudah menunggu hadiahku." (name) menangis sesenggukan.

"Pfft kau bicara apa? Bagiku kau adalah hadiah paling indah. Hadiah paling sempurna yang Tuhan berikan untuku." seakan mencoba mencairkan keadaan. Izana kelepasan mengatakan isi hatinya.

"..."

"A-apa berlebihan ya?" Izana menggaruk tengkuknya salah tingkah mengingat perkataanya.

"Huaaaaa" (name) malah merangkul leher izana dan memeluknya erat.

Izana tersentak kemudian terdiam membiarkan adiknya meluapkan emosinya dan ia tersenyum lega.

Izana pun melepas pelukan erat itu dan mengusap pelan mata adiknya.

'Hangat' batin (name) kemudian tersenyum kecil.

"Karena itu berhentilah menangis dan cepatlah sembuh kemudian berikanlah hadiahku. Aku menunggunya darimu. " Izana menunjukkan jari kelingkingnya.

"Jarimu" pinta Izana.

"Hm?" (name) bingung apa maksud izana memintanya menunjukan jarinya namun tetap dia ikuti.

Izana mengaitkan kedua jari tersebut dengan erat.

"Janji ya?" Izana tersenyum dengan menampilkan deretan gigi putihnya.

(name) pun hanya memandang polos ke kaitan jari itu dan memandang senyum Izana.

"Hehe iyah" dengan senyum Izana membuat hati (name) menghangat. Tanpa (name) sadari, ia sendiri telah mengukir secarik senyum pada bibirnya.

Tanpa disadari kedua orangtua tengah menyimak kejadian itu. Awalnya mereka berniat masuk menjenguk sang putri akan tetapi merekapun memahami kondisi dan berangsur pergi.


______________________________________

Kurokawa Izana
(11 y.o)

o)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Yosh hallo semua
Salam kenal ini dengan author limi :>
Book ini dibuat dengan berdasar kepada perasaan author ke Izana ♪('︶')

Mohon maaf apabila banyak typo dan kesalahan penggunaan kata. Mohon bantuannya semua \(^▽^)







Continue...

𝐕 𝐚 𝐠 𝐚 𝐫 𝐲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang