🎴
•
Sudah tiga minggu semenjak ulang tahun Izana, malam ini mereka ketiduran bersama karena begadang bermain vidio game.
Di sisi lain terdapat dua orang yang tengah membicarakan agenda mereka.
"Sepertinya kita benar-benar harus melakukanya. Izana semakin bertingkah sebagai seorang pria" Ucap sesosok pria.
Sang lawan bicara pun tampak menimbang perkataan pria tersebut. 'Benar juga. Dari sebagaimana Izana memperlakukan (name), dia benar-benar bertingkah sebagai prianya (name).' pikirnya
Benar saja seperti sebagaimana Izana memperlakukan (name) siang tadi, Izana menyuapi (name) sambil mendengarkan (name) yang berceloteh antusias tentang sekolahnya, bahkan sesekali memainkan rambut (name) dan mengecup keningnya.
Bahkan (name) yang masih polos dan lugu pun seakan menerima perlakuan kakaknya.
"Kita terpaksa harus melakukan ini" Setelah menimbang-nimbang sang lawan bicarapun mengambil keputusan. Ia gemetaran dan mengigit bibir.
"..." Sang pria terdiam memperhatikan gerakan tubuh lawan bicaranya yang tampak gelisah.
Sang pria memegang bahu lawan bicaranya dan tersenyum perih.
"Maaf istriku. Ini semua demi anak-anak kita."
Sang istri tampak menatap sang suami. Tak dapat tertahan, bulir-bulir air matanya pun jatuh.
"Ya. Mohon bantuannya, suamiku" Sang istri menunduk.
🎴•
"U-ugh" Sang anak nampak kebingungan. Ia bangun dalam keadaan berada di dalam mobil.
Tak hanya itu. Ia bingung mengapa ada banyak barang di dalam mobil. Seperti mereka akan melakukan perjalanan jauh.
Ia mengucak matanya dan menatap ke arah pengendara mobil.
"Ayah?"
Sang ayah tertegun. Dan melihat ke arah kursi penumpang.
"Kau sudah bangun ya, Izana" sang ayah tersenyum sendu.
"K-kita mau kemana ayah?" tanya Izana. Dia benar-benar kebingungan sekarang. Mereka tidak pernah melakukan perjalanan pribadi sendiri-sendiri seperti ini. Biasanya mereka selalu bersama ibunya dan (name).
"Mulai sekarang kita tinggal terpisah. Ibumu dan (name) akan tinggal di tempat baru, dan kau juga akan mendapatkan keluarga barumu" ucap sang ayah.
Izana tertegun. Matanya membulat dan ia benar-benar dalam fase kosong sekarang.
Otaknya berhenti berpikir dan dia benar-benar lebih dari sekedar kebingungan sekarang.
Ia mulai merasakan dorongan aneh dan emosi yang meluap-luap. Muncul berbagai pertanyaan dari benaknya.
'Apa salahnya?'
'Dia hanya ingin hidup bahagia bersama (name)'
'Kenapa sampai harus berpisah seperti ini?'
Ah entahlah. Izana sudah muak mengapa orang tuanya selalu melakukan dan menanyakan padanya hal-hal yang tidak ia mengerti.
Harusnya orang tuanya mengerti bagaimana seorang anak berumur 11 tahun dengan kondisi emosional yang belum stabil dibebankan untuk menanggung pikiranya sendiri, menerima hal-hal yang tidak ia mengerti dan terus ditekan.
Ah Sepertinya sudah terlambat. Akal sehatnya telah sirna. Sekarang ia benar-benar tidak terkendali. Dan hanya muncul satu kata di benaknya
"Bunuh"
"Hm? Izana kau mengatakan sesuatu?" sang ayah menatap dari kaca spion dalam, memastikan apakah Izana baik-baik saja.
"MATILAH KAU SIALAN"
Sang ayah terkejut bukan main tatkala Izana melompat ke arah kursi pengemudi dan mencekik ayahnya.
"Iza..na apa yang.. kau laku..kan? Lep..as ba..haya" sang ayah tercekik namun berupaya mempertahankan kendaraan agar tetap seimbang.
"Sebenernya apa yang kau pikirkan, bajingan?" ucap Izana sambil mempererat cekikan pada ayahnya.
Melihat reaksi ayahnya ia pun menunduk dan berbisik pada ayahnya.
Entah apa yang ia katakan sukses membuat ayahnya tertegun. Seketika ayahnya mulai kejang-kejang dan mengeluarkan buih dari mulutnya.
Tapi hebatnya, sang ayah berhasil mempertahankan kendaraan selama tiga menit meski tercekik. Namun nihil, kendaraan tetap terpental keluar area aspal dan masuk ke dalam jurang.
Tidak ada yang tau apa yang telah terjadi namun Izana selamat. Dengan menggunakan ayahnya sebagai temeng. Ia berhasil terjun ke bawah jurang dengan selamat dengan keadaan depan mobil yang hancur total.
Hasilnya ayahnya tewas dengan kondisi mengenaskan leher lebam dengan kepala pecah juga bercak darah yang terpental kemana-mana. Izana hanya memandang kosong mayat ayahnya. Ayahnya benar-benar pergi.
Kemudian ia segera turun dari mobil tatkala ia tau mobil itu akan segera meledak. Sebelum meninggalkan kendaraan itu ia memandangnya sekilas dengan tatapan kosong kemudian jatuhlah setetes air mata.
"Sampai jumpa di neraka, ayah"
Ia berbarbalik dan pergi menjauh meninggalkan kendaraan tersebut yang meledak.
Continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐕 𝐚 𝐠 𝐚 𝐫 𝐲
RomanceIncest gk sih? First book saia, jadi maapkan apabila banyak pengunaan kata² tidak baku, labil, kasar dan gaje. Saia menolak revisi karena ngerasa cringe kalo dibaca ulang. Tapi ttp aja ni book kesayangan dari book lain wkawkawka __...