Incest gk sih?
First book saia, jadi maapkan apabila banyak pengunaan kata² tidak baku, labil, kasar dan gaje. Saia menolak revisi karena ngerasa cringe kalo dibaca ulang. Tapi ttp aja ni book kesayangan dari book lain wkawkawka
__...
Ini kenapa anjirr. Kok pada rame gini.. Terano parah ih, beraninya bawa pasukan. Mana banyak banget pula.
Aku tercengang tatkala melihat segerombolan orang bermotor dengan seragam Rokuhara Tandai mengepung kami.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bused mana hoodieku. Untung tadi kebawa.
Aku lekas merogoh tas dan memakaikan hoodie dan masker untuk menutupi rupaku. Untung saja tudung jaketku lumayan gede.
Bukan biar apa ye, tapi buat jaga-jaga. Gimana kalo ada murid satu sekolah yang masuk di Rokuhara Tandai.
Trus ngeliat aku, abis itu ngaduin ke sensei. Kan gak lucu kalo kena skors dua minggu bukannya tobat malah buat ulah baru.
Entar kalo dikeluarin lagi gimana coba.
Eh bentar. Tinggi banget busett.
Aku kembali dibuat tercengang melihat ukuran Terrano south yang begitu besar. Gedenya gak main-main. Ia berdiri berhadapan dengan Draken saja sudah terlihat perbedaannya. "Jadilah partnerku." Ucapnya.
Hah??
Bentar ini konsepnya bagimana?
Draken membalasnya dengan tatapan tajam. "Tidak peduli berapa kali kau meminta, jawabanku akan selalu sama, South!! Aku tidak akan pernah bergabung dengan Rokuhara Tandai." Tegas Draken.
Tunggu..
Apa maksudnya itu? Draken diajak bergabung dengan Rokuhara Tandai?
Duh pusingg. Baru juga balik ke masa lalu malah disuruh mikir. Dah gitu belum juga tarik napas dah kena perkara. Gak di skolah, gak diluar sama aja hadeh.
Ya bodmat sih. Mending aku bersikap seperti korban saja supaya tidak terlalu menarik perhatian. Lagipula aku datang ke sini kan hanya untuk menemui Takemichy. Toh aku juga tidak ada hubunganya dengan semua ini.
Aku mundur beberapa langkah ke belakang untuk menghindari Draken dan Terano yang sudah mendidih.
"(Name)?" Panggil seseorang dari belakang.
Aku tersentak dan menoleh.
Rupanya Inupi. Ia tersenyum lepas tatkala melihatku. "Benar-benar (name) toh."
Aku mematung sesaat. Inupi menatapku intens membuatku terkunci pada tatapannya yang begitu lembut. Ia kemudian mengarahkan tanganya dan mengelus pipiku pelan. "Aku merindukanmu.. (name)." Ucapnya.
