✧2.0✧

1.4K 190 15
                                    

"Apakah kita keterlaluan pada Jisung?" tanya Haechan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apakah kita keterlaluan pada Jisung?" tanya Haechan.

"Kenapa kau berpikir begitu?" sinis Jeno.

"Tidak, hanya saja... kita menjauhinya tanpa kita memberitahunya dengan jelas," ucap Haechan.

"Apa itu perlu? Kalian tahu dia siapa? Aku muak melihat wajah polosnya itu," balas Jeno.

"Tapi... apakah dia mengerti?" tanya Renjun.

Jeno mengendikkan bahunya acuh.

"Apa perlu kita menjelaskannya?" Lanjut Renjun.

"KENAPA KALIAN PEDULI?!" teriak Jeno dengan napas tersengal.

"J-jeno..."

"Pergilah!"

"Jeno kita hanya..."

"SUDAH KUBILANG PERGI! PERGI!"

Haechan dan Renjun pergi dari kelas. Sedangkan Jeno berusaha mengontrol napasnya. Dia mengambil botol obat di tas sekolah miliknya.

"Sial, obatnya habis," ujar Jeno lalu melempar obat itu ke dalam tasnya.

"Aku harus menemuinya lagi? Aku benci rumah sakit," gumam Jeno.

"Kenapa kau membenciku?" tanya Jisung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa kau membenciku?" tanya Jisung.

"Apa karena aku mengalahkan olimpiade di Busan? Bukankah itu setimpal dengan kau yang bertindak curang dan menyuruh adikmu mengerjakannya," lanjut Jisung.

"Adikku?" Jeongin mengerutkan keningnya.

"Ah aku ingat, Jihan? Dia bukan adikku tapi budakku," ucap Jeongin.

Bugh

"Yak!"

"Wanita tidak pantas dijadikan sebagai budak! Mereka patut dihargai dan dijaga."

"Cih,  bagaimana dengan ayahmu sendiri?"

Jisung terdiam.

"Ah, apa ia benar-benar ayahmu? Atau kau hanya anak yang tidak diinginkan?" 

His SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang