29«

3.4K 558 136
                                    

🎴

Demi alek author tereak-tereak bikin ini chap. Gajenya kebangetan astagaa (╥﹏╥)

⚠️  FlashBack Kurokawa Familly (2/2)



Hari ini sang ayah mampir ke rumah Karen dengan membawa Izana.

"Emma, dia Izana. Dan Izana, dia Emma." Ucapnya sambil memperkenalkan satu per satu.

"Siapa?" Tanya Izana datar.

"Dia adikmu. Dia sangat kesepian, jadi sebagai kakak, mulai sekarang kau harus sering-sering menemaninya." Pinta sang ayah.

Izana hanya terdiam. Kemudian menatap Emma dari kepala sampai ujung kaki.

"Tapi adiku cuma (name)." Sambung Izana.

"Y-ya. Anggap saja dia adik rahasiamu." Ucap sang ayah.

"Mmh.. Baiklah" Sahut Izana masa bodo.










Semenjak perkenalan itu, sang ayah jadi sering membawa Izana mampir untuk menemani Emma.

Hingga dua tahun lamanya mereka bersama dan mendekati ulang tahun Emma.

"Bagaimana dengan Izana? Kau menyukainya?" Tanya sang ayah.

Emma menatap polos kemudian mengangguk sesaat.
"Iya sih.. Hanya saja dia ngak peka. Mungkin karena dia lelaki?" Ucap Emma sambil memonyongkan bibir.


Sang ayah tampak meninbang-nimbang.

"Bagaimana dengan saudara perempuan. Apakah kau akan senang apabila memilikinya?" Tanya sang ayah.

"Benarkah?? Apakah aku boleh memilikinya?" Tanya Emma dengan senyum sumringah.

"Tentu saja. Kau tau, dia mirip dengan Izana tapi versi perempuan. Ayah yakin kau akan menyukainya."

"Apakah aku bisa bertemu denganya?" Tanya Emma lagi. Kali ini lebih bersemangat.

"Ayah usahakan secepatnya. Ayah yakin kalian akan menjadi saudara yang baik." Ucap sang ayah sembari tersenyum.















Setelah itu, karena tuntutan pekerjaan, aku menjadi jarang mampir.

"Hah.. Hari ini begadang lagi." Ucapku sambil meregangkan tubuh.

Tok Tok

Seseorang mengetuk pintu ruang kerjaku. Kemudian ia lekas membuka pintu.

"Diana?"

Dia mendekat ke arahku.

"Kau sudah berusaha hari ini. Jangan terlalu memaksakan dirimu." Ucapnya sambil meletakan nampan bermuatkan segelas teh panas di atas meja.

Setelah itu dia mengintip pekerjaanku dan mengelus suraiku. Ia tersenyum hangat.

Aku mengalihkan pandangan untuk menutupi semburat merah pada wajahku.

"Ini untukmu." Ucapnya sambil memberikan sebuah bungkusan kecil.

Tanpa bertanya, aku langsung menerima dan membukanya.

𝐕 𝐚 𝐠 𝐚 𝐫 𝐲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang