✧3.2✧

1.3K 179 17
                                    

"Maaf baru bisa menjengukmu, eomma benar-benar sibuk," ucap Tiffany

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf baru bisa menjengukmu, eomma benar-benar sibuk," ucap Tiffany.

"Tidak apa-apa, eomma bisa datang kemari aku sudah senang," Jisung tersenyum berusaha menenangkan wanita di hadapannya.

"Kau yakin mau memaafkan anak yang sudah membuatmu seperti ini? Mereka sudah keterlaluan."

Jisung mengangguk yakin.

"Sudah empat orang yang bertanya, jawabanku akan tetap sama," ucap Jisung.

"Kenapa kau begitu yakin? Bagaimana jika anak itu kembali menyakitimu?"

Jisung kembali tersenyum dan menggenggam tangan Tiffany.

"Eomma tau bagaimana aku bukan?"

Tiffany mengangguk, "kau tidak akan melakukan sesuatu tanpa alasan."

"Benar, jadi jangan khawatir."

Tiffany menyerah, benar dengan yang dikatakan Eunhyuk. Jisung memang sulit dimengerti.

Sementara itu, Jeno hanya terdiam di luar ruangan Jisung. Kakinya begitu kaku untuk melangkah masuk ke dalam.

"Kenapa tidak masuk?"

Jeno menoleh, "ah Renjun."

"Kenapa tidak masuk ke dalam?" Renjun mengulang pertanyaannya.

"Tidak, aku hanya mengantar eomma," jawab Jeno.

"Kau yakin? Aku lihat beberapa kali kau mondar-mandir di depan ruangan," ucap Renjun.

"Eoh?"

"Itu kau kan? Aku tidak melihat orang lain disini."

"Tidak, tujuanku hanya mengantar eomma."

Renjun tersenyum, lalu ia mendudukkan dirinya di samping Jeno.

"Kau tidak lupa,kan? Waktu terus berjalan,  jangan biarkan egomu terus menguasaimu sepanjang waktu sampai akhirnya hanya penyesalan yang tersisa," Renjun menepuk pundak sahabatnya itu.

"Jika kau malu untuk datang sendiri, kau bisa mengajak Haechan, Jaemin dan Mark hyung kemari. Jisung merindukan kalian, kalian patut marah karena menyembunyikan fakta dari kalian termasuk aku. Tapi kau tahu Jisung, dia punya alasan sendiri menyembunyikan itu. Bukankah seharusnya kita menghargai alasan Jisung? Meski kita sendiri tidak tau pasti apa alasannya," jelas Renjun.

Jeno terdiam.

Renjun bangkit dari duduknya.

"Akan aku coba," ucap Jeno.

Renjun tersenyum. "Keputusan yang bagus."

"Mau membeli kopi? Daripada kau terus diam disini seperti orang yang tersesat," tawar Renjun dengan sedikit mengejek.

His SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang