✧2.2✧

1.4K 199 22
                                    

Di hari minggu, Jisung pergi ke rumah sakit Jiwa lagi untuk menemui Wendy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di hari minggu, Jisung pergi ke rumah sakit Jiwa lagi untuk menemui Wendy. Dia bersiap di pagi hari.

Jisung tersenyum, "kau tetap tampan meski dengan luka lebam haha."

Namun, senyuman itu pudar saat melihat suasana rumah sangat sepi semenjak Jeno berubah dan Tiffany kembali sibuk.

Sampai sekarang Jisung tidak tahu apa alasan teman-temannya menjauhinya. Mereka pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun pada Jisung. Bersikap seolah Jisung paling bersalah tanpa sepatah kata. Karena Jisung yakin bukan hanya ayahnya alasan mereka membencinya.

Jisung tersenyum menatap bangunan di hadapannya. Dia tidak sabar untuk bermain dengan anak-anak.

"Kau sudah datang?" ujar Wendy saat Jisung memasuki ruangannya.

"Aku ingin bermain bersama anak-anak disini," ucap Jisung.

"Ini sedang jam sarapan, kau sudah sarapan?"

"Sudah."

Namun, sedetik kemudian perut Jisung bergemuruh.

"Mulutmu bisa berbohong, tapi perutmu tidak," ucap Wendy.

Jisung menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Kenapa tanganmu di perban seperti itu?" tanya Wendy melihat tangan Jisung yang di perban.

"Ah, aku tidak sengaja terjatuh," alibi Jisung.

"Lain kali kau harus hati-hati. Apa jatuhnya sangat parah? Mukamu sedikit lebam, kau benar-benar jatuh?" ucap Wendy.

Jisung mengangguk.

"Ya sudah, ayo kita sarapan dulu."

Jisung duduk di sofa, sembari menunggu Wendy mengeluarkan kotak makanan.

"Ini buatan putraku," ujar Wendy.

"Benarkah? Wah putramu pintar memasak. Aku memasak waffle bersama eomma, membuat dapur menjadi kapal pecah," ucap Jisung.

"Haha pasti menyenangkan, nanti kita akan membuatnya bersama."

"Jika dapur mama ingin menjadi kapal pecah, bisa saja."

"Kau ini," Wendy mengacak rambut Jisung.

"Ayo makan," titah Wendy.

Jisung mengangguk, dia mengangkat sumpitnya dan mulai mengambil menyantap roti isi buatan putra dari Wendy.

"Enak!" seru Jisung.

Tapi, Jisung seperti tidak asing dengan rasanya. 

"Enak? Makanan buatannya memang tidak pernah gagal. Ini pertama kalinya dia membuat roti isi. Meski dia sibuk dengan sekolahnya, dia akan menyempatkan pulang ke rumah untuk membuat makanan."

His SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang