✧2.8✧

1.3K 184 17
                                    

Bugh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bugh

Bugh

Dduak

Tubuh Jisung kembali tersungkur, Jeongin benar-benar membencinya. Tidak ada hari dimana Jisung dibiarkan tenang di sekolah ini. Jika tidak dipukuli oleh Jeongin, maka dia akan di bully habis-habisan oleh murid lain.

"H-hentikan...," lirih Jisung. Tubuhnya benar-benar sakit.

"Hentikan, Kau bilang?!"

Jeongin menggeleng, "kau ingat saat kau memenangkan olimpiade itu? Aku hampir mati malam itu, jika saja asisten di rumah tidak menghentikan ayahku. Maka dari itu , kau juga harus mendapatkannya."

Bugh

Jisung benar-benar tidak kuat. Tubuhnya terasa remuk, kepalanya benar-benar pening.

"Ah...huh... l-leph....huh," Jisung kesulitan bernapas. Saat kerah seragamnya dicengkram oleh Jeongin.

Jisung berusaha memberontak, tubuhnya benar-benar lemah.

"Ku dengar... kau takut di dalam lemari bukan?"

Jisung menggeleng lemah. Tidak boleh ada yang tahu, karena Jisung yakin dia akan semakin di bully karena itu.

"Kebetulan sekali kita ada di gudang ini, hanya kita berdua sayangnya. Jadi aku harus bekerja sendiri," ucap Jeongin sendu, tapi sedetik kemudian dia tersenyum.

Brakk

Tubuh Jisung dihempaskan ke rak buku, beberapa buku tebal dan berdebu jatuh padanya.

"Uhuk....uhuk," Jisung terus terbatuk, debu dari buku itu masuk ke saluran pernapasannya.

"Selesai."

Jisung membelalakkan matanya, tidak dia tidak mau. Jisung harus berusaha pergi, meski rasanya tidak mungkin. Jisung berusaha bangkit, tapi dia kembali terjatuh. Badannya benar-benar limbung, telinganya juga mulai berdenging.

"Argh...."

"Kemari!" Jeongin menarik paksa tubuh pemuda itu.

"Tidak! Lepaskan aku! Aku akan melakukan apapun! Aku mohon..."

Jisung terus memohon tapi Jeongin menulikan pendengarannya.

"Jeongin~a..."

Bugh

Jeongin menendang perut Jisung, membuat pemuda itu meringis kesakitan. Dan itu menjadi kesempatan untuk Jeongin. Dia langsung mendorong tubuh lemah Jisung ke dalam lemari.

"T-tidak..."

Jeongin tersenyum kecil.

"Selamat bermalam di sekolah."

Jeongin menutup pintu lemari itu, lalu menguncinya dengan gembok yang sudah dia persiapkan.

Brakk

His SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang