Gerbang terbuka, mobil mewah kini memasuki pekarangan rumah. Pria didalamnya langsung keluar dengan wajah menahan amarah karena kejadian yang menimpanya hari ini.
"Alano!"
Nama putranya adalah kata pertama yang Antonio ucapkan saat menginjakkan kaki di dalam rumah.
"Alano!" pekik Antonio sekali lagi sambil menaiki anak tangga.
Seorang wanita berlari dari arah belakang, sebenarnya ia cukup takut untuk menghampiri sang majikan malam-malam begini, hanya saja ada hal penting yang harus ia sampaikan agar Antonio berhenti berteriak.
"Den Alano belum pulang, Pak," ujar Neni menunduk.
Kaki Antonio tertahan dianak tangga, pria itu lantas berbalik menahan segala amarah yang tertahan. "Belum pulang?"
"Iya, Pak."
Antonio merogoh sakunya mencari benda pipih dari dalam sana. Dengan cepat Antonio langsung menelepon Alano.
Jemari Antonio menggenggam erat ponsel ditangannya. "Dimana dia!" geram Antonio karena Alano tidak kunjung mengangkat telpon darinya.
Pria itu lantas berlari ke arah mobil sambil terus menelpon putranya walaupun hasilnya tetap sama.
Antonio kembali menelpon seseorang, amarah dihatinya masih sangat besar, ia sangat ingin memberi Alano peringatan tapi sekarang justru ia harus mencari putranya yang tiba-tiba menghilang.
"Hallo, La."
"Kenapa sih, Mas? Kalo mau ngomong besok aja ya, aku capek," ketus Laras merasa terganggu.
"La, Alano ada dirumah kamu?" tanya Antonio to the point.
"Enggak ada," ujar Laras masih setengah sadar.
Mata Laras seketika terbuka sempurna saat menyadari apa yang terjadi. "Alano emang nggak ada dirumah?"
"Nggak ada! Ini mas juga masih nyari."
"Kok bisa? Besok dia ada ujian mana mungkin dia pergi gitu aja," ketus Laras bangkit dari tempat tidur, menyambet kunci mobil yang ada diatas nakas.
"Jangan bilang kalian berantem lagi," tebak Laras menuruni anak tangga lalu berlari ke bagasi.
Pikiran Antonio seketika mengingat kejadian tempo hari disaat Alano ingin dibunuh. Antonio semakin kalang kabut saat rasa khawatir mulai menyerang pikirannya.
"Mas, jawab," ujar Laras mengejutkan Antonio yang masih sibuk menyetir.
"Iya!"
"Dasar, kalau sampai Alano kenapa-napa, aku habisi kamu," ancam Laras mematikan telpon lalu mencari Alano dengan mobilnya sendiri.
Alano memang bukan anak kecil yang harus dijaga, tapi mengingat siapa Antonio dan kejadian tempo hari membuat Antonio maupun Laras lebih waspada. Apalagi jika sifat gegabah Alano muncul, maka akan sulit membuat ia mengerti keadaan.
Laras berusaha berkali-kali menelpon Alano tapi tetap saja hasilnya nihil, padahal biasanya Alano selalu mengangkat telponnya tanpa menunggu waktu yang lama.
"Antonio! Kamu kelewatan!" umpat Laras sambil memukul stir mobil.
Hampir dua jam, baik Laras maupun Antonio tidak menemukan keberadaan Alano. Mereka seakan dibuat lupa untuk menyuruh anak buahnya mencari Alano.
Laras menghela napas panjang setelah menelpon Antonio. Matanya mulai terasa kabur karena rasa lelah.
Laras memutuskan untuk pulang sebentar dan bertemu Antonio di rumah.Sesampainya dirumah, Laras langsung bergegas masuk. Kali ini ia akan menunggu Antonio datang serta memikirkan cara agar menemukan Alano dengan mudah.
Tubuh Laras berjalan gontai memasuki rumah. Jika ia masih punya cukup tenaga, mungkin ia akan mencari Alano sampai pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secercah Darah
Teen FictionTampan, kaya, cerdas. Sempurna. Kata orang, Alano itu sempurna. Padahal semua orang tau, tidak ada manusia yang sempurna. Sebuah alasan membuat Alano HARUS meraih peringkat satu paralel. Dengan kata lain, ia harus menyingkirkan sahabatnya sendiri d...