✧1.8✧

1.4K 176 8
                                    

Jisung menarik napasnya dalam-dalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jisung menarik napasnya dalam-dalam. Dia perlu tenang untuk bisa masuk kesini.

Saat dia melangkahkan kakinya masuk ke dalam sana. Seseorang memanggilnya dan tersenyum padanya.

"Park Jisung?"

Jisung menoleh. 

"Kau sudah besar ya...," ujar orang itu.

Jisung tersenyum canggung.

"Kau mungkin lupa padaku, panggil saja aku Mama," ucap wanita itu.

Jisung mengangguk.

"Ayo kita mengobrol di ruanganku."

Jisung memasuki ruangan, di meja ada nama Dokter wanita tersebut.

Mrs.Song Wendy

"Sudah sangat lama setelah kau keluar dari sini, beberapa tahun silam," ucap Wendy, dokter wanita itu.

"Bagaimana aku bisa berada disini?" tanya Jisung.

"Kau mengalami trauma, karena kejadian yang menimpa keluargamu. Kau sangat sensitif pada hal-hal yang berbau darah, suara tembakan dan lemari."

"Jika Appa datang, kau harus bersembunyi di lemari dan menutup telingamu erat."

Jisung sedikit paham, alasan Tiffany lebih memilih memberikan rak untuk pakaiannya dibanding lemari.

"Kau berhasil sembuh, namun kau harus ketergantungan obat penenang. Itu kenapa aku menyarankan ibumu untuk mengatakan padamu jika itu adalah vitamin rutin, kau juga mengidap anemia itu sebabnya kau harus semakin rutin mengonsumsi obat," jelas Wendy.

"Apa aku bisa terlepas dari obat itu?" tanya Jisung.

"Bisa saja, kau harus menjalani lagi terapi. Tapi untuk obat anemia mu itu tidak boleh terlewatkan, karena tubuhmu bisa saja drop," jawab Wendy.

Jisung nampak berpikir.

"Aku akan memikirkannya," ucap Jisung yang diangguki Wendy.

"Ah, kau membolos? Aku baru sadar jika kau memakai rompi sekolahmu."

Jisung mengangguk pelan.

"Kenapa?"

"Eoh?"

"Kenapa kau membolos?"

"A-aku tak yakin jika eomma akan mengizinkanku kemari."

Wendy menghela napasnya, "kau akan membuat ibumu khawatir."

"A-aku akan memberitahunya nanti..."

"Baiklah, jangan mengulanginya lagi," ucap Wendy.

"Nee."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
His SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang