34

490 44 15
                                    

Alano menatap kakinya yang tidak menyentuh lantai, ia menoleh ke arah Laras sejenak lalu kembali tertunduk lesu.

"Nanti aku nyusul, kalau semuanya selesai."

"Kenapa nggak sekarang aja?" tanya Laras mendekati Alano yang masih terduduk di atas kasur.

"Nanti, aku janji ikut Tante kemanapun setelah ini. Semoga aja kebakarannya nggak parah, jadi Tante bisa cepat pulang," ujar Alano tidak bersemangat.

Mereka baru mendapat kabar kalau Restoran di Bandung kebakaran, Restoran itu milik mendiang suami Laras jadi Alano sangat tau kalau semua itu amat berharga bagi Tantenya.

"Teman-teman kamu pasti seneng kalau kamu kesana," ujar Laras tersenyum hangat walaupun dirinya masih cukup panik memikirkan restoran tersebut.

Alano mengangguk, ia memang pernah tinggal di Bandung bersama Laras. Saat itu Antonio masih sering bolak-balik kerja, itu sebabnya Alano memilih menempuh jenjang SMP disana walaupun akhirnya ia mengambil jalur akselerasi.

"Aku juga pengen ketemu mereka, mungkin aku harus tinggal disana beberapa waktu."

Laras tersenyum sambil melanjutkan  mengemasi pakaian. "Selama Tante di Bandung, kamu jaga pola makan. Jangan sampai sakit, kalau ada apa-apa kabarin Tante ya."

"Iya," angguk Alano setuju.

Laras menutup kopernya sedangkan Alano segera berdiri mendekati Laras. "Biar aku yang bawa," tawar Alano membawa koper keluar rumah.

"Pak tolong masukin kopernya ke mobil," pinta Alano diangguki satpam rumah Laras.

Laras menatap Alano lekat lalu memeluk tubuh keponakannya itu penuh kasih sayang. "Jaga diri, oke."

"Tante juga. Nanti aku nyusul," balas Alano memeluk Laras lama.

"Aku sayang Tante."

"Tante juga sayang kamu," ungkap Laras mencium puncak kepala Alano.

"Ya udah, Tante berangkat ya. Nanti kalau mau nyusul kabarin," peringat Laras sambil berjalan beriringan dengan Alano menuju mobil.

"Tante nggak pakai supir?"

"Enggak, Tante sendiri aja."

Alano berdehem, tanda mengerti. Walaupun rasanya berat jauh dari Laras. "Hati-hati."

Laras mengangguk lalu kembali mencium dahi Alano yang tertutupi rambut. "Maaf ya sayang, nanti kita ketemu lagi, oke."

Laras tersenyum hangat lalu masuk kedalam mobil, Alano memundurkan tubuhnya untuk memberi ruang agar mobil bisa mundur lalu maju keluar dari pagar.

"Jaga rumah ya, Pak," pinta Laras diangguki satpam yang masih berdiri didepan pagar.

Alano melambaikan tangannya sembari tersenyum. Ponsel Alano bergetar, ia segera membaca pesan yang di kirim seseorang.

"Oke. Kami akan kasih tau perkembangannya nanti. Terima kasih atas kerja samanya, Alano."

Salah satu sudut bibir Alano sedikit terangkat, setelah membaca balasan dari pesan yang ia kirim tadi sore.

"Tinggal satu bukti dan semuanya akan selesai. Setelah itu, aku akan pergi jauh dari sini," tekad Alano beranjak pergi dari rumah Laras.

***

Alano berjalan malas menuju rumah mewah bernuansa putih. Bayu tersenyum hangat ke arah Alano yang baru saja memasuki gerbang.

"Gimana kabarnya Pak Unang?" tanya Alano karena memang supirnya itu sedang sakit sehingga tidak bisa antar-jemput hari ini.

Secercah DarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang