30«

3.8K 620 52
                                    


🎴


Hari ini hari keberangkatan (name). Dia dipulangkan karena kejadian waktu lalu.

"(Name) -san. Terimakasih telah membantu kami sampai sejauh ini." Ucap Takemichi sambil membungkuk.

(Name) tersenyum kosong. "Tidak-tidak. Justru kalianlah yang membantu penyelidikanku selama ini." Ucap (name) sambil tersenyum manis.

"Mau bagaimanapun kau adalah partner yang hebat." Ucap Inupi serius.

(Name) hanya tersenyum kemudian lekas berbalik dan naik ke dalam bus.

"(NAME)!!" Teriak Mikey dari belakang.

(Name) menoleh kemudian mematung sesaat.

'Untuk apa dia datang? Bukanya dia sedang dalam kedukaan ya?.'

"Kau sudah mau pergi ya?" Tanyanya.
(Name) hanya menganguk kecil.

"Datanglah kapan-kapan. Kau harus ingat kau masih memiliki saudara disini." Ucapnya sambil tersenyum penuh arti. Meski tersenyum, matanya tak menunjukan binar apapun.

(Name) terdiam. Kemudian lekas masuk ke dalam bus.

"Ya.." Ucap (name) singkat.













"Bugh"

"Bugh"

Suara bogeman mentah terdengar di segala penjuru ruangan.

Sekarang (name) tengah berada pada garasi rumahnya dan latihan mati-matian.

'Ini semua salahku. Aku tidak dapat melakukan apa-apa karena aku begitu lemah' Batinya.

"Tck" Ia terus menghantam karung tinju di depanya tanpa memberi jeda sedikitpun.

Sang kakek datang dan membawakan teh hangat untuknya. Ia menatap iba sang cucu.

"(Name).. Hentikan. Ini sudah tiga minggu lebih kau latihan mati-matian." Ucap sang kakek.

(Name) tidak menggubris. Ia malah semakin mempercepat tempo gerakanya dan memperkeras kekuatan tinjunya.

Tubuhnya bermandikan peluh, goresan kecil di mana-mana dan samar-samar bercak darah.

"... Hari ini Aoi dan Kyoko mengunjungimu lagi. Mereka mengkhawatirkanmu. Setidaknya temuilah mereka." Ucap sang kakek lirih.

Nihil.


Masih tak ada jawaban. Hanya ada suara gebukan.

Sang kakek menghela napas pelan kemudian lekas berjalan keluar. "Jangan lupa untuk beristirahat."

(Name) berhenti sejenak dan menatap ke arah punggung kakeknya yang kian menjauh.

Ia beralih ke teh buatan kakek dan mencicipinya.


"Bwek..Pahit." Ucapnya pelan.

'Kakek memang payah soal urusan minuman. Tapi sepertinya teh buatanya semakin enak.' Batinya.


(Name) tersenyum tipis.
"Sepertinya kakek telah berusaha keras ya. Yosh, aku akan minum semuanya." Ucapnya kemudian berusaha meneguk segelas teh tersebut dalam sekali tegukan.


"BWEKK PAITTT!!" Teriaknya.


Setelah meneguknya ia meletakan gelas itu di meja secara kasar dan mengelap cepat lidahnya.

𝐕 𝐚 𝐠 𝐚 𝐫 𝐲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang