Emma PovWaktu menunjukkan pukul 2 malam dan aku belum kunjung tidur. Bahkan tidak terasa penat sedikitpun.
Hari ini hari yang sangat menyenangkan karena aku dapat menghabiskan waktu dengan saudaraku.
Ditambah lagi ia juga berkenalan dengan Hina-chan. Aku senang pada akhirnya aku bisa lebih dekat denganya.
Ia juga terlihat menerima keberadaanku dan memberiku ruang.
Selain menolongku ia juga memanggilku dengan sebutan 'kakak'.
Entah kenapa singkat namun membekas di hati.Bahkan sampai saat ini, aku ingin melibatkanya dalam kehidupanku.
Aku penasaran apa yang akan ia lakukan esok. Kurasa kalau aku datang tiba-tiba itu akan menyenangkan.
Bagaimana dengan Takemichi?
Aku akan mencoba menghubunginya untuk menanyakan sesuatu tentang (name). Aku yakin ia tau sesuatu.Mesum kun
"Takemichi Kun~"
"Ada apa Emma-chan?""Kau tau jadwal (name) -chan esok hari?"
"Ya. Besok ia akan sedikit sibuk karena penyelidikan."
"Bisakah aku menghampirinya? Akan kubawakan makan siang untuknya >▽<"
"Tentu saja. Akan kuberikan alamatnya. Ia pasti akan bersemangat karena Emma-chan datang menemuinya^^"
"Yosha >^<"
Aku tersenyum dan pipiku memanas membayangkan reaksi (name) -chan esok hari.
"Hehe." Setelah senyum-senyum sendiri aku lekas mencari referensi menu makan siang yang enak. Hal ini agak sedikit menyusahkan karena aku tidak tau selera (name)-chan.
Aku bergegas ke dapur untuk mengecek bahan makanan. Kalau-kalau tidak cukup, aku dapat membelinya lebih awal esok.
Time Skip..
Hari ini aku bangun lebih awal untuk menyiapkan bekal (name).
Aku memutuskan untuk membuat kari. Aku pastikan ini akan sangat enak karena aku mempertaruhkan seluruh kemampuan memasaku untuk ini. Aku penasaran dengan apa yang diselidiki (name) -chan.
Mengesampingkan pemikiran itu, aku bergegas pergi untuk membeli bahan makanan dan kembali pulang untuk mengolahnya.
Aku berniat membuat kreasi imut agar terkesan lucu.
Setelah cukup lama, akhirnya selesai.
Meski hasilnya cukup aneh, tapi aku bangga karena ini merupakan jerih payahku."Hmph, tidak buruk hehe." Aku mendengus bangga.
Aku terkejut tatkala waktu menunjukkan pukul setengah dua belas siang.
Dengan sigap aku langsung berlari ke kamar mandi untuk bersiap-siap.
Setelah semuanya siap, aku mengemas bento (name) serapi dan seimut mungkin.
"Yosh, saatnya berangkat." Ucapku sambil bergegas pergi keluar rumah.
Aku mengikuti arahan dari lokasi yang dikirimkan Takemichi hingga sampai di bengkel lama kak Shin.
'M-mereka disini?' Batinku bingung.
Aku bersweat drop kemudian mencoba mengetuk pintu.
'Eh? Pintunya terbuka?'
Pintunya terbuka dan aku berniat masuk dengan sendirinya. Namun saat sampai di ambang pintu,
"Ayah beselingkuh..." Ucap (name) tiba-tiba. Aku tersentak kaget dan menghentikan langkahku.
"Dan Emma adalah hasil dari hubungan gelap mereka." Sambungnya lemas membuatku membelalakan mataku lebar-lebar.
"Ia mengutus pembunuh untuk membunuh ibu, agar dia dapat hidup bersama kekasih gelapnya.. Dengan berniat membawa aku dan Izana tinggal bersama Emma."Tambahnya lirih. Tampak jelas (name) sangat kecewa. Bahkan dari wajahnya ia sudah tidak tau harus bereaksi apa.
Aku bergetar hebat dan menutup mulutku.
Perasaanku mulai campur aduk dan aku masih tidak bisa menerima fakta ini.
'Apa yang sebenarnya terjadi? Aku bahkan baru saja tiba.' Batinku bertanya-tanya.
"Pada akhirnya semua yang kuselidiki hanyalah sampah." Ucap (name) sambil menunduk.
Aku menjatuhkan bekalnya. Bekal yang kusiapkan dengan susah payah
Sontak aku langsung berbalik pergi dengan berlinang air mata mengabaikan teriakan Takemichi.
Aku menangis sesenggukan dan mencoba menangkap semua kejadian tadi sebagai kebohongan semata akan tetapi itu benar..
Sejak awal (name) adalah seseorang yang sudah dijanjikan ayah untuku..
Flashback«
Jauh sebelum itu, saat aku berumur 8 tahun..
"Bagaimana dengan saudara perempuan. Apakah kau akan senang apabila memilikinya?"
"Benarkah?? Apakah aku boleh memilikinya?" Tanyaku dengan senyum sumringah.
"Tentu saja. Kau tau, dia mirip dengan Izana tapi versi perempuan. Ayah yakin kau akan menyukainya."
"Apakah aku bisa bertemu denganya?" Tanyaku lagi. Kali ini lebih bersemangat.
"Ayah usahakan secepatnya. Ayah yakin kalian akan menjadi teman baik." Ucap ayah sembari tersenyum.
Sejak lama setelah kejadian itu. Aku tidak pernah mendengar kabar tentangnya lagi.
Hingga saat aku berdiri di depan makamnya dengan ibu yang menangis tersedu-sedu.
"Ayah, kemana saudara yang ayah janjikan?" Tanyaku padanya.
Ia hanya diam dan bersembunyi di dalam bongkahan tanah itu.
"Dasar pembohong." Umpatku.
Flashback Off«
Aku berlari cukup jauh untuk sampai kembali ke dalam rumah, mendapati kakek yang membaca koran di ruang tamu.
"Kenapa!? Kenapa sejak awal kakek tidak terbuka kepadaku?!" Teriaku keras memecah keheningan.
Kakek tertegun.
Kemudian menghela napas panjang.
"Jadi kau sudah tau ya." Ucapnya sambil melepas kacamatanya.
"Sudah kakek katakan untuk tidak terlibat lebih jauh denganya." Sambungnya kemudian meletakan koran kembali ke atas meja.
Kemudian menatap mataku serius.
"Baik kau maupun ibumu.. Kalian hanyalah orang yang memaksakan diri kalian pada apa yang seharusnya tidak menjadi milik kalian." Tambah kakek.
Continue..
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐕 𝐚 𝐠 𝐚 𝐫 𝐲
RomanceIncest gk sih? First book saia, jadi maapkan apabila banyak pengunaan kata² tidak baku, labil, kasar dan gaje. Saia menolak revisi karena ngerasa cringe kalo dibaca ulang. Tapi ttp aja ni book kesayangan dari book lain wkawkawka __...