Suara tangis kian terdengar jelas, Antonio menatap bayi yang tengah tertidur dalam pelukannya lalu memilih masuk kedalam ruang rawat adiknya.
Laras tampak memeluk Rion yang sedari tadi berusaha membuat istrinya tenang. "Nggakpapa. Ikhlasin ya," pinta Rion mengecup dahi Laras menenangkan.
Antonio berjalan mendekati Laras, pria itu menyeka air mata adiknya sambil tersenyum tipis.
Laras melepas pelukan Rion lalu menatap Antonio nanar. "Mas."
Antonio menatap Laras lalu menyorot ke arah bayi yang masih tertidur pulas di pelukannya.
"Siapa?" tanya Laras melihat bayi yang Antonio gendong.
Antonio tidak menjawab ucapan Laras, ia justru menaruh bayi itu ke dalam pelukan adiknya. Laras diam beberapa saat lalu menyentuh wajah bayi mungil di tangannya.
"Malaikat kecil," ucap Antonio membuat Laras dan Rion menoleh ke arahnya.
"Anak aku," sambung Antonio dengan mata berkaca-kaca.
Laras kembali menoleh ke arah bayi yang ia gendong. "Aleta mana?"
"Pergi."
Rion dan Laras tampak tertegun. "Kenapa?" tanya Rion tak mengerti, pasalnya ia sangat tau kalau Aleta menunggu kehadiran bayi ini.
"Dia lebih milih Anesha dan aku nggak mau terima anak itu."
"Nggak ada seorang Ibu yang bisa milih salah satu diantara anaknya," tegas Laras menatap Antonio tak percaya.
"Tapi dia bisa," tekan Antonio berhasil membuat suami istri itu diam.
Laras sedikit tersentak saat tubuh bayi itu bergerak. "Sayang," panggil Laras sambil mencium dahi itu lembut, sedikit mengobati rindu karena bayinya baru saja meninggal.
"Kamu mau jagain dia kan, La?" tanya Antonio nanar. Laras tersenyum senang, anak dipelukannya adalah pelepas rindu yang ia rasakan.
Rion sedikit menunduk, menatap wajah bayi yang kini dipeluk sang istri. "Siapa namanya?" tanya Rion penasaran.
"Kami belum kasih dia nama," jelas Antonio.
"Alano," ucap Laras lalu menoleh ke arah Antonio penuh harap. "Aku boleh kasih dia nama kan? Aku mau dia, Alano."
Antonio mengelus rambut Laras sambil tersenyum. "Iya, namanya bagus."
"Alano artinya rupawan," ucap Laras menoleh ke arah Alano kecil yang masih tertidur, jemarinya saat itu juga digenggam bayi mungil di tangannya.
"Alano Zailandra," timpal Rion sambil mengelus pipi bayi di pelukan Laras.
Antonio hanya tersenyum mendengar saran nama untuk anaknya.
"Zailandra yang berarti Dermawan dan tidak mementingkan diri sendiri," tukas Rion. Mereka memang menyiapkan beberapa nama bayi untuk anaknya, tapi sekarang salah satu nama itu mereka berikan kepada bayi Antonio.
Antonio mengangguk sembari tersenyum menatap wajah putra kecilnya. "Alano Zailandra."
Mata Antonio terbuka kembali, matanya masih memerah setelah menangis semalaman. Pakaian yang ia peluk pun ikut basah oleh air mata. Mimpi yang sama kembali hadir, lebih tepatnya itu adalah sebuah kenangan yang pernah ia lewati belasan tahun lalu.
Mengingatkan dirinya akan satu hal, ia adalah orang yang dulu memberikan putranya ke pelukan Laras.
Antonio masih terdiam di tepi kasur, dinginnya lantai tak membuat dirinya berdiri sedikitpun.
Kaos berwarna biru itu akhirnya Antonio angkat sambil tersenyum pedih. "Papa kangen kamu, Al. Papa harap kamu baik-baik aja."
Antonio kembali memeluk kaos milik putranya. Air matanya kembali luruh, seluruh rasa sakit itu kembali menjalar. Seandainya waktu bisa diputar, Antonio berjanji tidak akan membuat anak-anaknya kecewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secercah Darah
Novela JuvenilTampan, kaya, cerdas. Sempurna. Kata orang, Alano itu sempurna. Padahal semua orang tau, tidak ada manusia yang sempurna. Sebuah alasan membuat Alano HARUS meraih peringkat satu paralel. Dengan kata lain, ia harus menyingkirkan sahabatnya sendiri d...