40«

2.2K 462 90
                                    


Byurr

Aku jatuh ke dalam perairan. Jelas-jelas gedung tersebut telah meledak.

Ini sudah tengah malam dan mati-matian aku berupaya mempertahan kesadaran meski mataku semakin memberat.

Sisa tenaga yang kupunya, kugunakan sebaik mungkin untuk berenang menuju ke tepian.

Siall

Kenapa sakit sekali.

Tubuhku yang dipukul bertambah perih saat terkena air...

Hosh

Hosh

Aku berjalan gontai. Dan Akhirnya...
Akhirnya aku sampai ke permukaan.

Napasku memburu juga kesadaranku semakin berkurang. Aku merasakan tubuhku akan ambruk beberapa saat lagi.

Sudahlah.. Setidaknya aku tidak mati di tangan musuh.

Aku menutup mataku perlahan dan menerima kenyataan di hadapanku. Perlahan tubuhku oleng dan aku ambruk kedepan.

"Bruk"


Eh?

..

Aku tidak jatuh. Aku merasa seperti ambruk di pundak seseorang.

Ada yang menopangku. Aku berupaya membuka kembali mata untuk melihat sesosok tersebut.

"S-Sanzu?" Ucapku lirih.

Dia hanya tersenyum. "Kau sudah berupaya keras, (name). Mulai dari sini biar aku yang urus." Ucapnya.

Tepat di depannya, bulan nampak bersinar terang menerangi gelapnya malam.

Ah.. Sepertinya aku bisa mati dengan tenang.

Aku ikut mengulas senyum tipis kemudian menutupkan mataku perlahan.





Aku menerjabkan mataku berkali-kali. Aku membangkitkan diri dari posisi tiduran dan menyapu pemandangan sekitar. Ini sudah malam dan aku ada di.... Pantai?

Lebih mengherankan lagi, tubuhku menyusup dan rambutku masih panjang. Seakan kembali sewaktu aku masih smp. Aku nampak mengenakan terusan berwarnah putih polos dan gelang pemberian Izana.

Aku langsung tersentak teringat hanafuda peninggalan izana yang dirusak begitu saja. Aku menunduk dan menatap gelang pemberian Izana dengan perasaan bersalah.

"Apa yang kau sedihkan?
Itu hanya sebuah barang." Ucap seseorang jauh di depanku. Aku yang semula menunduk mendongak untuk melihat wajahnya.

Antara terkejut atau takut, aku memundurkan langkahku. "I-Izana?" Ucapku was-was.

Tidak salah lagi..

Dia benar-benar Izana.
Ia mengenakan kemeja putih longgar dengan celana hitam, beserta hanafuda dan gelangnya.

T-Tidak..
Ini pasti cuma mimpi, kalau beneran artinya aku sudah gila.

Setelah mundur beberapa langkah, tubuhku seperti menjadi kaku dan kesusahan bergerak.

Izana malah mendekatkan dirinya kepadaku. Aku menunduk sambil menutup mata erat-erat dan meneguk saliva kasar. 'H-Hantu'

Suraiku tertiup angin malam membuatnya sedikit berantakan. Izana menggunakan tanganya untuk menyapu helai rambutku ke belakang telinga. "...Kenapa menunduk?" Ucapnya pelan.

Aku sedikit bergidik karena suaranya yang serak terdengar tepat di dekat telingaku.  Kemudian aku mengangkat wajahku pelan membuat  Izana mengukir senyum. "K-Kenapa kau belum pergi" Ucapku dengan keringat dingin.

Izana malah tertawa ringan, kemudian tersenyum sendu. "Aku tidak bisa pergi... sebelum memastikanmu bahagia." Ujarnya.

...


"Tapi aku.. Tidak pernah bahagia." Jawabku sendu.

Izana malah menepuk puncuk kepalaku pelan, membuatku tersentak. "Aku memintanya untuk menjagamu. Tapi dia malah menyesatkanmu, huh?" Ujarnya kesal.

Ah..
Maksudnya Mikey ya?

Tapi..
Bukan salah Mikey sepenuhnya. Aku juga berencana masuk Bonten...

Izana mengelus kepalaku kemudian menahan tengkukku dan mendekatkan wajahnya hingga hidung kami bersentuhan. Hal itu membuatku sedikit tersentak. "Pilihlah apa yang kau rasa benar dan lihatlah dunia ini dari sudut yang lain. Kembalilah menjadi (name)-ku yang dulu, oke?" Ujarnya lembut.

Belum sempat aku bereaksi tiba-tiba saja cahaya seperti kunang-kunang berada mengelilingi Izana. Seakan menyerap tubuhnya dan hendak membawanya pergi. Namun ia tidak bergerak, ia masih tetap pada posisinya.

Aku dengan sigap menarik kerahnya untuk menjaganya tidak pergi. "K-kau mau kemana? Apa kita akan bertemu lagi?" Tanyaku panik.

Ia malah tersenyum. "Itu semua tergantung dirimu." Jawabnya pelan.

"Lagipula sudah kukatakan... Aku tidak akan pergi sebelum kau berbahagia." Sambungnya. Ia menampilkan senyuman khasnya kemudian mengarahkan tanganya untuk menutupi kedua mataku.

Setelah itu gelap.

Itu yang kurasakan..












(Name) tersentak bangun dari tidurnya dan menatap sekitar. Netranya menangkap posisinya dan Sanzu yang tengah bersembunyi dari kejaran polisi.

Tidak tanggung-tanggung, para polisi langsung mendatangkan helikopter untuk membantu proses pencaharian.

Bukanya Sanzu khawatir, ia malah tersenyum gila seakan menunggu timing yang tepat untuk menebas anggota lainnya.

"Ah, (name) kau sudah sadar." Ucapnya. (Name) hanya menatap diam. Nampak wajah Sanzu dipenuhi dengan bercak darah. Jelas sekali itu merupakan darah lawan.

"Kau tidak perlu khawatir. Mikey dan yang lain sedang dalam perjalanan. Sepertinya dia kambuh setelah tau kau diculik." Ucap Sanzu dengan senyum was-was.

(Name) terdiam. Ingatan mimpinya mulai melintas dalam benaknya.

"Pilihlah apa yang kau rasa benar dan lihatlah dunia ini dari sudut yang lain. Kembalilah menjadi (name)-ku yang dulu, oke?"

Perkataan Izana begitu  terngiang-ngiang dalam benaknya. 'Yang kurasa benar ya..' Batinnya.

(Name) bangkit berdiri dan berjalan keluar dari persembunyian membuat Sanzu tersentak kaget. "(Name)?! Apa yang kau lakukan!? Kembalilah ke sini!!" Teriak sanzu was-was. Ia terdengar mengecilkan suaranya.

(Name) terdiam. "Aku yang akan bertanggung jawab untuk semua ini." Ujarnya.

Sanzu membelalakan matanya lebar-lebar. "(N-Name).. Apa maksudmu." Kaget Sanzu syok.
"Kalau kau menyerahkan diri begini Mikey bisa gila." Tambah Sanzu was-was.

"Aku tau." Potongnya. Ia kemudian berbalik dan menghadap Sanzu. "Karena itu.. Aku mengembalikan Bonten kepadamu. Katakan kepada Mikey untuk tidak lagi mencariku." Ujarnya sambil tersenyum. Ia lekas berbalik kemudian melangkahkan kakinya. "Aku pergi. terimkasih untuk segalanya." Ucap (name) sambil melambai. Tubuhnya kemudian bergerak menjauh.

Sanzu sontak berlari dan menggengam tangan kanan (name) membuat langkahnya terhenti sesaat.

"....Kau yakin, (name)?
Mikey khawatir padamu.." Ucapnya lirih.

(Name) tidak menjawab. Bahkan berbalik menatap Sanzu pun tidak sama sekali. Ia hanya terdiam.

Hingga genggaman Sanzu kian melonggar dan akhirnya (name) melepasnya sepihak kemudian pergi menjauh....

Untuk menyerahkan diri kepada polisi.






Continue...

𝐕 𝐚 𝐠 𝐚 𝐫 𝐲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang